Sumber foto: Google

Meta AI Dikecam, Dinilai Lebih Berisiko terhadap Privasi daripada ChatGPT

Tanggal: 13 Mei 2025 22:01 wib.
Tampang.com | Peluncuran Meta AI yang kini terintegrasi dalam aplikasi populer seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp memicu kontroversi serius, terutama dari kalangan pemerhati privasi digital. Dibandingkan dengan layanan AI lainnya seperti ChatGPT, pendekatan Meta terhadap data pengguna dinilai jauh lebih agresif dan membingungkan.

Konten Publik Jadi Bahan Latihan AI

Berbeda dengan ChatGPT yang tidak otomatis mengakses data pribadi pengguna, Meta AI justru memanfaatkan unggahan, komentar, dan interaksi publik pengguna di platform miliknya sebagai data pelatihan. Ini berarti aktivitas pengguna sehari-hari bisa menjadi bagian dari peningkatan kinerja chatbot mereka—tanpa disadari sepenuhnya oleh pengguna.

Meskipun Meta mengklaim tidak menggunakan pesan pribadi atau konten non-publik, para ahli mengingatkan bahwa batas antara konten publik dan pribadi di media sosial bisa sangat kabur.

Proses Opt-Out Dinilai Rumit

Khusus di wilayah Uni Eropa, Meta memang menyediakan opsi opt-out berupa formulir permohonan untuk menghentikan penggunaan data pengguna dalam pelatihan AI. Namun, formulir ini tidak mudah ditemukan dan bahkan mengharuskan pengguna menjelaskan alasan mereka menolak.

Langkah tersebut dikritik sebagai praktik “dark pattern”, yaitu desain yang secara sengaja membingungkan pengguna dan mempersulit mereka dalam mengambil keputusan yang mendukung perlindungan privasi.

Meta AI Jadi Fitur Default di WhatsApp

Kritik juga muncul dari cara Meta menyematkan AI mereka ke dalam aplikasi WhatsApp. Ikon Meta AI kini tampil di bagian atas antarmuka WhatsApp, menjadikannya fitur default yang secara visual menonjol dan sulit dihindari.

Pengguna harus secara aktif mencari tahu cara menonaktifkannya jika tidak ingin menggunakan fitur ini—sesuatu yang tidak semua orang akan lakukan.

Privasi yang Terkikis oleh Sosial Media?

Para pakar menilai Meta tengah memanfaatkan kedekatan pengguna dengan platform sosial mereka sebagai celah untuk mengumpulkan data. Kekhawatiran semakin menguat karena proses pengumpulan dan pemanfaatan data tidak sepenuhnya transparan, meskipun Meta menyatakan patuh terhadap regulasi perlindungan data di berbagai negara.

Banyak pihak kini menyerukan regulasi ketat yang melindungi hak digital pengguna, serta mendorong perusahaan teknologi untuk bertanggung jawab atas data yang mereka kumpulkan dan gunakan dalam pengembangan AI.

Meta: Kami Ikuti Hukum Privasi yang Berlaku

Menanggapi kontroversi ini, pihak Meta menegaskan bahwa semua proses pelatihan AI dilakukan sesuai hukum perlindungan data yang berlaku, dan menyebut bahwa pengguna tetap memiliki kontrol atas informasi mereka.

Namun demikian, bagi banyak orang, kehadiran AI yang terlalu dekat dengan kehidupan pribadi—tanpa transparansi dan kontrol yang jelas—bukanlah sesuatu yang nyaman.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved