Sumber foto: Google

Makan Malam Rp16 Miliar yang Ubah Kebijakan Trump: Bagaimana CEO Nvidia Menyelamatkan Bisnisnya di China?

Tanggal: 13 Apr 2025 14:07 wib.
Keputusan politik bisa datang dari ruang rapat, konferensi pers, atau... dari meja makan malam mewah. Hal inilah yang terjadi antara Presiden AS Donald Trump dan CEO Nvidia Jensen Huang, dalam pertemuan eksklusif di kediaman Trump di Mar-a-Lago, Florida. Apa yang awalnya tampak seperti rencana keras untuk melarang ekspor chip AI Nvidia ke China, mendadak berubah haluan setelah makan malam tersebut. Dan ternyata, makan malam itu bukan sembarang perjamuan—Huang disebut membayar hingga US$1 juta (sekitar Rp16 miliar) demi bisa duduk bersama Trump.

Sebelumnya, pemerintahan Trump tengah mempertimbangkan pelarangan ekspor chip H20—produk Nvidia yang secara khusus dirancang untuk memenuhi regulasi ekspor AS agar bisa tetap dijual ke China. Chip ini bukan termasuk kategori “chip canggih” yang sebelumnya dilarang diekspor ke Tiongkok, namun kini tampaknya juga terancam masuk daftar larangan.

Nvidia dalam Dilema Geopolitik

Larangan ekspor chip AI ke China bukan hal baru. Pemerintah AS selama beberapa bulan terakhir sudah membatasi berbagai bentuk teknologi kecerdasan buatan yang dianggap sensitif agar tidak digunakan oleh negara pesaing strategis seperti China. Dalam situasi itu, Nvidia merespons dengan mendesain H20, chip AI versi terbatas yang secara teknis tidak masuk dalam kategori terlarang, namun tetap bisa menunjang operasional perusahaan teknologi di China.

China sendiri adalah pasar penting bagi Nvidia. Permintaan terhadap chip H20 melonjak drastis, terutama di kuartal pertama tahun 2025. ByteDance, Alibaba, dan Tencent disebut-sebut telah memesan chip H20 senilai lebih dari US$16 miliar, menunjukkan betapa strategisnya produk ini dalam mendukung pertumbuhan industri AI di Asia Timur.

Namun, dengan makin banyaknya startup AI asal China seperti DeepSeek yang menawarkan kecerdasan buatan murah dan efisien, kekhawatiran pemerintah AS pun meningkat. Otoritas pun mulai menyarankan pelarangan chip lebih lanjut—bahkan untuk H20.

Pertemuan Mewah yang Mengubah Arah

Di tengah ancaman pelarangan itu, Jensen Huang memilih pendekatan personal. Ia menghadiri jamuan makan malam privat bersama Donald Trump di kediamannya yang mewah. Menurut laporan The Register, undangan tersebut bukan tanpa biaya. Huang kabarnya merogoh kocek hingga US$1 juta, semata-mata untuk bisa mendiskusikan masa depan bisnis Nvidia secara langsung dengan sang presiden.

Hasilnya? Hanya beberapa hari setelah makan malam tersebut, pemerintahan Trump melunak dan membatalkan rencana pelarangan ekspor chip H20 ke China. Keputusan ini menjadi angin segar bagi Nvidia, mengingat pasar China memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan perusahaan tersebut.

Namun bukan tanpa alasan Trump mengubah arah. Sebagai gantinya, Nvidia menjanjikan akan memperluas investasinya di sektor pusat data (data center) di Amerika Serikat, sebuah langkah yang dinilai dapat menciptakan lapangan kerja lokal dan memperkuat infrastruktur digital dalam negeri.

Kepentingan Ekonomi vs Proteksi Teknologi

Kasus ini membuka kembali perdebatan lama: Haruskah kepentingan ekonomi perusahaan swasta mengalahkan kepentingan strategis nasional? Di satu sisi, langkah Trump bisa dipandang sebagai bentuk diplomasi bisnis pragmatis. Namun di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa hal ini membuka celah keamanan, terutama jika chip yang diekspor bisa digunakan untuk mendukung teknologi militer atau intelijen di luar negeri.

Gedung Putih dan pihak Nvidia belum memberikan komentar resmi atas laporan ini. Namun yang jelas, langkah ini menunjukkan bahwa kebijakan ekspor teknologi bukanlah hitam-putih—terdapat pertimbangan kompleks di balik layar, termasuk diplomasi pribadi dan pertukaran kepentingan.

Biden Sempat Pertimbangkan Pelarangan

Rencana untuk melarang chip H20 sejatinya sudah muncul sejak awal tahun 2025, ketika kursi presiden masih dipegang oleh Joe Biden. Dengan naiknya permintaan AI di China dan makin canggihnya teknologi yang dikembangkan di sana, berbagai pihak di Washington mulai merasa perlu memperketat ekspor komponen strategis. Namun tak disangka, perubahan tampuk kekuasaan—ditambah satu jamuan makan malam bernilai miliaran—membawa perubahan kebijakan yang tak sedikit orang perkirakan.

Siapa yang Diuntungkan?

Jelas bahwa Nvidia keluar sebagai pihak yang diuntungkan dalam manuver ini. Dengan tetap bisa menjual chip H20 ke pasar China, mereka bisa menjaga aliran pendapatan dari salah satu pasar terbesar AI dunia. Di sisi lain, Trump juga mendapat keuntungan politik dan ekonomi: ia bisa mengklaim telah menarik investasi besar ke AS dari salah satu raksasa teknologi global.

Namun publik tetap perlu kritis. Apakah kebijakan sebesar ini pantas ditentukan lewat jalur informal seperti makan malam pribadi? Dan bagaimana dampaknya terhadap kepercayaan negara lain terhadap konsistensi kebijakan ekspor AS?
Copyright © Tampang.com
All rights reserved