Sumber foto: iStock

Mahasiswa 21 Tahun Bikin Startup Contekan AI, Google Sampai Pusing!

Tanggal: 16 Mar 2025 14:02 wib.
Tampang.com | Dalam perkembangan terkini di dunia teknologi, seorang pemuda berusia 21 tahun asal Columbia University bernama Chungin Roy Lee berhasil mencuri perhatian banyak perusahaan, termasuk raksasa teknologi Google. Lee, seorang mahasiswa cerdas sekaligus inovator, telah menciptakan sebuah startup unik yang menawarkan solusi kontroversial berupa "contekan" jawaban wawancara kerja.

Melalui penggunaan kecerdasan buatan (AI), startup yang dinamakan Interview Coder ini bertujuan untuk membantu para pencari kerja, khususnya di bidang teknik perangkat lunak, dalam menghadapi wawancara teknis.

Dalam pernyataannya, Lee mengungkapkan, "Tidak masuk akal memiliki format wawancara dengan asumsi pelamar tidak menggunakan AI." Pernyataan ini menggambarkan sudut pandangnya terhadap perubahan yang dihadapi industri saat ini, terutama dengan semakin berkembangnya teknologi yang memungkinkan seseorang untuk menggunakan AI sebagai alat bantu dalam menyusun jawaban saat wawancara.

Pandemi Covid-19 telah membawa perubahan drastis dalam cara kita berinteraksi, termasuk saat melamar pekerjaan. Wawancara yang tadinya berlangsung secara langsung kini banyak dilakukan secara online melalui platform konferensi video. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan Lee untuk membuat proses wawancara menjadi lebih mudah, terutama bagi mereka yang merasa kesulitan untuk menjawab pertanyaan dengan baik di bawah tekanan.

Interview Coder menawarkan sebuah Asisten AI yang siap membantu kandidat mempersiapkan diri menghadapi wawancara dengan cara yang inovatif. Alat ini dapat memberikan jawaban, perbaikan kode, hingga menghasilkan penjelasan yang mudah dipahami oleh pencari kerja. Dengan menawarkan kemampuan untuk memberikan jawaban yang ideal secara real-time, alat ini diharapkan mampu mengurangi kecemasan yang sering dialami para pelamar kerja ketika sedang diwawancarai.

Lebih mengejutkannya lagi, teknologi ini mampu menganalisis pertanyaan yang diajukan baik secara lisan maupun tulisan, lalu menyajikan jawaban yang tepat dan relevan dalam hitungan detik. Ini menciptakan tantangan baru bagi para pengusaha dan perekrut dalam menilai keaslian jawaban yang diberikan oleh kandidat mereka, sekaligus meningkatkan risiko praktik curang dalam proses rekrutmen.

Modus penipuan yang diusung oleh Lee telah menjadi perhatian bagi banyak perusahaan, termasuk Google. CEO Google, Sundar Pichai, secara pribadi menyampaikan keprihatinannya mengenai tren ini dalam sebuah rapat town hall yang diadakan pada bulan Februari. Dalam pertemuan tersebut, Brian Ong, Wakil Presiden Rekrutmen Google, menjelaskan bahwa banyak kandidat cenderung lebih memilih wawancara virtual dibandingkan yang tatap muka. Ia mencatat bahwa metode ini memberikan fleksibilitas lebih dalam penjadwalan dan memudahkan proses rekrutmen, meskipun mengakui bahwa perhatian ekstra harus diberikan untuk mengevaluasi keaslian jawaban yang diberikan oleh kandidat.

Sundar Pichai juga mendorong agar wawancara dilakukan secara langsung, karena dianggap lebih baik dalam memahami budaya kerja Google serta memberikan kesempatan bagi kandidat untuk merasakan lingkungan yang akan mereka masuki. "Saya percaya ini akan membantu kandidat memahami budaya Google dan bermanfaat bagi kedua belah pihak," tambah Pichai.

Berita mengenai tindakan Chungin Roy Lee tidak berhenti di situ.iaan Universitas Columbia, tempat Lee menuntut ilmu, tengah menyelidiki tindakan mahasiswa tersebut dan telah mengajukan tuntutan disipliner terhadapnya. Namun, pihak universitas enggan memberikan komentar lebih lanjut mengenai kasus ini, dengan alasan bahwa mereka tidak memberikan pernyataan terkait individu mahasiswa dan masalah yang dihadapi.

Kabar ini menciptakan pro dan kontra di kalangan mahasiswa dan penggiat teknologi. Beberapa berpendapat bahwa penggunaan AI dalam wawancara kerja dapat merugikan mereka yang berjuang secara jujur untuk mendapatkan pekerjaan, sementara yang lain beranggapan bahwa ini adalah bagian alami dari transformasi industri pekerjaan yang harus dihadapi oleh semua orang.

Dalam dunia yang semakin kompetitif, pencari kerja dituntut untuk beradaptasi dengan tren terbaru, termasuk menggunakan teknologi untuk meningkatkan peluang mereka. Ini menunjukkan bahwa inovasi, meskipun kontroversial, sering kali menjadi bagian dari perjalanan menuju keberhasilan di era digital saat ini. 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved