Lelang Frekuensi 1,4 GHz: Peluang Baru atau Tantangan bagi Industri Internet?
Tanggal: 8 Feb 2025 19:05 wib.
frekuensi 1,4 GHz. Frekuensi ini akan digunakan dalam penyediaan layanan Broadband Wireless Access (BWA), yang diharapkan dapat meningkatkan penetrasi internet di Indonesia. Namun, bagaimana tanggapan para pelaku industri terhadap kebijakan ini?
Asosiasi Internet Beri Tanggapan
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif, menekankan bahwa BWA yang akan dilelang kali ini berbeda dari spektrum BWA sebelumnya. Ia melihat adanya peluang besar dalam lelang ini, terutama dalam hal peningkatan penetrasi internet di berbagai wilayah.
Arif berharap Komdigi dapat mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak, termasuk APJII. Beberapa aspek yang ditekankan oleh asosiasi ini antara lain:
Evaluasi Pentarifan: Tarif yang diterapkan harus mendukung keberlanjutan industri dan memastikan adanya stabilitas finansial bagi penyelenggara layanan internet.
Pertimbangan Teknis: Jaringan yang dibangun harus memiliki performa optimal agar masyarakat bisa menikmati layanan internet yang lebih stabil dan nyaman.
Dalam konsultasi publik yang diadakan secara interaktif beberapa waktu lalu, APJII turut serta menyampaikan tanggapan serta harapan mereka terkait kebijakan ini.
"Kami mengapresiasi Komdigi yang telah membuka ruang diskusi bagi kami untuk menyampaikan masukan dan harapan terkait lelang frekuensi ini," ujar Arif dalam pernyataannya kepada CNBC Indonesia, Rabu (5/2/2025).
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), Marwan O Baasir, menyatakan bahwa pihaknya masih mempelajari lebih lanjut mengenai rencana ini dan belum dapat memberikan tanggapan resmi.
BWA: Layanan Internet Tanpa Kabel yang Pernah Populer
Broadband Wireless Access (BWA) adalah layanan komunikasi data berbasis spektrum frekuensi radio. Teknologi ini memungkinkan penyelenggara jaringan tetap berbasis packet switched menggunakan teknologi International Mobile Telecommunications (IMT).
BWA pernah menjadi pilihan utama bagi pengguna internet di wilayah tertentu karena sifatnya yang nirkabel dan tidak memerlukan infrastruktur kabel yang kompleks. Beberapa layanan BWA yang sempat populer di Indonesia antara lain Bolt dan IM2.
Namun, dengan semakin pesatnya perkembangan layanan internet berbasis operator seluler, BWA mulai kehilangan daya saingnya. Banyak pengguna yang beralih ke layanan berbasis seluler yang lebih fleksibel dan memiliki jangkauan lebih luas. Akibatnya, seluruh layanan BWA di Indonesia akhirnya tutup, dan spektrum frekuensi 2,3 GHz yang sebelumnya digunakan untuk BWA dikembalikan ke pemerintah.
Sejarah Kelam: Perusahaan yang Terjerat Utang Frekuensi
Tidak semua perusahaan yang mengoperasikan layanan BWA berhasil mempertahankan bisnisnya. Beberapa perusahaan bahkan mengalami masalah finansial yang berujung pada pencabutan izin operasi oleh pemerintah.
Tiga perusahaan, yaitu First Media, Internux (Bolt), dan Jasnita, sempat mengalami tunggakan dalam pembayaran Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi. Karena ketidakmampuan mereka dalam melunasi kewajiban tersebut, izin operasi mereka akhirnya dicabut.
Kondisi ini menjadi catatan penting bagi para pelaku industri yang ingin berpartisipasi dalam lelang frekuensi 1,4 GHz kali ini. Mereka harus memastikan bahwa investasi yang dilakukan dapat dikelola secara berkelanjutan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti sebelumnya.
Lelang Frekuensi 1,4 GHz: Peluang atau Tantangan?
Rencana lelang spektrum 1,4 GHz menghadirkan peluang baru bagi industri internet di Indonesia. Jika dikelola dengan baik, frekuensi ini dapat meningkatkan akses internet ke berbagai wilayah, terutama yang belum terjangkau oleh jaringan fiber atau seluler.
Namun, ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan:
Model Bisnis yang Berkelanjutan: Operator yang memenangkan lelang harus memastikan bahwa layanan yang mereka tawarkan bisa bersaing dengan layanan seluler yang saat ini mendominasi pasar.
Regulasi yang Mendukung: Pemerintah perlu menyusun regulasi yang tidak hanya menguntungkan investor, tetapi juga memastikan harga layanan tetap terjangkau bagi masyarakat.
Komitmen Infrastruktur: Pengembangan jaringan harus dilakukan secara serius agar masyarakat bisa mendapatkan manfaat maksimal dari layanan ini.
Dengan berbagai tantangan dan peluang yang ada, keputusan pemerintah dalam melelang frekuensi 1,4 GHz akan menjadi faktor penentu masa depan layanan internet berbasis BWA di Indonesia.