Sumber foto: iStock

Media Sosial dan Anak: Perlukah Pembatasan Akun Demi Keamanan Digital?

Tanggal: 23 Feb 2025 17:42 wib.
Tampang.com | Media sosial (medsos) telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali bagi anak-anak. Namun, fenomena ini membawa tantangan tersendiri. Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Meutya Hafid menekankan pentingnya menjaga anak dari dampak negatif ruang digital, sehingga wacana pelarangan anak untuk membuat akun di media sosial muncul. Dia mencatat adanya risiko penyebaran konten yang tidak pantas, termasuk pornografi, di dunia maya. 

Menyusul tingginya tingkat pengguna internet di Indonesia, yang mencapai 221 juta orang atau 79,5% dari populasi, anak-anak berusia di bawah 12 tahun termasuk dalam daftar pengguna aktif. Data terbaru mengungkapkan bahwa sekitar 9,17% dari total pengguna internet terkena dampak langsung dengan akses konten digital yang luas. Hal ini memberikan alarm bagi orang tua dan pemerintah tentang perlunya langkah mitigasi yang lebih efektif.

Menurut survei yang dirilis oleh National Center for Missing and Exploited Children (NCMEC), Indonesia menduduki peringkat keempat secara global dalam jumlah kasus pornografi anak di ruang digital. Hal ini menunjukkan akar permasalahan yang serius yang harus ditangani segera. "Angka-angka ini menyadarkan kita semua akan pentingnya menjaga anak-anak di dunia digital," ungkap Meutya pada acara Safer Internet Day 2025 yang diadakan di Jakarta.

Lebih lanjut, survei Unicef tahun 2024 menunjukkan bahwa setiap 0,5 detik, seorang anak di seluruh dunia bersentuhan dengan dunia digital untuk pertama kalinya. Ini adalah tren yang membutuhkan perhatian besar karena semakin banyak anak-anak yang terpapar pada konten yang tidak sesuai dengan usianya. Untuk itu, Kemenkominfo mengambil langkah nyata untuk mengontrol konten negatif di internet, termasuk pornografi dan perjudian yang melibatkan anak-anak. 

Seiring hadirnya berbagai platform media sosial, peran serta pengelola platform menjadi sangat penting dalam menciptakan ruang digital yang aman. Meutya menekankan bahwa perusahaan seperti Google, meskipun beroperasi di luar negeri, harus tetap mematuhi regulasi yang ada di Indonesia. "Kami ingin mereka memiliki komitmen yang sama dalam berkontribusi terhadap masyarakat," tegasnya. 

Penting untuk memberi perhatian khusus pada konten yang dapat diakses oleh anak-anak. Direktur Ekonomi Digital di Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, mengungkapkan bahwa perlu ada pembatasan akses yang lebih ketat bagi anak-anak. "Idealnya, setiap penyelenggara sistem elektronik (PSE) harus memiliki regulasi yang dapat membedakan konten untuk anak-anak, agar lebih aman," ungkap Huda. 

Sebagai contoh, Huda menunjukkan bagaimana YouTube telah meluncurkan dua versi aplikasi—YouTube Kids dan YouTube reguler. Dia menegaskan bahwa pembatasan ini jangan hanya mengandalkan YouTube Kids saja, tetapi juga seharusnya ada pengaturan lebih lanjut pada YouTube reguler untuk melindungi anak-anak. 

Huda juga menambahkan bahwa pengawasan di ruang digital sangat diperlukan. "Tidak semua konten yang ada di media sosial cocok untuk konsumsi anak-anak. Ini adalah langkah positif agar anak-anak dapat menikmati tontonan yang ramah dan layak," tegasnya.

Di tengah wacana pembatasan akun media sosial bagi anak-anak, Kemenkominfo telah mencatat adanya celah keamanan digital. Meskipun terdapat batasan usia, banyak anak di bawah 13 tahun yang masih dapat membuat akun media sosial tanpa pengawasan orang tua. Hal ini meningkatkan risiko mereka terpapar pada konten tidak pantas dan penipuan online.

Pemerintah tidak bermaksud untuk memberikan sanksi kepada anak-anak atau orang tua, tetapi lebih pada penyedia layanan yang terbukti melanggar ketentuan yang ada. Sanksi ini diharapkan dapat mendorong platform untuk lebih hati-hati dalam tujuan mereka menyediakan konten yang sesuai untuk kelompok usia anak. 

Dengan perkembangan teknologi yang pesat dan tantangan baru di dunia digital, keterlibatan aktif orang tua dalam mengawasi penggunaan media sosial anak-anak sangatlah penting. Orang tua perlu mengedukasi anak-anaknya mengenai risiko yang ada dan bagaimana cara menjaga diri mereka di dunia maya. 

Kita berada di zaman di mana teknologi mengubah cara berinteraksi dan berkomunikasi. Oleh karena itu, kesinambungan antara pemerintah, penyedia layanan, dan orang tua sangatlah penting untuk menciptakan lingkungan digital yang aman. Hal ini tidak hanya mempertahankan keselamatan anak-anak, tetapi juga memastikan bahwa mereka dapat mengambil manfaat dari kemajuan teknologi dengan cara yang positif.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved