Sumber foto: iStock

Meta Dihujat: Akun AI Bermasalah, Ngawur hingga Dianggap Menyesatkan

Tanggal: 7 Jan 2025 11:18 wib.
Keputusan Meta untuk menghapus beberapa akun kecerdasan buatan (AI) mereka telah menuai kemarahan besar dari netizen. Hal ini terjadi setelah laporan dari pengguna bahwa akun bot tersebut memberikan jawaban yang tidak masuk akal dan bahkan berbohong.

Nasalah ini semakin membesar ketika Connor Hayes, wakil presiden untuk AI generatif Meta, mengungkapkan harapannya bahwa akun AI buatan mereka akan ada di tengah platform seperti Facebook dengan cara yang sama seperti akun manusia.

"Mereka akan memiliki biografi, foto profil, serta mampu menghasilkan dan berbagi konten yang didukung oleh AI di platform. Ke sanalah kami melihat semua ini akan terjadi," ungkap Hayes kepada Financial Times.

Pernyataan ini langsung memicu perhatian dan kemarahan netizen, membuat kekhawatiran bahwa konten kokoh yang dihasilkan oleh AI di Facebook akan muncul dan mengganggu tujuan utama media sosial, yakni mempererat hubungan antar manusia.

Ketika para pengguna mulai mencium adanya beberapa akun AI Meta, reaksi keras semakin meningkat, tidak hanya karena akun-akun AI tersebut menggambarkan diri secara tidak jujur sebagai manusia asli dengan identitas ras dan seksual, tetapi juga karena dapat membahayakan keselamatan pengguna.

Salah satu akun Meta AI yang bernama "Liv" memiliki bio yang menggambarkan dirinya sebagai "Proud Black queer momma of 2 & truth-teller," dan mengatakan kepada kolumnis Washington Post, Karen Attiah, bahwa Liv tidak memiliki kreator orang kulit hitam. Bot tersebut mengklaim bahwa ia dibuat oleh 10 pria kulit putih, 1 wanita kulit putih, dan 1 pria Asia. Hal ini diungkapkan melalui tangkapan layar yang diunggah di Bluesky.

Profil Liv menyertakan label bertuliskan "AI yang dikelola oleh Meta," dan semua foto di akun Liv disertai dengan watermark kecil yang menandakan bahwa gambar tersebut buatan AI.

Dengan meningkatnya sorotan terhadap media ini, Meta mulai menghapus unggahan Liv dan akun AI lainnya. Banyak dari akun AI tersebut telah aktif sejak tahun lalu, dan perusahaan beralasan bahwa hal itu adalah sebuah bug.

"Ada kebingungan," kata juru bicara Meta, Liz Sweeney, seperti yang dikutip dari CNN. "Artikel Financial Times baru-baru ini membahas visi kami tentang karakter AI yang ada di platform kami dari waktu ke waktu, bukan mengumumkan produk baru," ungkapnya.

Sweeney menjelaskan bahwa akun-akun tersebut merupakan bagian dari eksperimen awal dari karakter AI. "Kami mengidentifikasi bug yang berdampak pada kemampuan orang untuk memblokir AI tersebut dan menghapus akun-akun tersebut untuk memperbaiki masalah ini," lanjutnya.

Kontroversi ini menimbulkan pertanyaan serius terkait etika penggunaan AI dalam platform media sosial. Banyak pihak mengkritik keputusan Meta untuk mengizinkan akun AI beroperasi tanpa adanya pengawasan yang ketat. Hal ini menimbulkan keraguan terhadap keamanan dan keakuratan informasi yang disajikan oleh teknologi AI secara umum.

Memperbaiki Teknologi AI

Penggunaan teknologi AI telah menunjukkan dampak yang signifikan dalam berbagai bidang, termasuk dalam platform media sosial. Namun, penggunaannya juga menimbulkan tantangan baru yang harus dihadapi. Meta sebagai salah satu perusahaan teknologi terkemuka di dunia, memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan bahwa teknologi AI yang mereka kembangkan mematuhi standar etika yang tinggi dan tidak menyebabkan kerugian bagi pengguna.

Meta perlu melakukan pembaruan yang lebih serius dalam mengawasi penggunaan AI di platform mereka. Hal ini tidak hanya untuk memastikan bahwa akun-akun AI berperilaku sesuai dengan standar moral dan etika, tetapi juga untuk menghindari penyalahgunaan teknologi dan membuat lingkungan online yang lebih aman dan bersahabat.

Pengembangan teknologi AI harus lebih berfokus pada memperkuat interaksi manusia dengan teknologi, bukan menggantikan manusia. Memahami dan menavigasi batas-batas etika dalam penerapan teknologi AI sangat penting agar kepercayaan publik terhadap platform teknologi tetap terjaga.

Selain itu, pelatihan yang lebih ketat dan pengawasan yang lebih teliti terhadap sistem AI juga menjadi langkah yang harus diambil Meta. Hal ini untuk memastikan bahwa teknologi AI yang digunakan memiliki tingkat akurasi dan keamanan yang optimal.

Selain itu, Meta harus lebih transparan dalam menyajikan informasi terkait dengan penggunaan AI di platform mereka. Transparansi ini dapat membantu pengguna untuk lebih bijak dalam menggunakan dan berinteraksi dengan akun AI di media sosial.

Kesalahan-kesalahan seperti yang terjadi saat ini harus dijadikan pembelajaran bagi Meta dan perusahaan teknologi lainnya. Pelajaran yang bisa diambil adalah pentingnya memperhatikan implikasi-implikasi etis dan keamanan dalam pengembangan teknologi AI.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved