Sumber foto: Unsplash

Malaysia: Pusat Data Center dan Semikonduktor Terkemuka di Asia Tenggara

Tanggal: 18 Jun 2024 18:55 wib.
Malaysia semakin memperkokoh posisinya sebagai pusat data center dan semikonduktor terkemuka di Asia Tenggara seiring dengan meningkatnya permintaan untuk cloud computing atau komputasi awan dan kecerdasan buatan. Dalam beberapa tahun terakhir, negara ini berhasil menarik investasi miliaran dolar di sektor data center dari perusahaan teknologi besar seperti Google, Nvidia, dan Microsoft.

Perkembangan Data Center di Johor Bahru

Kota kecil Johor Bahru, yang berbatasan langsung dengan Singapura, telah menjadi pusat utama investasi ini. James Murphy, Direktur Manajer APAC di perusahaan intelijen data center DC Byte, mengungkapkan bahwa Johor Bahru diproyeksikan akan melampaui Singapura sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara dalam beberapa tahun mendatang.

Menurut Indeks Data Center Global 2024 dari DC Byte, Johor Bahru adalah pasar yang paling cepat berkembang di Asia Tenggara dengan total pasokan data center mencapai 1,6 gigawatt.

Pertumbuhan pesat ini didorong oleh perubahan permintaan global pasca pandemi, yang mempercepat transformasi digital dan adopsi komputasi awan. Permintaan yang tinggi untuk layanan streaming video, penyimpanan data, serta layanan yang dilakukan melalui internet dan ponsel, telah meningkatkan kebutuhan akan data center. Selain itu, peningkatan layanan kecerdasan buatan juga memerlukan data center khusus dengan daya komputasi tinggi.

Malaysia menawarkan keunggulan bagi investasi data center berkat biaya energi dan lahan yang lebih murah dibandingkan dengan negara-negara seperti Singapura dan Hong Kong. Kebijakan ramah investasi seperti inisiatif Green Lane Pathway yang diluncurkan pada tahun 2023 juga mempercepat persetujuan penggunaan listrik untuk data center dalam waktu kurang dari 12 bulan. Hal ini sangat menarik bagi para investor yang mencari efisiensi dan percepatan operasional.

Namun, kebijakan pembatasan kapasitas data center di Singapura sejak tahun 2019 telah mendorong banyak investasi beralih ke Johor Bahru. Meski Singapura kini berupaya meningkatkan kapasitas data center dengan standar efisiensi hijau dan energi terbarukan, keterbatasan sumber daya tetap menjadi tantangan signifikan.

Tantangan dan Peluang

Meskipun lonjakan data center di Malaysia memberikan dorongan besar bagi ekonomi negara, ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang kebutuhan energi dan air. Bank Investasi Kenanga memperkirakan permintaan listrik dari data center di Malaysia akan mencapai 5 GW pada tahun 2035, sementara kapasitas listrik terpasang saat ini sekitar 27 GW. Pejabat setempat, termasuk Walikota Johor Bahru Mohd Noorazam Osman, menekankan pentingnya menjaga kebutuhan sumber daya lokal dan memastikan bahwa investasi data center tidak mengorbankan kebutuhan dasar masyarakat.

Di tengah kekhawatiran ini, pemerintah Malaysia berupaya mengimplementasikan lebih banyak pedoman tentang penggunaan energi hijau untuk data center. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi dampak lingkungan sekaligus mempertahankan daya tarik Malaysia sebagai tujuan investasi utama.

Dominasi Malaysia di Industri Semikonduktor, Gimana Nasib RI?

Di sektor semikonduktor, Malaysia juga menunjukkan kemajuan signifikan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa Amerika Serikat mendukung Indonesia dalam pembuatan komponen semikonduktor, sementara China juga tertarik pada bagian wafer semikonduktor.

Investasi sebesar US$ 12 miliar direncanakan di Pulau Rempang, Batam untuk mendukung industri ini. Namun, langkah ini menghadapi tantangan dari negara tetangga yang khawatir dengan perkembangan industri semikonduktor di Indonesia.

