Meta Rekrut Jenius Muda Alexandr Wang untuk Bangun Superintelligence: Ambisi Zuckerberg Mengalahkan Kecerdasan Manusia?
Tanggal: 13 Jun 2025 10:49 wib.
Dalam langkah ambisius untuk mendominasi dunia kecerdasan buatan, Meta—perusahaan induk dari Facebook yang dipimpin oleh Mark Zuckerberg—kembali menarik perhatian. Kali ini, Meta menggandeng Alexandr Wang, pemuda jenius berusia 28 tahun dan CEO dari Scale AI, untuk bergabung dalam proyek rahasia yang bisa mengubah masa depan teknologi: penciptaan Superintelligence, sistem kecerdasan buatan yang dirancang untuk melampaui otak manusia.
Langkah ini menandai babak baru dalam perang teknologi global, di mana perusahaan-perusahaan raksasa berlomba menciptakan AI tercanggih. Menurut laporan dari Bloomberg, Meta disebut tengah dalam proses pembicaraan untuk menggelontorkan dana investasi lebih dari US$10 miliar ke proyek ini—jumlah yang mencerminkan betapa seriusnya mereka dalam mengejar supremasi di ranah AI.
Siapa Alexandr Wang, “Anak Ajaib” AI?
Nama Alexandr Wang bukan pemain baru dalam dunia teknologi. Ia adalah pendiri dan CEO dari Scale AI, perusahaan yang berfokus pada pengolahan dan pelabelan data mentah agar dapat digunakan dalam sistem machine learning dan AI. Sejak didirikan pada tahun 2016, Scale AI telah menjadi mitra penting bagi lebih dari 300 klien besar, termasuk General Motors dan Flexport, dalam mendukung pengembangan kendaraan otonom dan optimalisasi rantai pasokan global.
Hebatnya, sebelum berusia 18 tahun, Wang sudah bekerja penuh waktu di perusahaan fintech Addepar dan situs tanya jawab terkenal, Quora. Dengan latar belakang seperti ini, tak heran jika Meta meliriknya sebagai sosok ideal untuk memimpin langkah besar mereka dalam riset kecerdasan buatan tingkat tinggi.
Meta dan Proyek Superintelligence: Apa yang Sedang Dikejar?
Menurut laporan The New York Times, Meta tengah mempersiapkan laboratorium riset AI rahasia yang didedikasikan untuk mengembangkan konsep superintelligence, sebuah sistem yang diyakini akan memiliki kemampuan kognitif dan analitik melebihi manusia.
Superintelligence bukanlah sekadar AI biasa seperti chatbot atau asisten virtual. Ini adalah bentuk AI yang mampu belajar, menganalisis, dan membuat keputusan secara mandiri dengan kecepatan dan akurasi yang tak terbayangkan oleh otak manusia. Bahkan, potensi risiko dan keuntungannya telah lama menjadi perdebatan dalam komunitas ilmiah dan teknologi global.
Bergabungnya Alexandr Wang ke dalam laboratorium ini diyakini akan memberikan lompatan signifikan dalam pengembangan AI Meta. Meski baik Meta maupun Scale AI belum memberikan komentar resmi, sinyal-sinyal dari berbagai laporan menunjukkan bahwa keduanya tengah menyusun strategi besar.
Komitmen Besar Meta: Infrastruktur hingga Puluhan Miliar Dolar
Tak tanggung-tanggung, Meta telah menyatakan akan mengalokasikan hingga US$65 miliar hanya untuk membangun infrastruktur AI sepanjang tahun 2025. Investasi jumbo ini termasuk pengembangan pusat data, pembelian chip AI seperti NVIDIA H100, serta perekrutan talenta terbaik dunia.
Ini adalah strategi besar yang dilakukan Meta untuk tidak hanya bersaing dengan perusahaan seperti OpenAI, Google DeepMind, dan Anthropic, tetapi juga untuk menciptakan AI yang lebih mandiri dan “cerdas” dari teknologi manapun yang pernah ada.
Scale AI: Pilar Kunci dalam Ekosistem AI Dunia
Scale AI sendiri berperan penting dalam menyediakan data berkualitas tinggi yang diperlukan untuk melatih model AI. Teknologi mereka membantu mengatur, melabeli, dan membersihkan data agar bisa dimanfaatkan secara optimal oleh algoritma machine learning.
Dalam proyek superintelligence Meta, kemampuan inilah yang akan sangat krusial. Tanpa data yang tepat dan bersih, AI tidak akan bisa belajar dengan akurat. Di sinilah keahlian Wang dan perusahaannya dipandang sebagai aset strategis.
Ambisi Meta: Dari Media Sosial ke Pusat Inovasi AI
Langkah Meta untuk menjadikan dirinya sebagai pemain utama dalam dunia AI bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Setelah sukses besar di ranah media sosial melalui Facebook, Instagram, dan WhatsApp, perusahaan ini ingin mengukuhkan posisi sebagai pelopor teknologi masa depan.
Laporan sebelumnya juga menyebutkan bahwa Meta akan meluncurkan aplikasi Meta AI dalam waktu dekat. Aplikasi ini diperkirakan memiliki fungsi mirip ChatGPT, namun dengan tambahan layanan premium yang memungkinkan pengguna menikmati fitur eksklusif dengan sistem berbayar.
Strategi ini mirip dengan pendekatan Microsoft terhadap Copilot dan Google terhadap Gemini. Meta tampaknya tidak ingin tertinggal, dan bahkan mungkin siap menjadi pemimpin baru di era AI generatif dan beyond.
Potensi Risiko dan Tantangan Etis
Meski terdengar menjanjikan, ambisi Meta dan proyek superintelligence ini juga menyimpan tantangan besar. Beberapa ahli telah memperingatkan bahwa AI yang terlalu canggih dapat membawa risiko serius, mulai dari pengangguran massal, penyalahgunaan teknologi, hingga ancaman terhadap privasi dan keamanan global.
Namun, dengan talenta seperti Alexandr Wang dan kekuatan infrastruktur Meta, jalan menuju penciptaan superintelligence mungkin tinggal menunggu waktu.
Penutup: Meta Siap Memimpin Peradaban Digital Berikutnya?
Dengan menggandeng salah satu otak paling brilian di dunia AI dan menggelontorkan dana miliaran dolar, Meta tampaknya tidak sekadar ingin mengikuti tren AI, tetapi menciptakan masa depan AI itu sendiri.
Jika proyek ini sukses, bukan tidak mungkin kita akan melihat munculnya AI dengan kecerdasan melampaui manusia, yang akan mempengaruhi cara kita hidup, bekerja, bahkan berpikir. Meta kini bukan lagi sekadar raksasa media sosial—ia sedang membentuk kerajaan teknologi yang bisa mengguncang dunia.