Sumber foto: iStock

Mesin AI Mampu Mendeteksi Potensi Waktu Kematian, Dokter Melakukan Uji Coba

Tanggal: 26 Okt 2024 15:30 wib.
Inggris akan segera meluncurkan alat kecerdasan buatan (AI) untuk membantu dokter mengidentifikasi pasien jantung berisiko tinggi, sebagai langkah uji coba. Langkah ini diambil setelah hasil penelitian menunjukkan bahwa AI mampu memprediksi risiko kematian seseorang dalam beberapa tahun setelah pemindaian jantung. 

Berdasarkan laporan dari Euronews, tim peneliti global yang dipimpin oleh Imperial College London telah menguji model AI mereka, yang disebut sebagai estimasi risiko AI-ECG atau AIRE, pada jutaan hasil elektrokardiogram (EKG), yang merupakan alat untuk mendiagnosis serangan jantung dan ketidakteraturan jantung lainnya. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model tersebut memiliki kemampuan untuk memprediksi potensi kematian seseorang dalam waktu dekade setelah EKG, dengan tingkat keakuratan sebesar 78 persen. Selain itu, alat ini juga diklaim dapat memprediksi serangan jantung, gagal jantung, dan masalah irama jantung.

Para ahli menyatakan bahwa sistem ini diproyeksikan dapat diaplikasikan di seluruh Layanan Kesehatan Nasional (NHS) dalam lima tahun ke depan. Selain itu, uji coba dengan pasien manusia dijadwalkan akan dilakukan di beberapa fasilitas klinik dan rumah sakit di London, dengan rencana awal dimulai pada pertengahan tahun 2025.

Setelah itu, para ahli akan mengevaluasi manfaat model tersebut dengan menggunakan data dari pasien yang menjalani perawatan rawat jalan di klinik-klinik, serta pasien yang dirawat di bangsal medis rumah sakit.

Dr. Fu Siong Ng, seorang peneliti elektrofisiologi jantung di Imperial College London, menyatakan, "Kami yakin ini dapat memberikan manfaat besar bagi NHS dan juga pada skala global."

Berdasarkan potensi hasil penelitian ini, para peneliti menekankan bahwa pemakaian EKG bertenaga AI bisa menjadi bagian integral dari diagnosis dan perawatan pasien dengan masalah jantung. Bryan Williams, yang merupakan kepala ilmiah dan petugas medis di British Heart Foundation, menyatakan, "Ini dapat meningkatkan ekspansi kemampuan EKG, dengan membantu dalam mengevaluasi risiko masalah jantung dan kesehatan di masa mendatang, serta risiko kematian."

Para peneliti yang menerbitkan studi mereka melalui Lancet Digital Health menyoroti bahwa meskipun prediksi AI memberikan manfaat yang signifikan, terdapat potensi kesalahan prediksi akibat faktor-faktor yang tidak teridentifikasi, seperti apakah pasien menerima perawatan tambahan atau mengalami kematian secara tiba-tiba. Namun, mereka menekankan bahwa secara keseluruhan, model tersebut memiliki potensi untuk mendeteksi perubahan halus dalam struktur jantung, yang mungkin dapat menjadi tanda peringatan penyakit atau risiko kematian yang bisa terlewatkan oleh dokter.

Dr. Arunashis Sau, seorang dokter klinis akademis di Imperial College London yang memimpin penelitian ini menyatakan, "Model AI mampu mendeteksi detail-detail halus dalam EKG yang mungkin tidak terdeteksi oleh pengamatan manual, dan dapat menjadi petunjuk awal dari masalah kesehatan jantung yang pada pandangan awal terlihat normal."

Sau menekankan bahwa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di rumah sakit dan faskes lainnya untuk menentukan peran model ini dalam diagnosis dan perawatan pasien di masa mendatang. Beliau juga menyoroti bahwa model AI ini mungkin juga bermanfaat bagi pasien dengan masalah kesehatan lain seperti diabetes, yang cenderung berdampak pada kondisi jantung.

"Potensi pemanfaatan model ini dapat memberikan dampak positif terhadap pengelolaan perawatan pasien dan pada akhirnya bisa meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup pasien," kataDr. Ng.

 

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved