Sumber foto: iStock

Krisis Hybrid Global: Mengapa Mobil Hybrid Toyota Kini Langka dan Jadi Rebutan?

Tanggal: 8 Apr 2025 19:51 wib.
Tampang.com | Produk otomotif buatan Jepang, khususnya dari Toyota, kembali menunjukkan daya saing yang luar biasa di pasar global. Salah satu buktinya adalah lonjakan permintaan terhadap kendaraan hybrid bensin-listrik yang membuat pabrik dan pemasoknya kewalahan. Peningkatan minat ini tak hanya membuktikan kepercayaan tinggi konsumen terhadap teknologi hybrid Toyota, tetapi juga menghadirkan tantangan besar dalam rantai pasokan otomotif global.

Berdasarkan laporan Reuters yang dirilis baru-baru ini, permintaan tinggi terhadap mobil hybrid Toyota menyebabkan kelangkaan stok di sejumlah dealer utama di Amerika Serikat, Jepang, China, hingga Eropa. Bahkan, beberapa model favorit seperti Yaris Cross Hybrid dan RAV4 Plug-in Hybrid menjadi sangat sulit ditemukan.

Situasi ini menimbulkan waktu tunggu yang jauh lebih lama bagi calon pembeli. Di Eropa misalnya, konsumen harus menanti sekitar 60 hingga 70 hari untuk mendapatkan unit hybrid mereka—angka ini hampir dua kali lipat dibandingkan waktu tunggu pada 2020. Sementara di Jepang, pelanggan bahkan perlu menunggu hingga lima bulan, tergantung pada model yang dipesan.

Permintaan mobil hybrid yang tinggi sebenarnya menjadi bukti bahwa strategi jangka panjang Toyota untuk tetap fokus pada kendaraan hybrid masih relevan, bahkan di tengah tren elektrifikasi kendaraan global. Ketika banyak pesaing mengalihkan fokus ke mobil listrik berbasis baterai penuh (BEV), Toyota tetap konsisten dengan pendekatan hybrid yang kini terbukti masih sangat diminati.

LMC Automotive mencatat bahwa penjualan kendaraan hybrid secara global—termasuk model plug-in—telah meningkat hampir tiga kali lipat dalam lima tahun terakhir. Dari 5,7 juta unit pada tahun-tahun sebelumnya menjadi 16,1 juta unit pada tahun 2024.

Di Amerika Serikat, stok Toyota Prius Hybrid di beberapa dealer habis sejak Februari 2025. Camry Hybrid juga disebut-sebut mulai sulit ditemukan. Sedangkan di India, waktu tunggu pengiriman kendaraan hybrid Toyota bisa mencapai sembilan bulan, tergantung modelnya.

Sepuluh tokoh industri otomotif, termasuk internal Toyota dan para pemasoknya, menjelaskan bahwa tantangan utama saat ini bukan hanya lonjakan permintaan, tetapi juga keterbatasan dalam rantai pasokan. Toyota mengakui bahwa pihaknya sedang berupaya meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.

Namun, Toyota juga harus menghadapi hambatan berupa kekurangan komponen penting, seperti magnet yang digunakan dalam motor hybrid. Salah satu pemasok utama mereka, Aisin Corp, kesulitan memenuhi permintaan produksi rotor dan stator. Di sisi lain, Denso—perusahaan dalam grup Toyota—juga mengalami keterlambatan pengiriman inverter karena masalah pada pemasok lapis kedua dan ketiga.

Untuk mengatasi kendala ini, Toyota mulai mengeksplorasi kemungkinan kerja sama dengan pemasok baru, termasuk yang berbasis di India. Bahkan, Toyota mempertimbangkan produksi lokal untuk komponen seperti inverter. Walaupun belum memberikan detail pemasok spesifik, ini menunjukkan langkah serius Toyota dalam menghadapi tantangan rantai pasok global.

Investasi besar juga tengah dilakukan. Di India, Toyota Kirloskar Motor telah meningkatkan kapasitas produksi hingga 32.000 unit tambahan per tahun dan merencanakan peningkatan hingga 100.000 unit lagi. Selain itu, perusahaan telah menggelontorkan dana sebesar US$14 miliar untuk membangun fasilitas produksi baterai di North Carolina, AS—langkah strategis untuk mendukung produksi kendaraan hybrid secara berkelanjutan.

Meskipun penjualan Toyota di China mengalami penurunan sebesar 7% pada 2024, penjualan kendaraan listriknya yang mayoritas hybrid justru melonjak hingga 27%. Ini menandakan bahwa di tengah berbagai dinamika pasar, mobil hybrid tetap mendapatkan tempat di hati konsumen.

Pesaing Toyota seperti Hyundai dan Kia juga mengalami tantangan serupa. Hyundai, misalnya, masih berjuang meningkatkan kapasitas produksi SUV Palisade Hybrid yang kini memiliki waktu tunggu hingga satu tahun. Kia Carnival Hybrid bahkan memerlukan waktu hingga 10 bulan, dan Kia Sorento Hybrid sekitar tujuh bulan untuk sampai ke tangan konsumen.

Sementara itu, Honda juga mengonfirmasi tingginya permintaan terhadap kendaraan hybrid mereka di Amerika Utara dan Jepang, meskipun perusahaan belum memberikan informasi detail tentang durasi pengiriman.

Di sisi konsumen, banyak dari mereka yang tetap sabar menunggu karena percaya pada efisiensi dan keunggulan mobil hybrid. Salah satu contohnya adalah Rakesh Kumar, seorang pengusaha asal Uttar Pradesh, India, yang rela menunggu lima bulan untuk mendapatkan SUV Toyota Hyryder miliknya. Menurutnya, performa dan efisiensi bahan bakar mobil hybrid jauh lebih unggul dibandingkan kendaraan konvensional.

Fenomena kelangkaan mobil hybrid ini menunjukkan perubahan perilaku pasar otomotif global. Konsumen kini lebih mempertimbangkan efisiensi energi, ketahanan jangka panjang, dan fleksibilitas penggunaan. Toyota, sebagai pelopor teknologi hybrid, tampaknya masih memegang peran penting dalam transisi menuju masa depan otomotif yang lebih ramah lingkungan.

Namun tantangan rantai pasokan global tetap menjadi hambatan yang harus segera ditangani. Jika tidak, keunggulan kompetitif Toyota di pasar hybrid bisa saja goyah oleh kompetitor yang lebih cepat beradaptasi terhadap gangguan logistik dan permintaan pasar yang dinamis.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved