Malaysia Jadi Magnet Investasi Data Center, Microsoft Suntik Rp 36 Triliun untuk 3 Pusat Data Baru!
Tanggal: 23 Mar 2025 15:51 wib.
Tampang.com | Malaysia diperkirakan akan memulai pembangunan tiga pusat data baru yang akan dilaksanakan pada pertengahan tahun 2025. Langkah ini didukung oleh investasi fantastis sebesar US$2,2 miliar, setara dengan Rp 36,3 triliun, yang digelontorkan oleh Microsoft sekitar setahun yang lalu. Menurut Direktur Pelaksana Microsoft Malaysia, pusat data yang dinamakan Malaysia West Cloud ini akan berlokasi di Kuala Lumpur dan diharapkan mulai beroperasi pada kuartal kedua tahun 2025.
Namun, Microsoft belum mengungkapkan rincian lengkap mengenai kapasitas pusat data ini. Informasi tersebut disampaikan melalui berita dari Reuters pada 21 Maret 2025. Keputusan Microsoft untuk berinvestasi besar-besaran ini diambil pada bulan Mei tahun lalu sebagai bagian dari komitmen jangka panjang selama empat tahun ke depan.
Komitmen tersebut tidak hanya terbatas pada investasi infrastruktur, tetapi juga berfokus pada pengembangan layanan cloud dan kecerdasan buatan di Malaysia, yang merupakan salah satu negara tetangga Indonesia.
Estimasi yang diberikan oleh Microsoft menunjukkan bahwa investasi ini dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian Malaysia, dengan proyeksi pendapatan mencapai US$10,9 miliar atau Rp 179,9 triliun. Selain itu, pembangunan tiga pusat data ini diharapkan dapat menciptakan lebih dari 37 ribu lapangan kerja baru, yang tentu saja akan memberikan kontribusi signifikan terhadap meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Namun, menariknya, jumlah dan komitmen investasi Microsoft di Malaysia jauh melampaui yang diberikan kepada Indonesia. Pada tahun lalu, Microsoft menginvestasikan sekitar US$1,7 miliar atau Rp 28 triliun di Indonesia dengan periode yang sama. Dana tersebut dialokasikan untuk membangun infrastruktur cloud dan kecerdasan buatan baru di Indonesia serta memberikan dukungan kepada komunitas pengembang lokal.
Selain itu, Microsoft juga berkomitmen untuk melakukan pelatihan keterampilan di bidang kecerdasan buatan kepada sekitar 840 ribu individu di Indonesia. CEO Microsoft, Satya Nadella, menyatakan bahwa dana sebesar US$1,7 miliar itu adalah yang terbesar sepanjang 29 tahun terakhir mereka beroperasi di Indonesia, yang menunjukkan keseriusan perusahaan untuk berkontribusi dalam mendorong transformasi digital di tanah air.
Sejumlah pengamat ekonomi dan teknologi menyoroti bahwa Malaysia mulai menjadi pilihan utama bagi investor asing. Ini diakibatkan oleh respons cepat pemerintah Malaysia terhadap tren tinggi dalam teknologi kecerdasan buatan (AI). Salah satu langkah strategis yang diambil adalah memusatkan pembangunan pusat data di wilayah Johor, yang kini berfungsi sebagai sarang infrastruktur data center untuk mengakomodasi kebutuhan yang terus meningkat akan penyimpanan dan pengelolaan data untuk sistem AI.
Menariknya, Johor sebelumnya merupakan lahan yang digunakan untuk industri perkebunan kelapa sawit. Dalam waktu hanya tiga tahun, wilayah ini telah bertransformasi dengan berkembangnya gedung-gedung pusat data, menjadikannya sebagai salah satu proyek konstruksi AI terbesar di dunia. Keberadaan fasilitas ini mendorong banyak perusahaan, selain Microsoft, seperti ByteDance, Google, Oracle, dan BlackStone, untuk berbondong-bondong berinvestasi di sektor data center di Malaysia.
Kenapa banyak perusahaan asing memilih Malaysia? Salah satu alasannya adalah kebutuhan yang meningkat untuk membangun dan melatih aplikasi kecerdasan buatan. Dalam proses pengembangan teknologi seperti chatbot, mobil otonom, dan berbagai aplikasi berbasis AI lainnya, data center berperan sangat penting. Data center yang memadai diperlukan untuk menampung ribuan chip komputer, yang tentunya membutuhkan infrastruktur listrik yang kuat dan sumber daya air untuk pendinginan.
Meskipun Virginia Utara dikenal sebagai salah satu pasar data center terbesar di dunia berkat kapasitas listrik, lahan, dan sumber daya air yang melimpah, kondisi pasokan di sana semakin menipis. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan besar tidak lagi hanya mengandalkan satu lokasi saja di AS untuk membangun fasilitas data center, sehingga berpindah ke wilayah lain yang mampu menyediakan kebutuhan yang sama, dan Malaysia muncul sebagai destinasi menarik.
Faktor lain yang membuat Malaysia menonjol adalah hubungan baiknya dengan Amerika Serikat dan China, yang dapat mengurangi risiko politik untuk perusahaan-perusahaan asing yang ingin berinvestasi. Selain itu, lokasi Malaysia yang berdekatan dengan Singapura, yang merupakan jalur kabel internet bawah laut paling ramai di dunia, semakin menambah daya tarik negara ini di mata investor.
“Pengembangan fasilitas di Johor tidak hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Malaysia, namun juga memiliki potensi besar untuk melayani kebutuhan global dalam bidang kecerdasan buatan,” ujar Rangu Salgame, CEO Princeton Digital Group, yang merupakan salah satu operator pusat data dengan klien besar dari kalangan raksasa teknologi dunia.
Dengan berbagai faktor pendukung dan proyeksi pertumbuhan yang menjanjikan, tidak heran jika Malaysia kini menjadi sorotan investasi teknologi, sekaligus menjadi pusat gravitasi untuk pengembangan infrastruktur digital yang semakin penting di era modern ini.