Airlangga menyatakan bahwa beberapa negara tetangga tidak senang dengan rencana Indonesia untuk maju di industri semikonduktor. Isu lingkungan sering kali digunakan untuk menghambat kemajuan ini. Singapura dan Malaysia tidak senang, makanya dibuat ribut terus sama NGO-NGO, supaya Indonesia tidak masuk di industri semikonduktor. Jadi itu realitas katanya.

Indonesia sebelumnya pernah memproduksi komponen semikonduktor, namun investor berpindah ke Malaysia akibat dari regulasi yang diterapkan. Saat ini, ekspor elektronik berbasis semikonduktor dari Indonesia ke Malaysia mencapai 40%. Untuk membangun industri semikonduktor yang kuat, Indonesia membutuhkan banyak insinyur di bidang mikroelektronika, yang dapat mendesain dan mengembangkan sirkuit elektrik.

Malaysia telah lama dikenal sebagai pusat manufaktur semikonduktor, terutama dalam proses perakitan, pengujian, dan pengemasan. Keputusan Intel untuk menginvestasikan lebih dari US$ 7 miliar untuk membangun pabrik pengemasan dan pengujian chip di Malaysia menegaskan posisi strategis negara ini dalam rantai pasokan semikonduktor global.

Fasilitas produksi pertama Intel di luar negeri adalah lokasi perakitan di Penang yang diluncurkan pada tahun 1972 dengan investasi US$ 1,6 juta. Sejak itu, Intel telah menambah fasilitas pengujian penuh serta pusat pengembangan dan desain di Malaysia.

Tak hanya Intel saja, raksasa chip asal AS lainnya yakni GlobalFoundries juga tertarik untuk berinvestasi di Malaysia. Pada September 2023, perusahaan ini membuka hub di Penang untuk mendukung operasi manufaktur global bersama dengan pabriknya di Singapura, AS, dan Eropa.

Selain itu, pembuat chip terkemuka asal Jerman, Infineon, pada Juli 2022 mengumumkan akan membangun modul fabrikasi wafer ketiga di Kulim. Sementara itu, Neways, pemasok utama pembuat peralatan chip Belanda ASML, bulan lalu mengumumkan akan membangun fasilitas produksi baru di Klang.

Rencana Induk Industri Baru Malaysia

Berdasarkan data dari Otoritas Pengembangan Investasi Malaysia, negara tersebut menguasai 13% pasar global untuk layanan pengemasan, perakitan, dan pengujian chip. Ekspor perangkat semikonduktor dan sirkuit terpadu meningkat 0,03% menjadi 387,45 miliar ringgit Malaysia pada tahun 2023, di tengah lemahnya permintaan chip global.

Presiden Asosiasi Industri Semikonduktor Malaysia, Datuk Seri Wong Siew Hai, mengatakan banyak perusahaan Tiongkok mendiversifikasi sebagian produksi mereka ke Malaysia, menyebut negara tersebut sebagai Tiongkok.

Rencana Induk Industri Baru (NIMP) Malaysia tahun 2030 menawarkan peta jalan untuk meningkatkan nilai tambah sektor manufaktur dengan memperluas cakupan produk yang diekspor. Pemerintah Malaysia berharap NIMP 2030 dapat mendorong lebih banyak aktivitas front-end seperti manufaktur peralatan semikonduktor, fabrikasi wafer, dan desain sirkuit terpadu.

Baru-baru ini, Malaysia telah melihat investasi besar oleh Intel (US$ 7 miliar) dan Texas Instruments (US$ 3,1 miliar) untuk terlibat dalam aktivitas manufaktur yang lebih kompleks.

Ekspansi Intel senilai US$ 7 miliar akan mencakup pembangunan fasilitas pengemasan chip 3D yang canggih, fasilitas pengemasan chip 3D pertama Intel di luar negeri.

Selain itu, Texas Instruments berencana untuk memperluas operasinya dengan fokus pada pengembangan teknologi semikonduktor mutakhir. Investasi-investasi ini tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi tetapi juga membuka peluang pekerjaan baru dan mengembangkan keahlian teknis di Malaysia.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved