Lenovo Rugi Besar Meski Jualan AI-PC: Ada Apa di Balik Penurunan Profit 64%?
Tanggal: 23 Mei 2025 07:01 wib.
Lenovo, raksasa teknologi asal Tiongkok yang dikenal sebagai produsen laptop pribadi terbesar di dunia, tengah menghadapi badai besar dalam kinerja keuangannya. Di tengah upaya mereka menancapkan dominasi di pasar perangkat berbasis kecerdasan buatan (AI), perusahaan justru mencatat penurunan profit yang sangat signifikan pada kuartal pertama 2025, memicu tanda tanya besar di kalangan investor dan analis.
Pada pekan ini, Lenovo merilis laporan keuangan terbarunya yang menunjukkan penurunan laba hingga 64% pada kuartal yang berakhir pada 31 Maret 2025. Angka tersebut jauh berada di bawah proyeksi pasar dan menandai salah satu kinerja terburuk perusahaan dalam beberapa tahun terakhir.
Laba Anjlok Drastis, Jauh dari Ekspektasi Pasar
Dalam laporan resmi yang dikutip dari Reuters pada Kamis (22/5/2025), Lenovo melaporkan hanya memperoleh laba bersih sebesar US$90 juta. Angka ini sangat jauh dari rata-rata prediksi analis yang berada di US$225,8 juta, menurut data dari LSEG (London Stock Exchange Group). Penyebab utama penurunan ini dikaitkan dengan anjloknya nilai jaminan non-tunai, yang berdampak besar terhadap laporan keuangan perusahaan.
Meski mengalami penurunan laba, Lenovo masih mencatat pendapatan yang tergolong solid, yaitu sebesar US$16,98 miliar. Jumlah ini bahkan sedikit melampaui ekspektasi analis yang memperkirakan pendapatan hanya sekitar US$15,6 miliar. Hal ini menandakan bahwa secara penjualan, Lenovo masih menunjukkan kinerja yang cukup stabil, terutama dari sektor perangkat keras dan solusi infrastruktur.
Harapan Baru di Produk PC Berbasis AI
Di tengah tekanan laba yang melemah, Lenovo tidak tinggal diam. Perusahaan ini mencoba membuka jalan baru dengan merilis PC pertama berbasis AI di pasar domestik China pada Mei 2024, yang kemudian diluncurkan secara global pada September 2024.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Lenovo dalam mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan ke dalam lini produknya, termasuk PC, tablet, dan perangkat lainnya. CEO Lenovo, Yang Yuanqing, bahkan optimis bahwa PC berbasis AI akan menyumbang 25% dari total pengiriman perangkat Lenovo pada 2025, dan bisa meningkat drastis hingga 80% pada tahun 2027.
Yang menjadi sorotan adalah kerja sama Lenovo dengan DeepSeek, startup AI asal Tiongkok yang tengah naik daun. DeepSeek menawarkan solusi AI dengan biaya rendah namun tetap mampu bersaing dalam hal akurasi dan performa dengan sistem AI dari Amerika Serikat yang jauh lebih mahal. Kolaborasi ini membuat perangkat Lenovo semakin kompetitif, khususnya di pasar yang sensitif terhadap harga namun tetap membutuhkan teknologi canggih.
Unit Bisnis Infrastruktur Catat Pertumbuhan Signifikan
Selain dari sisi perangkat konsumen, Lenovo juga mencatat pertumbuhan yang mengesankan di sektor solusi infrastruktur. Divisi yang menangani layanan server dan teknologi cloud ini melaporkan lonjakan pendapatan sebesar 64% pada kuartal yang sama dibandingkan periode serupa tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa Lenovo tidak hanya bergantung pada penjualan laptop dan PC, melainkan mulai memperkuat posisinya di sektor enterprise yang kini sangat bergantung pada infrastruktur digital.
Pertumbuhan ini menjadi sinyal positif bahwa meskipun unit konsumer menghadapi tekanan, unit bisnis enterprise Lenovo mampu menopang performa perusahaan secara keseluruhan, terutama dalam menghadapi transisi digital global.
Dampak pada Saham dan Respons Pasar
Namun, laporan keuangan ini tetap memberikan efek negatif di pasar modal. Saham Lenovo yang terdaftar di bursa Hong Kong turun 2,08% setelah laporan dirilis. Bahkan secara keseluruhan, saham Lenovo sudah terkoreksi 1,69% sepanjang tahun berjalan.
Penurunan saham ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian strategi jangka pendek Lenovo, terutama terkait faktor-faktor eksternal seperti nilai tukar, tekanan geopolitik, serta tantangan dalam transisi ke teknologi baru seperti AI-PC.
Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Penurunan laba Lenovo tidak semata-mata menunjukkan bahwa perusahaan kehilangan arah. Sebaliknya, hal ini lebih menunjukkan adanya pergeseran strategi besar-besaran yang sedang dijalankan perusahaan. Investasi besar dalam teknologi AI dan ekspansi di sektor enterprise membutuhkan waktu untuk menghasilkan dampak signifikan secara finansial.
Selain itu, volatilitas nilai aset dan fluktuasi pasar global turut memberikan beban pada neraca keuangan Lenovo. Dalam banyak kasus, perusahaan teknologi yang sedang melakukan transformasi digital besar-besaran memang sering mengalami fase tekanan profit di tahap awal.
Namun, keberanian Lenovo untuk berinvestasi pada masa depan teknologi, seperti AI dan infrastruktur digital, menunjukkan bahwa perusahaan ini sedang mencoba keluar dari zona nyaman dan mempersiapkan diri menjadi pemain utama di ekosistem teknologi global yang baru.