Sumber foto: iStock

Masa Depan TikTok di AS: Akankah ByteDance Melepaskannya atau Bertahan?

Tanggal: 23 Feb 2025 17:44 wib.
Tampang.com | Dalam upaya untuk mempertahankan keberadaan TikTok di Amerika Serikat, ByteDance Ltd., perusahaan induk dari aplikasi video yang sangat populer ini, intensif melakukan lobi dengan para pemangku kepentingan. TikTok, yang dikenal sebagai platform sosial bagi jutaan pengguna di seluruh dunia, kini tengah menghadapi tantangan serius dalam mempertahankan eksistensinya di pasar AS. 

Saat ini, ByteDance, yang diperkirakan memiliki nilai lebih dari US$300 miliar pada akhir tahun lalu, sedang berada dalam posisi yang sulit. Investor, terutama yang berbasis di AS, harus mempertimbangkan kembali proyeksi finansial mereka terkait TikTok.

Meskipun tantangan ini dapat menimbulkan gangguan jangka pendek, banyak pihak menyadari bahwa sektor pemasukan dari bisnis ByteDance yang berpusat di China adalah faktor penentu di balik valuasi yang tinggi. sekitar 80% dari total pendapatan ByteDance berasal dari pasar domestik China, terutama dari aplikasi Douyin yang mirip dengan TikTok dan ditujukan khusus untuk konsumen di China.

Salah satu fakta menarik yang terungkap adalah bahwa meskipun TikTok telah mengumpulkan 170 juta pengguna di AS, aplikasi ini telah diunduh lebih dari 5 miliar kali di seluruh dunia, menurut laporan dari Sensor Tower.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun menghadapi masalah di AS, TikTok masih memiliki pasar yang sangat besar dan beragam di luar negeri. Ini berarti jika terjadi larangan di AS, TikTok masih dapat terus beroperasi di berbagai negara lainnya yang menjanjikan pertumbuhan.

Namun, situasi saat ini diperburuk oleh perundang-undangan yang disahkan oleh Kongres AS hampir setahun yang lalu. Undang-undang tersebut mengharuskan ByteDance untuk melepaskan kepemilikan TikTok di AS kepada pemilik non-China, dengan batas waktu yang ditentukan pada 19 Januari.

Dalam upaya untuk memberi lebih banyak waktu untuk mencapai kesepakatan, mantan Presiden Donald Trump memberikan tambahan 75 hari. Ketidakpastian ini memengaruhi investor, terutama mereka yang berbasis di AS, yang mengklaim bahwa sekitar 60% dari keseluruhan kepemilikan ByteDance dipegang oleh investor asing yang telah menanamkan lebih dari US$19 miliar dalam bisnis ini. Investor besar seperti Sequoia Capital dan General Atlantic juga terlibat dalam investasi ini dan lebih suka melihat TikTok terus beroperasi di AS.

Namun, para investor di sektor ini memahami bahwa kontribusi TikTok terhadap pendapatan global ByteDance masih tergolong kecil. Beberapa memperkirakan TikTok di AS hanya menyumbang kurang dari 10% dari total pendapatan. Meskipun tampak kecil, kehadiran TikTok di pasar AS tetap menjadi aspek strategis mengingat AS merupakan pasar iklan terbesar di dunia.

Sejak ditayangkan, TikTok telah menjadi platform yang sangat menarik bagi para pengiklan. Pada kuartal terakhir, Meta Platforms Inc., induk dari Facebook dan Instagram, melaporkan bahwa 45% dari pendapatan iklannya dihasilkan dari AS dan Kanada.

Selain TikTok, ByteDance juga memiliki banyak produk yang telah berhasil di pasar China, termasuk Toutiao dan bisnis AI yang akan bersaing dengan produk seperti ChatGPT, Doubao. Berdasarkan analisis, Douyin, versi lokal dari TikTok, memiliki potensial untuk bersaing dengan raksasa e-commerce seperti Alibaba dan JD.com.

Mengingat ByteDance merupakan salah satu pemain utama dalam industri periklanan online di China, pertumbuhan pasar dan potensi bisnis mereka tetap menjanjikan terlepas dari ketidakpastian seputar TikTok.

Pertanyaan yang kini mengemuka adalah apakah ByteDance akan terus mempertahankan kendali atas TikTok atau memilih jalur penjualan untuk mengatasi masalah yang ada. Beberapa investor menyatakan penjualan mungkin dapat menguntungkan, memberikan pembayaran signifikan bagi investor yang berbasis di AS.

TikTok sendiri bisa memperoleh dana antara US$20 hingga US$150 miliar, tergantung pada kesepakatan yang dicapai. Hal ini berpotensi menguntungkan investor institusional, meskipun mereka mungkin tidak menerima lebih dari 60% dari total nilai, tergantung pada struktur kesepakatan.

Para investor seperti Susquehanna yang turut berinvestasi di ByteDance sejak awal, bisa menyaksikan keuntungan yang signifikan. Warren Buffet, pemilik Berkshire Hathaway, sering menjelaskan bahwa peluang investasi dalam aset yang tampaknya tidak terlalu menjanjikan bisa menghasilkan keuntungan luar biasa dalam jangka panjang. Di sisi lain, pengurangan nilai yang dinyatakan oleh Vision Fund SoftBank juga menyiratkan adanya keraguan mengenai masa depan TikTok di pasar AS.

Di tengah semua ini, kurangnya kejelasan mengenai masa depan IPO ByteDance menambah ketidakpastian bagi investor. CFO ByteDance, Julie Gao, saat pertemuan internal dengan karyawan, mengakhiri dengan catatan bahwa tingkat pertumbuhan pasar domestik di China telah menurun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini membawa pada pertanyaan baru terkait rencana IPO dan potensi ByteDance di pasar internasional.

Dalam konteks yang lebih luas, beberapa investor dari AS mengungkapkan keyakinan meskipun ada tantangan dalam menjaga eksistensi TikTok. Mereka berharap agar resolusi yang menguntungkan segera dicapai untuk mengurangi gejolak yang terjadi akibat ketegangan geopolitik ini.

Mereka percaya bahwa walau kehilangan TikTok bukanlah akhir dari segalanya bagi ByteDance, namun situasi ini memang memerlukan perhatian ekstra agar mereka tetap dapat berekspansi secara global tanpa terhambat oleh regulasi yang terlalu ketat. Dengan latar belakang inilah, investor tetap optimis bahwa ByteDance dan aplikasinya akan menemukan jalan untuk terus bertumbuh.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved