Ketika Perang Berlanjut di Dunia Maya: Serangan Siber Iran Gempur Infrastruktur Israel
Tanggal: 19 Jun 2025 10:22 wib.
Ketegangan antara Iran dan Israel tidak hanya berlangsung di medan perang fisik, tetapi juga merambah ke dunia siber. Gelombang serangan digital yang terjadi secara masif selama konflik menunjukkan bahwa perang modern kini tak lagi terbatas pada senjata dan rudal, melainkan juga mencakup cyber warfare yang mengancam stabilitas negara dari balik layar komputer.
Menurut laporan terbaru dari Radware, sebuah perusahaan keamanan siber global, terjadi lonjakan serangan digital yang mencapai 700% terhadap infrastruktur penting milik Israel hanya dalam dua hari setelah konflik memanas. Serangan tersebut berlangsung secara terkoordinasi dan masif, dimulai tepat setelah eskalasi militer pada 12 Juni 2025, menunjukkan bahwa dunia maya kini telah menjadi medan tempur kedua yang tak kalah genting.
Ledakan Serangan Siber: Infrastruktur Jadi Target Utama
Laporan Radware menyebutkan bahwa serangan siber ini menyasar berbagai sektor vital di Israel, termasuk situs pemerintahan, lembaga keuangan, jaringan telekomunikasi, hingga infrastruktur nasional lainnya. Ini bukan lagi serangan acak yang dilakukan individu, melainkan aksi terorganisir yang dilakukan oleh aktor negara dan kelompok yang memiliki sumber daya besar di baliknya.
“Peningkatan drastis sebesar 700% ini merupakan hasil dari serangan balasan digital yang dilakukan oleh aktor negara asal Iran serta kelompok peretas yang mendukung rezim tersebut,” ungkap Ron Meyran, Wakil Presiden Cyber Threat Intelligence di Radware, seperti dikutip dari The Jerusalem Post.
Serangan Digital Iran: DDoS, Pencurian Data, hingga Penyebaran Malware
Jenis serangan yang terjadi bukan hanya sebatas defacement situs atau serangan ringan. Sebaliknya, Radware mendeteksi adanya serangan Distributed Denial-of-Service (DDoS) yang berskala besar, upaya pencurian data sensitif, dan bahkan penyebaran malware yang ditujukan untuk merusak sistem serta menimbulkan kepanikan.
Lebih jauh lagi, serangan ini tidak hanya merusak infrastruktur, namun juga ditujukan untuk mengganggu psikologis masyarakat dan pengambil keputusan Israel. Dalam konteks ini, serangan siber berperan sebagai senjata propaganda dan gangguan moral, yang dapat berdampak luas jika tidak diantisipasi dengan sistem keamanan digital yang matang.
Telegram dan Dunia Bawah Tanah Siber
Radware juga mencatat adanya aktivitas tinggi dari kelompok-kelompok siber pro-Iran di platform Telegram, baik di kanal publik maupun tertutup. Kanal ini kerap digunakan untuk koordinasi serangan, penyebaran propaganda, dan berbagi alat atau skrip peretasan, yang kemudian digunakan untuk melumpuhkan sistem target.
Fakta ini menunjukkan bahwa perang informasi dan propaganda digital menjadi bagian tak terpisahkan dari konflik geopolitik modern. Telegram yang sebelumnya hanya dianggap sebagai aplikasi komunikasi, kini menjadi pusat koordinasi pertempuran digital, memperlihatkan bagaimana batas antara ruang sipil dan ruang militer semakin kabur.
Iran Duga Menggunakan Hacker Bersponsor Negara
Lebih lanjut, Radware menyebutkan bahwa kelompok hacker yang disponsori langsung oleh pemerintah Iran kemungkinan akan meningkatkan intensitas operasi sibernya dalam waktu dekat. Tujuannya adalah mengganggu kestabilan Israel secara sistematis, baik dari sisi infrastruktur maupun psikologis masyarakat.
Serangan ini merupakan bagian dari strategi yang lebih luas, di mana Iran memanfaatkan kekuatan digital untuk mengimbangi dominasi militer Israel di medan fisik. Serangan ini juga menciptakan tekanan politik tambahan, serta memberi sinyal bahwa Iran memiliki kapabilitas siber yang tidak bisa dianggap enteng.
Serangan Fisik Jadi Pemicu: Kematian Tokoh Penting Iran
Konflik ini mencapai titik panas pada Jumat dini hari, saat Israel meluncurkan serangan militer ke berbagai fasilitas nuklir di wilayah Iran. Serangan tersebut menyebabkan tewasnya sejumlah tokoh penting, termasuk Ali Shamkhani, yang selama ini dikenal sebagai penghubung komunikasi antara Iran dan Amerika Serikat. Hilangnya tokoh strategis ini diyakini sebagai pemicu utama peningkatan respons dari pihak Iran, termasuk dalam bentuk serangan siber.
Dampak Global dan Peringatan untuk Negara Lain
Peningkatan dramatis dalam konflik digital ini menjadi peringatan serius bagi negara-negara lain. Di era modern, perang tidak hanya berdampak lokal, tetapi bisa meluas ke ranah digital global, mengancam sistem finansial, layanan publik, hingga pertahanan nasional.
Negara-negara yang belum memiliki sistem pertahanan siber yang kuat akan menjadi sasaran empuk dalam skenario konflik semacam ini. Oleh karena itu, peningkatan kapabilitas siber menjadi prioritas penting dalam kebijakan keamanan nasional, sama pentingnya dengan pertahanan militer konvensional.
Kesimpulan: Medan Perang Telah Berubah
Peristiwa ini menegaskan bahwa konflik geopolitik saat ini tidak lagi dibatasi oleh batas wilayah fisik. Dunia maya telah menjadi arena strategis baru dalam setiap perang, tempat di mana informasi, data, dan sistem digital bisa dimanipulasi untuk mengganggu, melemahkan, bahkan melumpuhkan sebuah negara.
Dengan lonjakan serangan yang terjadi dalam waktu singkat, Israel kini berada dalam posisi yang harus waspada penuh. Di sisi lain, dunia pun menyaksikan bagaimana serangan siber telah berevolusi menjadi senjata utama dalam konflik antarnegara, dengan efek yang bisa sama merusaknya dengan bom atau misil.