Sumber foto: Google

Meta AI Tuai Sorotan, Pakar Privasi Sebut Lebih Mengkhawatirkan Dibanding ChatGPT

Tanggal: 11 Mei 2025 09:59 wib.
Tampang.com | Peluncuran Meta AI yang terintegrasi langsung ke dalam aplikasi populer seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp memicu kekhawatiran dari para pakar privasi digital. Meskipun Meta mengklaim bahwa kecerdasan buatannya membantu meningkatkan pengalaman pengguna, nyatanya banyak pihak menilai praktik pengumpulan datanya lebih berisiko dibandingkan chatbot AI seperti ChatGPT dari OpenAI.

Tidak seperti ChatGPT yang tidak secara otomatis menggunakan data pribadi pengguna, Meta AI justru mengandalkan konten publik yang diunggah pengguna—termasuk postingan, komentar, hingga informasi di bio—sebagai bahan pelatihan untuk model AI mereka. Hal ini menimbulkan kekhawatiran karena pengguna tidak selalu menyadari bahwa aktivitas mereka di platform Meta berpotensi digunakan untuk memperkuat teknologi AI perusahaan tersebut.

Formulir Opt-Out Dinilai Menyesatkan

Meta memang menyatakan tidak menggunakan pesan pribadi atau konten non-publik dalam proses pelatihan AI. Namun, di wilayah seperti Uni Eropa, Meta menyediakan formulir opt-out bagi pengguna yang tidak ingin datanya digunakan. Sayangnya, akses ke formulir ini tergolong rumit dan mengharuskan pengguna menjelaskan alasan penolakan mereka. Banyak aktivis privasi menilai ini sebagai bentuk "dark pattern"—desain antarmuka yang sengaja dibuat membingungkan agar pengguna kesulitan melindungi privasi mereka.

WhatsApp Jadi Sasaran Kritik Fitur Default

Kritik juga datang dari pengguna WhatsApp, di mana ikon Meta AI muncul secara default di bagian atas aplikasi. Fitur ini dinilai mengganggu karena sulit dihindari dan membutuhkan usaha ekstra dari pengguna untuk menonaktifkannya. Meskipun Meta menegaskan bahwa fitur AI di WhatsApp tidak mengakses data pribadi, tetap saja minimnya transparansi membuat banyak orang merasa tidak nyaman.

Privasi vs Teknologi: Siapa yang Diuntungkan?

Kekhawatiran terbesar datang dari kemungkinan bahwa Meta memanfaatkan kedekatan emosional dan sosial pengguna terhadap platform mereka untuk secara tidak sadar memberikan data pribadi demi pengembangan teknologi. Hal ini dikhawatirkan menjadi bentuk penyalahgunaan kepercayaan publik yang semakin mengikis batas antara teknologi dan kehidupan pribadi.

Beberapa pakar dan aktivis kini menyerukan adanya regulasi yang lebih ketat terhadap perusahaan teknologi besar seperti Meta, agar perlindungan data pengguna tidak hanya menjadi janji manis, melainkan diterapkan secara nyata dan transparan.

Meta Angkat Bicara: Tunduk pada Hukum yang Berlaku

Menanggapi berbagai tuduhan, Meta menyatakan bahwa seluruh proses pelatihan AI mereka telah sesuai dengan aturan perlindungan data di masing-masing negara. Mereka juga menegaskan bahwa pengguna masih memiliki kendali atas datanya. Namun, pernyataan ini dianggap belum cukup menjawab berbagai kekhawatiran mengenai cara kerja sistem mereka dan transparansi dalam pengelolaan data pengguna.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved