Sumber foto: iStock

Misi Rahasia Laut Dalam China: Apa yang Disembunyikan di Bawah Permukaan Samudra?

Tanggal: 13 Jun 2025 10:32 wib.
China kembali membuat gebrakan ilmiah dengan mengumumkan beroperasinya laboratorium laut dalam terbaru mereka di Laut China Selatan, berjarak sekitar 200 kilometer dari pesisir Provinsi Hainan. Fasilitas ini melengkapi jaringan laboratorium bawah laut yang telah dibangun sebelumnya di perairan lepas pantai Provinsi Shandong, Zhejiang, dan Guangdong—mengukuhkan posisi China sebagai negara dengan pengawasan strategis di utara, selatan, dan barat wilayah lautnya.

Laboratorium laut dalam ini bukan sekadar proyek ilmiah biasa. Menurut Chu Jun dari Kementerian Sumber Daya Alam China, laboratorium tersebut diharapkan menjadi pusat utama pengujian teknologi laut, eksplorasi sains, pengembangan peralatan investigasi, dan pemanfaatan sumber daya laut yang terbarukan. “Karena semakin banyak institusi dan perusahaan yang mengembangkan produk laut-dalam, maka dibutuhkan tempat pengujian yang mumpuni," ujar Chu seperti dikutip oleh IFL Science (12/6/2025).

Laboratorium ini terletak di kedalaman 1,3 hingga 1,5 kilometer di bawah permukaan laut, menghadirkan lingkungan ekstrem dengan tekanan tinggi dan suhu rendah. Kondisi tersebut sangat cocok untuk pengujian teknologi dan eksperimen ilmiah yang membutuhkan validasi ekstrem. Menurut Cui Xiaojian dari Badan Pengelola Laut Provinsi Hainan, fasilitas ini tak hanya digunakan untuk penelitian, tetapi juga untuk verifikasi kualitas, inkubasi teknologi, dan sertifikasi produk.

Namun, di balik kemajuan teknologi ini, muncul kekhawatiran dari berbagai kalangan. Sejumlah pihak menyambut positif langkah China karena melihat potensi besar laut dalam sebagai sumber daya masa depan. CEO Oceans Minerals, Hans Smit, menyatakan bahwa dasar laut menyimpan cadangan mangan, nikel, kobalt, dan tembaga—material penting untuk pembuatan mobil listrik dan pembangkit energi terbarukan. “Cadangan di daratan terbatas dan eksploitasi besar-besaran justru akan menghancurkan ekosistem. Maka, laut dalam menjadi alternatif logis,” jelasnya.

Namun, Smit juga mengingatkan bahwa ekosistem laut dalam memiliki struktur yang sangat sensitif. Ia menyebutkan bahwa kerusakan pada satu titik ekosistem dapat mengganggu keseluruhan arsitektur samudra. “Laut dalam adalah arsitek utama kehidupan laut. Jika satu titik rusak, konsekuensinya bisa menghancurkan sistem pendukung kehidupan bawah laut,” ujar Smit.

Kekhawatiran serupa juga dilontarkan oleh para peneliti lingkungan. Aktivitas manusia yang semakin dalam merambah laut dalam dianggap bisa mempercepat kerusakan ekologis, terutama di tengah perubahan iklim global. Aktivitas eksploitasi dasar laut dikhawatirkan akan mengganggu keseimbangan biota laut yang selama ini tidak banyak terganggu manusia.

Namun, dari sisi strategi nasional, pembangunan laboratorium laut dalam ini merupakan bagian dari ambisi besar China untuk menjadi “kekuatan maritim utama dunia.” Dalam visi Presiden Xi Jinping, kekuatan laut merupakan bagian integral dari konsep “revitalisasi nasional”. China tak hanya ingin menjadi kekuatan darat dan ekonomi, tetapi juga ingin mendominasi wilayah laut dan teknologi terkait.

Dengan memiliki fasilitas pengujian laut dalam, China memberikan ruang bagi institusi dan perusahaan untuk mengembangkan, menguji, dan menyempurnakan teknologi mereka. Ini sekaligus menjadikan negara tersebut sebagai pemimpin dalam pengembangan ekonomi maritim dan manufaktur laut-dalam.

“Laut dalam adalah wilayah strategis masa depan,” kata Cui Xiaojian. “Penguasaan teknologi dan ekosistem di wilayah ini akan memperkuat daya saing industri dan ekonomi laut.”

Laboratorium bawah laut ini bukan hanya sekadar simbol kekuatan, melainkan juga platform kolaboratif bagi dunia akademik dan industri. Potensinya sangat besar—mulai dari pengembangan kendaraan laut otonom, sistem komunikasi bawah laut, teknologi energi laut, hingga pemantauan lingkungan laut secara real time.

Namun demikian, kekhawatiran global terhadap potensi kerusakan ekologis tetap membayangi. Apalagi, laut dalam masih menjadi wilayah misterius yang belum sepenuhnya dipahami manusia. Banyak spesies unik dan proses biologis khas yang hanya ditemukan di kedalaman tersebut. Aktivitas manusia yang gegabah dapat menghapuskan potensi ilmiah yang sangat besar itu sebelum kita sempat mengenalnya.

Satu hal yang pasti, langkah China ini bukan hanya tentang riset ilmiah. Ini adalah demonstrasi geopolitik, kekuatan teknologi, dan arah masa depan ekonomi dunia. Negara-negara lain kini ditantang untuk menyusul, atau berisiko tertinggal dalam perlombaan teknologi laut dalam yang semakin nyata.

Keberadaan laboratorium laut dalam di Hainan bukan hanya bentuk kemajuan, melainkan juga simbol pergeseran kekuatan global ke wilayah samudra. Dunia kini tengah menyaksikan babak baru dalam eksplorasi bumi—bukan lagi melalui angkasa luar, tapi lewat kedalaman laut yang gelap dan penuh misteri.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved