Meta di Ujung Tanduk: Apakah Instagram dan WhatsApp Akan Terlepas dari Genggaman Zuckerberg?
Tanggal: 15 Apr 2025 05:38 wib.
Meta Platforms Inc., perusahaan raksasa teknologi yang menaungi Facebook, kembali berada di tengah pusaran hukum besar. Pada Senin, 14 April 2025, Meta menghadapi persidangan penting di Washington, D.C., Amerika Serikat. Persidangan ini menjadi perhatian dunia karena mengancam kelangsungan kepemilikan Meta terhadap dua platform populernya, Instagram dan WhatsApp.
Kedua aplikasi ini diakuisisi oleh Meta lebih dari 10 tahun lalu. Saat itu, langkah ini dianggap sebagai strategi ekspansi wajar dari Facebook. Namun, kini Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat (FTC) menganggap akuisisi tersebut sebagai upaya untuk memonopoli pasar media sosial, dengan cara menyingkirkan para pesaing utama Facebook.
Menurut laporan dari Reuters, FTC mendorong agar Meta melakukan restrukturisasi bisnis secara besar-besaran. Salah satu opsinya adalah Meta harus melepas kepemilikan atas Instagram dan WhatsApp sebagai bagian dari upaya menciptakan kembali persaingan yang sehat di industri media sosial.
Zuckerberg Dipanggil ke Meja Hijau
Mark Zuckerberg, CEO dan pendiri Meta, dijadwalkan hadir sebagai saksi dalam persidangan ini. Ia akan menghadapi serangkaian pertanyaan sulit, termasuk soal isi email lamanya yang dikaitkan dengan niat Meta membeli Instagram demi menghapus pesaing dari peta industri.
Selain itu, Zuckerberg juga kemungkinan besar akan dihadapkan pada pernyataan masa lalu yang mengindikasikan kekhawatiran Meta terhadap pertumbuhan WhatsApp. FTC akan mencoba menunjukkan bahwa langkah akuisisi bukan semata-mata demi inovasi, melainkan strategi untuk mempertahankan dominasi secara tidak sehat.
Meta: "Dunia Sudah Berubah"
Menanggapi tuduhan FTC, Meta menyampaikan bahwa pernyataan-pernyataan lama Zuckerberg kini sudah tidak lagi relevan. Menurut mereka, pasar media sosial saat ini jauh lebih kompetitif dibanding satu dekade lalu. TikTok dari Tiongkok, YouTube dari Google, serta iMessage dari Apple menjadi pemain besar yang justru menantang dominasi Facebook.
Dengan demikian, Meta berargumen bahwa mereka tidak lagi berada di posisi monopoli karena adanya banyak platform alternatif yang sama-sama kuat dan inovatif.
Dinamika Politik yang Membingungkan
Menariknya, persidangan ini terjadi dalam suasana politik yang juga kompleks. Presiden Amerika Serikat saat ini, Donald Trump, justru menunjukkan sikap berbeda terhadap TikTok—aplikasi asal China yang dulu nyaris diblokir oleh pemerintahannya sendiri. Kini, Trump justru disebut-sebut mencoba menyelamatkan TikTok agar tetap bisa beroperasi di AS, bahkan dengan cara menunda-nunda proses penjualan oleh induk perusahaannya, ByteDance.
Situasi ini menuai kritik dari internal Meta. Jennifer Newstead, Kepala Bagian Hukum Meta, menyatakan bahwa tindakan FTC tidak masuk akal. Menurutnya, di satu sisi pemerintah ingin memecah Meta, perusahaan teknologi Amerika yang sukses, namun di sisi lain justru memberikan perlindungan terhadap TikTok, platform yang berasal dari luar negeri.
Dalam unggahan blognya yang dikutip oleh Reuters, Jennifer menyebut bahwa tuntutan FTC tidak hanya lemah secara hukum, tetapi juga bisa menghambat perkembangan inovasi di sektor teknologi. Ia menambahkan bahwa langkah ini bisa membuat investor dan perusahaan teknologi menjadi enggan mengambil risiko besar di masa depan.
Upaya Mendekati Pemerintahan Trump
Dalam beberapa bulan terakhir, Meta tampaknya mulai melakukan pendekatan aktif kepada pemerintahan Trump. Salah satu langkah yang cukup mencolok adalah keputusan Meta untuk menghentikan moderasi ketat terhadap konten-konten tertentu, sebuah kebijakan yang disinyalir sejalan dengan nilai-nilai kebebasan berpendapat yang diusung Trump.
Tidak hanya itu, Meta juga dilaporkan menyumbangkan dana sebesar satu juta dolar untuk mendukung acara pelantikan Presiden Trump. Bahkan, Mark Zuckerberg sendiri disebut-sebut telah beberapa kali mengunjungi Gedung Putih untuk melakukan diskusi tertutup terkait masa depan industri media sosial di bawah kepemimpinan Trump.
Bukan Hanya Meta yang Terjerat
Perlu diketahui bahwa kasus ini hanyalah satu dari lima kasus besar yang saat ini sedang ditangani oleh FTC dan Departemen Kehakiman AS terhadap perusahaan-perusahaan Big Tech. Selain Meta, perusahaan lain yang juga berada dalam sorotan adalah Amazon, Apple, dan Alphabet (induk perusahaan Google). Semuanya dituduh telah menjalankan praktik bisnis yang mematikan persaingan secara tidak adil dan menghambat pertumbuhan pemain baru di sektor teknologi.
FTC dan Departemen Kehakiman terus meningkatkan pengawasan terhadap praktik merger dan akuisisi yang dianggap bisa mengarah ke dominasi tunggal. Mereka ingin memastikan bahwa dunia teknologi tetap menjadi tempat yang terbuka, sehat, dan penuh persaingan, demi kebaikan konsumen dan pelaku usaha kecil.
Masa Depan Meta Dipertaruhkan
Persidangan ini menjadi momen krusial yang akan menentukan masa depan Meta sebagai perusahaan induk dari beberapa aplikasi media sosial terbesar dunia. Jika FTC menang, maka Meta mungkin harus rela kehilangan dua senjatanya: Instagram dan WhatsApp. Hal ini tentu saja akan mengubah peta persaingan di ranah media sosial global secara drastis.
Namun jika Meta berhasil membuktikan bahwa mereka bukan lagi satu-satunya raksasa dan justru berada dalam kompetisi ketat, maka posisi mereka bisa jadi lebih aman—setidaknya untuk sementara waktu. Satu hal yang pasti, dunia sedang menyaksikan bagaimana pertarungan hukum ini akan mengubah wajah teknologi global ke depan.