Mengapa Texas dan Negara Lain Membatasi Anak-anak Bermain Internet? Fakta Penting yang Wajib Orang Tua Ketahui
Tanggal: 1 Jun 2025 10:15 wib.
Amerika Serikat kini mulai mengikuti jejak beberapa negara, termasuk Indonesia, dengan menerapkan aturan ketat terkait usia anak dalam mengakses internet. Peraturan ini khusus diberlakukan di negara bagian Texas, yang mewajibkan verifikasi usia pengguna sebelum seseorang dapat mengunduh aplikasi dari platform besar seperti Apple App Store dan Google Play Store. Aturan tersebut bertujuan melindungi anak-anak dari potensi bahaya internet dengan memastikan bahwa anak di bawah usia 18 tahun hanya bisa mengakses aplikasi jika mendapat izin dari orang tua.
Menurut laporan Reuters pada Rabu (28/5/2025), setiap pengguna yang berusia di bawah 18 tahun harus mengajukan persetujuan orang tua sebelum mereka bisa mengunduh aplikasi atau melakukan pembelian dalam aplikasi. Kebijakan ini mencerminkan upaya yang semakin gencar untuk membatasi akses anak-anak ke konten yang mungkin tidak sesuai dengan usia mereka, sekaligus mendorong tanggung jawab orang tua dalam pengawasan penggunaan perangkat digital.
Penolakan dari Apple dan Google
Menariknya, aturan ini mendapat penentangan keras dari dua raksasa teknologi, yaitu Apple dan Google. Mereka keberatan karena kebijakan yang diterapkan sangat luas, meliputi semua jenis aplikasi tanpa kecuali, bahkan yang tidak kontroversial sekalipun. Misalnya, aplikasi yang hanya menampilkan update cuaca atau skor olahraga tetap harus menjalani verifikasi usia yang ketat menurut aturan ini.
Apple menekankan bahwa penerapan aturan tersebut harus dilakukan secara selektif. Mereka mengusulkan agar pembagian data usia pengguna hanya diterapkan pada aplikasi yang memang memerlukan pengawasan ketat, terutama yang berpotensi membahayakan anak-anak. Ini menjadi titik perdebatan karena jika aturan dijalankan secara menyeluruh, bisa menghambat akses pengguna muda ke berbagai aplikasi yang sebenarnya aman.
Pendapat Google Tentang Pendekatan yang Tepat
Google pun menyuarakan pandangan serupa. Direktur Senior Urusan Pemerintahan dan Kebijakan Publik Google, Kareen Ghanem, menegaskan bahwa pembatasan usia harus dijalankan dengan cara yang benar dan terarah. Ia menekankan pentingnya aturan yang fokus pada perusahaan media sosial saja, karena jenis aplikasi ini terbukti memiliki risiko yang lebih besar terhadap keamanan dan kesejahteraan anak-anak.
Dengan kata lain, Google menyarankan agar regulasi lebih menitikberatkan pada platform media sosial ketimbang aplikasi lain yang tidak memuat konten berisiko. Ini sejalan dengan pendekatan yang ingin mengimbangi perlindungan anak sekaligus menjaga kenyamanan dan kebebasan pengguna dalam mengakses aplikasi yang mereka butuhkan.
Dukungan dari Meta, Snap, dan X
Berbeda dengan Apple dan Google, beberapa perusahaan media sosial besar seperti Meta, Snap, dan X justru memberikan dukungan pada aturan verifikasi usia di toko aplikasi. Mereka menilai bahwa platform toko aplikasi adalah tempat terbaik untuk melakukan proses verifikasi usia pengguna, bukan di masing-masing aplikasi secara terpisah.
Ketiga perusahaan tersebut berpendapat bahwa orang tua lebih menginginkan layanan yang terpadu dan mudah diakses untuk memverifikasi usia anak mereka serta memberikan izin secara privat ketika anak hendak mengunduh aplikasi. Menurut mereka, sistem verifikasi di tingkat toko aplikasi dapat menjaga privasi dan keamanan data dengan lebih baik. Lebih dari sepertiga negara bagian di AS sudah mengajukan RUU yang mengakui pentingnya peran toko aplikasi dalam proses verifikasi ini.
Indonesia dan Australia Juga Mengatur Pembatasan Usia Anak
Tidak hanya Amerika Serikat, Indonesia juga telah mengambil langkah nyata dalam hal ini. Pada bulan lalu, pemerintah Indonesia menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 yang mengatur tata kelola sistem elektronik untuk melindungi anak-anak dari akses yang tidak pantas di dunia digital. Peraturan ini membagi pembatasan usia menjadi tiga kategori, salah satunya adalah untuk anak di bawah usia 13 tahun. Anak-anak dalam rentang usia ini hanya boleh mengakses produk dan layanan yang berprofil rendah dan memang dirancang khusus untuk mereka, serta harus mendapat persetujuan orang tua terlebih dahulu.
Sementara itu, Australia juga sudah memberlakukan aturan serupa dengan melarang anak-anak di bawah usia 16 tahun untuk mengakses media sosial. Langkah ini diambil sebagai upaya melindungi kesehatan mental dan kesejahteraan anak-anak dari pengaruh negatif konten digital dan tekanan sosial di platform media sosial.
Dampak dan Manfaat Pembatasan Usia di Internet
Aturan pembatasan usia ini memiliki dampak yang sangat besar dalam menjaga keselamatan anak-anak di dunia digital yang semakin kompleks dan penuh risiko. Anak-anak sangat rentan terhadap berbagai konten berbahaya seperti kekerasan, pornografi, hingga bullying online yang dapat memengaruhi perkembangan psikologis mereka.
Dengan verifikasi usia yang ketat, diharapkan anak-anak bisa terlindungi dari konten-konten yang tidak sesuai dan orang tua bisa lebih aktif mengawasi aktivitas digital anak-anak mereka. Selain itu, aturan ini juga mendorong para pengembang aplikasi untuk lebih bertanggung jawab dalam menyediakan konten yang aman dan ramah anak.
Tantangan dan Proses Implementasi
Meski aturan ini memiliki niat mulia, penerapannya tentu tidak tanpa tantangan. Pihak platform seperti Apple dan Google mengkhawatirkan risiko pelanggaran privasi serta potensi hambatan akses bagi pengguna muda yang sebenarnya tidak berbahaya.
Selain itu, verifikasi usia harus dilakukan dengan cara yang tidak memberatkan pengguna dan tetap menjaga keamanan data pribadi. Ini menjadi tantangan teknologi yang harus dihadapi oleh semua pemangku kepentingan.
Namun, dukungan dari perusahaan media sosial besar menunjukkan bahwa regulasi seperti ini semakin mendapat tempat dan bisa menjadi standar baru di berbagai negara. Penggabungan verifikasi di tingkat toko aplikasi bisa jadi solusi yang efektif dan efisien.