Ledakan Permintaan Mobil Hibrida: Mengapa Toyota Kewalahan Memenuhi Pesanan di Seluruh Dunia?

Tanggal: 29 Apr 2025 10:18 wib.
Permintaan global terhadap mobil listrik ala Jepang mengalami lonjakan besar, membuat produsen raksasa seperti Toyota kewalahan. Kenaikan permintaan ini menyebabkan kekurangan suku cadang dan memperpanjang waktu tunggu konsumen untuk mendapatkan kendaraan impian mereka.

Dikutip dari Reuters, stok mobil hybrid Toyota di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Jepang, China, dan Eropa, kini semakin sulit ditemukan. Sebagai pemimpin pasar mobil hibrida, Toyota menghadapi tantangan berat dalam memenuhi permintaan yang melonjak tajam.

Strategi Toyota yang tetap fokus pada mobil hybrid di tengah tren kendaraan listrik berbasis baterai ternyata membuahkan hasil. Meskipun banyak analis sebelumnya memprediksi mobil listrik murni akan menggeser eksistensi mobil hybrid, data berbicara lain. Menurut LMC Automotive, penjualan global kendaraan hybrid, termasuk model plug-in, hampir meningkat tiga kali lipat dalam lima tahun, dari 5,7 juta unit menjadi 16,1 juta unit.

Waktu Tunggu Membengkak di Berbagai Negara

Di Eropa, pelanggan yang ingin membeli mobil hybrid Toyota kini harus bersabar menunggu sekitar 60 hingga 70 hari — hampir dua kali lipat dari waktu tunggu di tahun 2020. Model-model seperti Yaris Cross Hybrid dan RAV4 Plug-in Hybrid menjadi yang paling banyak diburu di kawasan ini.

Situasi serupa terjadi di Jepang. Situs resmi Toyota melaporkan bahwa calon pembeli harus rela menunggu antara dua hingga lima bulan, tergantung pada model yang diinginkan.

Di Amerika Serikat, ketersediaan mobil hybrid semakin menipis. Salah satu dealer di Pantai Barat bahkan melaporkan bahwa stok Prius Hybrid telah habis sejak pertengahan Februari. Camry Hybrid pun mengalami kelangkaan, dengan ketersediaan sangat terbatas.

Sementara itu di India, waktu tunggu berkisar antara dua hingga sembilan bulan, tergantung model mobil yang dipesan.

Rantai Pasok Jadi Biang Kerok

Dari hasil wawancara Reuters dengan 10 tokoh industri, termasuk pejabat Toyota dan para pemasoknya, terungkap bahwa masalah utama terletak pada rantai pasokan. Toyota mengonfirmasi bahwa permintaan kendaraan hybrid melonjak drastis di semua wilayah. Untuk mengatasi hal ini, Toyota terus berupaya meningkatkan kapasitas produksi.

"Kapasitas produksi suku cadang hybrid dari pemasok kami dan produksi internal masih sesuai rencana tahunan," ungkap Toyota dalam pernyataan resminya pada Sabtu (19/4/2025), seperti dilansir Reuters.

Namun, faktanya di lapangan tidak semudah itu. Salah satu komponen vital, yaitu magnet yang digunakan dalam motor hybrid yang diproduksi Aisin Corp, mengalami kelangkaan parah. Akibatnya, produksi rotor dan stator tertunda, menghambat suplai motor hybrid ke Toyota.

Masalah serupa juga menimpa Denso, pemasok utama dalam grup Toyota. Perusahaan ini mengalami keterlambatan pengiriman inverter karena kemacetan di level pemasok lapis kedua dan ketiga.

Upaya Toyota Menanggulangi Krisis

Untuk mengatasi masalah ini, Toyota mempertimbangkan mencari pemasok baru di India serta memperluas produksi inverter di negara tersebut. Meskipun belum ada rincian lebih lanjut, langkah ini menunjukkan keseriusan Toyota dalam menjaga kelangsungan produksi kendaraan hybrid mereka.

Selain itu, Toyota sudah mengambil langkah besar dengan berinvestasi di berbagai belahan dunia. Di India, Toyota Kirloskar Motor menambah kapasitas produksi sebesar 32.000 unit kendaraan per tahun, dengan rencana ekspansi hingga 100.000 unit. Tak hanya itu, Toyota juga menggelontorkan investasi sebesar US$14 miliar untuk membangun pabrik baterai baru di North Carolina, Amerika Serikat.

Di China, meski total penjualan Toyota turun 7% pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, penjualan mobil hybrid mereka justru melonjak 27%, membuktikan bahwa fokus pada hybrid masih sangat relevan di pasar global.

Pesaing Toyota Juga Keteteran

Bukan hanya Toyota yang menghadapi kendala produksi. Pesaing beratnya seperti Hyundai dan Kia juga mengalami masalah serupa.

Menurut laporan, Hyundai masih bergulat dengan keterbatasan kapasitas produksi. Di Seoul, waktu tunggu untuk SUV Palisade Hybrid bisa mencapai satu tahun penuh. Begitu pula dengan Kia, di mana pemesanan Carnival Hybrid memerlukan waktu tunggu hingga 10 bulan, sementara Sorento Hybrid sekitar tujuh bulan.

Situasi ini memperjelas bahwa lonjakan minat terhadap mobil hybrid terjadi secara global, bukan hanya di satu wilayah saja. Krisis pasokan ini menunjukkan betapa pentingnya rantai pasokan yang kuat dan adaptif dalam industri otomotif modern.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved