Sumber foto: iStock

Mengungkap Misteri Letusan Gunung Berapi 1831 yang Mendinginkan Bumi

Tanggal: 19 Jan 2025 20:30 wib.
Pada tahun 1831, sebuah letusan gunung berapi yang sangat dahsyat mengguncang dunia. Meski fenomena tersebut berlangsung hampir dua abad lalu, dampaknya pada Bumi dan misteri di balik gunung tersebut baru terungkap melalui penelitian terbaru. Letusan ini menghasilkan banyak sulfur dioksida yang terlepas ke stratosfer, menurunkan suhu tahunan di belahan utara Bumi hingga 1 derajat Celsius.

Fenomena Langit Berwarna Aneh di 1831

Pada Agustus 1831, berbagai laporan dari seluruh dunia, termasuk dari China, Eropa, Amerika Serikat, dan Karibia, menyebutkan fenomena langit yang tampak biru, ungu, hingga hijau. Peneliti menduga fenomena ini terjadi akibat debu dan gas vulkanik yang menyebarkan cahaya Matahari secara tidak biasa.

Penelitian yang Mengungkap Identitas Gunung Berapi

Misteri identitas gunung yang menyebabkan letusan hebat ini baru terpecahkan berkat penelitian modern. Tim ilmuwan mengambil sampel inti es dari Greenland untuk menganalisis isotop sulfur, butiran abu, serta pecahan kaca vulkanik yang terkandung di dalamnya.

Dengan bantuan teknik geokimia, penanggalan radioaktif, dan pemodelan komputer, para peneliti akhirnya memetakan sumber letusan ke gunung berapi Zavaritskii. Gunung ini terletak di Pulau Simushir, bagian dari Kepulauan Kuril di Samudra Pasifik.

Menguak Sejarah Gunung Zavaritskii

Gunung Zavaritskii sebelumnya nyaris tidak tercatat dalam sejarah vulkanologi. Catatan terakhir menyebutkan bahwa gunung ini meletus pada tahun 800 SM. Pulau Simushir sendiri adalah wilayah terpencil di antara Jepang dan Rusia, tanpa penghuni, sehingga sangat sedikit dokumentasi mengenai aktivitas vulkaniknya.

William Hutchison, penulis utama studi dari School of Earth and Environmental Sciences di University of St. Andrews, menjelaskan bahwa informasi tentang gunung ini terbatas pada catatan kapal yang kebetulan melintasi pulau tersebut selama bertahun-tahun.

Kandidat Lain Sebelum Zavaritskii Teridentifikasi

Sebelum Zavaritskii diidentifikasi, para ilmuwan sempat menduga letusan berasal dari gunung berapi di dekat ekuator. Salah satu kandidat yang dipertimbangkan adalah Gunung Babuyan Claro di Filipina.

Namun, analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa letusan Zavaritskii memiliki ciri-ciri vulkanik yang paling sesuai dengan bukti yang ditemukan. Pecahan kaca vulkanik dengan panjang sekitar 0,02 mm menjadi salah satu kunci utama yang mengarahkan penelitian ke gunung ini.

Letusan yang Menandai Akhir Zaman Es Kecil

Letusan Zavaritskii bukan satu-satunya peristiwa vulkanik besar yang terjadi dalam periode tersebut. Penelitian menemukan bahwa tiga gunung berapi lain juga meletus antara tahun 1808 dan 1835. Fenomena ini bertepatan dengan berakhirnya Zaman Es Kecil, periode pendinginan global yang berlangsung selama beberapa abad.

Gunung Tambora di Indonesia, yang meletus pada tahun 1815, adalah salah satu letusan paling terkenal dalam sejarah, dengan dampak global yang signifikan. Selain itu, Gunung Coseguina di Nikaragua juga meletus pada tahun 1835. Ketiga letusan ini bersama-sama memengaruhi iklim Bumi secara drastis.

Dampak Global dan Pentingnya Studi Vulkanik

Letusan Zavaritskii pada 1831 memberikan pelajaran penting tentang dampak aktivitas vulkanik pada iklim global. Sulfur dioksida yang dilepaskan ke atmosfer tidak hanya menyebabkan penurunan suhu, tetapi juga menciptakan fenomena visual yang memengaruhi langit di berbagai belahan dunia.

Penelitian ini juga menunjukkan pentingnya teknologi modern dalam mengungkap misteri sejarah geologi yang sebelumnya tersembunyi. Dengan teknik-teknik canggih seperti analisis inti es dan pemodelan komputer, para ilmuwan dapat menghubungkan bukti-bukti kecil dengan peristiwa besar yang membentuk Bumi kita.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved