Mengapa Satelit Tak Pernah Jatuh ke Bumi? Ini Rahasia Pergerakannya yang Mengejutkan
Tanggal: 1 Jun 2025 10:02 wib.
Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa satelit yang mengelilingi Bumi tidak pernah jatuh, padahal tak ada tali pengaman yang menahannya di angkasa? Di luar angkasa, ratusan hingga ribuan satelit melintasi orbit Bumi setiap harinya. Mereka melaju tanpa henti, tampak stabil dan seolah menggantung di angkasa. Tapi, kenyataannya, keberadaan mereka sangat bergantung pada prinsip-prinsip fisika dan perhitungan ilmiah yang sangat presisi.
Situs Space menjelaskan bahwa satelit bisa tetap berada di orbit karena mereka berada dalam kondisi yang disebut perpetual fall atau "jatuh terus-menerus". Meskipun terdengar aneh, artinya satelit sebenarnya sedang jatuh ke Bumi, namun karena kecepatan horizontalnya sangat tinggi, ia justru terus-menerus meluncur mengikuti kelengkungan Bumi, bukan menabraknya.
Kunci Utama: Kecepatan Tinggi
Agar bisa berada dalam kondisi "jatuh abadi" itu, satelit harus bergerak dengan kecepatan luar biasa, yakni sekitar 8 kilometer per detik. Kecepatan ini bukan angka sembarangan. Ini adalah kecepatan minimal yang dibutuhkan agar satelit bisa melawan gaya gravitasi Bumi dan tetap berada di orbitnya tanpa kembali jatuh ke permukaan.
Yang menarik, dorongan kecepatan ini bukan dihasilkan dari bahan bakar yang dibawa satelit. Sebaliknya, satelit mendapatkan dorongan awal ini dari roket peluncur yang membawanya dari Bumi menuju orbit. Saat mencapai titik orbit yang ditentukan, satelit dilepaskan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Kecepatan inilah yang membuat satelit terus bergerak mengitari Bumi.
Dengan tetap mempertahankan kecepatan itu, gaya sentrifugal dari gerak satelit akan terus melawan tarikan gravitasi Bumi. Selama kedua gaya ini seimbang, satelit akan tetap mengorbit tanpa jatuh.
Fungsi Bahan Bakar Satelit
Meskipun tidak digunakan untuk mempertahankan kecepatan utama, bahan bakar dalam satelit tetap memiliki peran penting. Bahan bakar tersebut biasanya digunakan untuk melakukan manuver, seperti:
Menyesuaikan posisi orbit
Menghindari tabrakan dengan puing luar angkasa
Mengubah arah atau orientasi antena
Memperpanjang masa aktif operasional
Jadi, meskipun fungsi utamanya bukan untuk mempertahankan kecepatan, bahan bakar sangat penting untuk menjaga agar satelit tetap dapat beroperasi optimal selama di orbit.
Posisi dan Jenis Orbit Satelit
Tidak semua satelit ditempatkan di ketinggian yang sama. Lokasi orbit satelit dibagi menjadi beberapa kategori, tergantung pada fungsi dan tujuannya. Berikut adalah beberapa jenis orbit yang umum digunakan:
1. Low Earth Orbit (LEO) – Orbit Rendah Bumi
Ketinggian: 160 km – 2.000 km
Digunakan untuk: Stasiun luar angkasa (seperti ISS), pesawat ulang-alik, misi manusia, dan satelit komunikasi cepat.
Contoh: Jaringan Starlink milik SpaceX, yang menyediakan internet global berkecepatan tinggi.
LEO adalah orbit yang paling dekat dengan Bumi. Karena dekat, satelit di orbit ini membutuhkan kecepatan lebih tinggi agar tidak tertarik gravitasi Bumi.
2. Geostationary Earth Orbit (GEO) – Orbit Geostasioner
Ketinggian: sekitar 35.786 km di atas garis khatulistiwa.
Digunakan untuk: Satelit komunikasi, siaran TV, dan pengamatan cuaca jangka panjang.
Contoh: Satelit Merah Putih 2 milik Telkom Indonesia.
Di orbit ini, satelit tampak "diam" dari permukaan Bumi karena mereka berputar selaras dengan rotasi Bumi. Ini membuatnya ideal untuk komunikasi yang konsisten.
3. Polar Orbit – Orbit Kutub
Jalur lintas: Melintasi kutub utara dan selatan.
Digunakan untuk: Satelit cuaca, pemetaan Bumi, dan misi mata-mata.
Karena melintasi seluruh permukaan Bumi secara berkala, orbit kutub memungkinkan pengumpulan data global dari berbagai wilayah.
Mengapa Penempatan Orbit Penting?
Penempatan satelit di orbit tertentu sangat krusial untuk fungsinya. Misalnya, satelit komunikasi harus berada pada posisi tetap agar sinyalnya bisa diterima secara stabil oleh antena di permukaan. Oleh karena itu, orbit geostasioner menjadi pilihan utama untuk komunikasi jarak jauh.
Di sisi lain, satelit observasi dan cuaca lebih baik berada di orbit rendah atau kutub agar bisa menangkap citra permukaan Bumi dengan detail yang tinggi.
Satelit dan Tantangan Luar Angkasa
Selain harus menjaga kecepatan dan posisi, satelit juga menghadapi tantangan lain di luar angkasa. Salah satu yang utama adalah sampah antariksa. Ribuan puing dari satelit rusak, sisa roket, hingga serpihan logam mengelilingi Bumi dan berisiko menabrak satelit aktif.
Untuk menghindari tabrakan, operator satelit harus rutin memantau lintasan puing dan mengubah posisi satelit jika diperlukan. Inilah mengapa navigasi dan manuver sangat penting, dan peran bahan bakar kembali menjadi vital.