Sumber foto: ui42

Mengapa Temu dan Shein Bisa Kehilangan Pangsa Pasar: Tantangan Baru Bagi E-Commerce Global

Tanggal: 15 Apr 2025 05:36 wib.
E-commerce global terus berkembang dengan kehadiran berbagai aplikasi dan platform baru yang menawarkan kemudahan berbelanja barang dari luar negeri dengan harga yang sangat terjangkau. Di Indonesia, dua aplikasi yang sempat menarik perhatian banyak orang adalah Temu dan Shein. Keduanya dikenal dengan model bisnis yang memungkinkan mereka menjual produk langsung dari produsen di China ke konsumen akhir tanpa perantara. Hal ini membuat harga jual mereka jauh lebih rendah dibandingkan barang serupa yang dijual oleh produsen lokal. Meskipun banyak disambut baik karena harga murah, keberadaan Temu dan Shein ternyata tidak bebas dari kontroversi dan tantangan hukum di Indonesia.

Pemerintah Indonesia Mengintervensi Temu dan Shein

Dalam beberapa waktu terakhir, kedua aplikasi ini sempat menarik perhatian karena sempat terdaftar di Google Play Store dan Apple App Store Indonesia. Namun, pemerintah Indonesia dengan cepat melakukan intervensi dengan melarang keduanya beroperasi di pasar Indonesia. Keputusan ini diambil karena banyak pihak, termasuk pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal, merasa bahwa model bisnis yang diterapkan Temu dan Shein dapat mengancam keberlangsungan UMKM di tanah air.

Dengan menjual barang secara langsung dari produsen di China tanpa melalui saluran distribusi lokal, kedua aplikasi tersebut mampu menawarkan harga barang yang sangat murah. Hal ini membuat UMKM lokal kesulitan untuk bersaing, karena mereka harus memenuhi berbagai regulasi dan biaya produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Temu dan Shein yang tidak terikat dengan peraturan yang sama. Pemerintah Indonesia melihat hal ini sebagai ancaman bagi industri dalam negeri, yang berpotensi menghambat perkembangan UMKM dan bahkan menyebabkan kebangkrutan bagi pelaku usaha lokal.

Model Bisnis Temu dan Shein yang Mengancam UMKM

Temu dan Shein menerapkan model direct-to-consumer (D2C), yang memungkinkan mereka mengirimkan barang langsung dari pabrik di China ke konsumen tanpa melalui perantara atau distributor. Dengan demikian, kedua aplikasi ini dapat menawarkan harga yang jauh lebih rendah daripada produk yang dijual oleh pedagang lokal yang bergantung pada distribusi dan stok barang. Harga murah ini menjadi daya tarik utama bagi konsumen, terutama di pasar negara berkembang seperti Indonesia.

Namun, model bisnis ini memiliki dampak negatif bagi industri lokal, terutama bagi UMKM yang tidak mampu menandingi harga jual barang-barang impor dari China. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia memilih untuk menangguhkan operasi kedua aplikasi tersebut guna melindungi pelaku usaha lokal yang selama ini berkontribusi terhadap perekonomian negara.

Tantangan Baru bagi Temu dan Shein: Tarif Impor dari Presiden Trump

Sementara itu, di pasar global, Temu dan Shein menghadapi tantangan besar lainnya yang datang dari kebijakan tarif yang dikenakan oleh Presiden AS Donald Trump. Trump telah menetapkan tarif sebesar 145% untuk barang impor dari China. Kebijakan ini diterapkan sebagai bagian dari perang dagang yang lebih luas dengan China, dan bertujuan untuk menekan ekspor China ke Amerika Serikat.

Sebelumnya, Temu dan Shein sangat diuntungkan oleh kebijakan de minimis yang memungkinkan mereka mengimpor barang senilai kurang dari US$800 tanpa dikenakan tarif bea cukai. Kebijakan ini memberikan mereka ruang untuk menawarkan harga barang yang sangat terjangkau bagi konsumen Amerika. Namun, kebijakan penghapusan de minimis ini, yang beriringan dengan tarif tinggi dari Trump, membuat kedua perusahaan menghadapi kesulitan besar.

Berdasarkan laporan Reuters, nilai pasar e-commerce lintas negara yang melibatkan China sangat besar, mencapai 2,63 triliun yuan (sekitar Rp6.039 triliun). Potensi ini kini terancam dengan diberlakukannya tarif dan perubahan kebijakan yang dapat mengganggu operasi Temu dan Shein, yang mengandalkan skema cross-border untuk menjaga harga tetap rendah.

Dampak Tarif Trump Bagi Pedagang China

Bukan hanya Temu dan Shein yang terancam dengan kebijakan tarif ini, namun juga pedagang besar asal China yang beroperasi di platform e-commerce besar seperti Amazon. Amazon, yang sangat bergantung pada penjual dari China, kini menghadapi potensi penurunan pasokan dari negara tersebut akibat tarif yang sangat tinggi.

Menurut Wang Xin, kepala Shenzhen Cross-Border E-Commerce Association, yang mewakili lebih dari 3.000 penjual di Amazon, kenaikan tarif ini dapat memukul sangat keras para pelaku usaha kecil. Beberapa di antaranya bahkan mempertimbangkan untuk menarik diri dari pasar AS, yang selama ini menjadi salah satu pasar utama mereka. Kenaikan tarif dan biaya logistik yang semakin tinggi membuat banyak pedagang China berencana untuk menaikkan harga produk mereka hingga 30% atau bahkan mengurangi stok barang secara drastis.

Dave Fong, seorang penjual di Amazon, mengungkapkan bahwa ia akan menghabiskan stok barangnya yang tersisa dan mengurangi belanja iklan di platform Amazon yang selama ini menyerap sebagian besar pendapatannya. Ia menyebut bahwa situasi ini membuat pasar AS semakin tidak menguntungkan bagi pedagang asal China.

Tantangan Bagi Pedagang China yang Mengandalkan Amazon

Pedagang China, yang merupakan pemasok utama barang-barang di Amazon, kini berada dalam posisi yang sangat sulit. Tanpa pasar sebesar AS, mereka harus mencari alternatif negara lain dengan daya beli yang besar, seperti Eropa, Kanada, dan Meksiko. Namun, pasar-pasar ini tidak bisa menggantikan potensi keuntungan yang ada di AS.

Selain itu, banyak produsen China yang kini mempertimbangkan untuk memindahkan lini produksi mereka ke negara-negara lain seperti Vietnam atau Meksiko agar dapat menghindari tarif tinggi dan mempertahankan keuntungan mereka. Beberapa perusahaan bahkan mengurangi investasi mereka di pasar AS dan mulai berfokus pada pasar alternatif.

Dampak Besar Bagi Ekonomi China

Kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan oleh AS dapat memberikan dampak besar bagi ekonomi China, terutama bagi bisnis kecil dan manufaktur. Dengan semakin sulitnya ekspor ke AS, banyak perusahaan yang terancam kesulitan finansial. Hal ini dapat mengarah pada peningkatan angka pengangguran di sektor industri kecil dan menengah di China.

Apa yang Harus Diperhatikan?

Temu dan Shein yang sebelumnya menikmati keberhasilan berkat harga barang yang sangat murah kini menghadapi tantangan besar baik di pasar Indonesia maupun pasar AS. Untuk bertahan, mereka harus menghadapi kebijakan pemerintah yang melindungi UMKM lokal serta kebijakan tarif yang diterapkan oleh AS. Dalam jangka panjang, mereka perlu menyesuaikan model bisnis dan menghadapi potensi dampak ekonomi yang lebih luas.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved