Sumber foto: iStock

Ketika Jurnalis Dilamar AI: Profesi Lama Terancam, Peluang Baru Menanti

Tanggal: 19 Jun 2025 10:14 wib.
Di tengah laju perkembangan teknologi yang kian pesat, industri media menghadapi tantangan besar yang tak terelakkan. Salah satu fenomena paling mencolok adalah peralihan profesi para jurnalis ke dunia kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Di Amerika Serikat, tren ini mulai tampak dengan semakin banyaknya jurnalis yang direkrut untuk melatih model AI melalui platform bernama Outlier, milik perusahaan teknologi Scale AI.

Fenomena ini dilaporkan oleh Niemanlab, yang mencatat bahwa para jurnalis cetak, radio, hingga fotografer berita secara aktif dibidik untuk mengisi posisi baru sebagai pelatih sistem AI. Mereka dihubungi secara langsung oleh perekrut atau mendapatkan informasi dari jaringan profesionalnya. Peran yang ditawarkan cukup menarik—bekerja dari rumah, bayaran tinggi, dan keterlibatan langsung dengan teknologi masa depan.


Dari Redaksi ke Ruang Pelatihan AI: Kisah Seorang Jurnalis Muda

Carla McCanna, lulusan Medill School of Journalism dari Northwestern University, menjadi salah satu dari sekian banyak jurnalis yang menerima tawaran tersebut. Melalui portal rekrutmen Handshake, ia ditawari peran sebagai pelatih AI karena keahliannya dalam menulis, riset, dan pengecekan fakta dianggap sesuai dengan kebutuhan Outlier.

McCanna sebelumnya telah memiliki pengalaman magang di The Dallas Morning News dan majalah D Magazine, serta meraih gelar master dalam bidang jurnalisme. Namun di tengah ketatnya persaingan di dunia media, ia mengakui sulitnya mendapatkan pekerjaan tetap. Statistik menunjukkan bahwa pada tahun lalu saja, sekitar 5.000 pekerja media di AS kehilangan pekerjaannya—angka yang melonjak 59% dibanding tahun sebelumnya, menurut firma Challenger, Gray & Christmas.

Meskipun McCanna tidak memiliki latar belakang dalam bidang data atau machine learning, ia tetap tertarik menerima pekerjaan di Outlier. Alasannya sederhana: pekerjaan ini bersifat remote, fleksibel, dan memberikan penghasilan tetap yang layak—yakni sekitar US$35 per jam atau setara dengan Rp 569 ribu.

Tak hanya mencukupi kebutuhan hidupnya, pekerjaan ini kini menjadi sumber pendapatan utama McCanna. Bahkan, ia tak segan merekomendasikannya kepada teman-teman sekelasnya yang masih menganggur atau sedang mencari peluang baru. Ia menyebutkan bahwa reaksi mereka selalu sama: “Tolong kirimkan infonya ke saya!”


AI: Ancaman atau Peluang Bagi Dunia Jurnalisme dan Profesi Lainnya?

Perpindahan para jurnalis ke dunia AI bukan sekadar tren sesaat, tetapi menjadi gambaran nyata perubahan peta pekerjaan global. Teknologi yang awalnya dianggap sebagai alat bantu, kini mulai menggantikan peran manusia di banyak sektor.

Laporan dari Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) bertajuk Future of Work 2023 mengungkapkan bahwa antara tahun 2023 hingga 2027, sekitar 83 juta pekerjaan diprediksi akan hilang akibat otomasi dan kecerdasan buatan. Ironisnya, sektor media dan hiburan—yang selama ini mengandalkan kreativitas dan narasi manusia—termasuk yang paling terdampak.

Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa 23% dari total pekerjaan di berbagai sektor akan mengalami transformasi signifikan. Pekerjaan lama akan hilang, dan digantikan dengan profesi baru yang lebih relevan dengan kebutuhan era digital.


15 Profesi yang Terancam Hilang di Tahun 2027

Transformasi besar-besaran di dunia kerja memunculkan daftar profesi yang dinilai akan lenyap secara perlahan. Berdasarkan data WEF, berikut adalah 15 pekerjaan yang masuk daftar merah:



Teller bank


Petugas pos


Kasir dan penjaga loket


Operator data entry


Sekretaris dan staf administrasi


Petugas pencatat stok barang


Tenaga akuntansi, pembukuan, dan penggaji


Legislator dan pejabat pemerintahan


Petugas statistik, asuransi, dan keuangan


Penjual keliling, PKL, dan penjual koran


Satpam


Manajer kredit dan pinjaman


Penyidik klaim dan pemeriksa asuransi


Penguji software


Manajer hubungan pelanggan (relationship manager)



Pergeseran ini tidak semata karena hilangnya permintaan, tetapi juga karena munculnya teknologi yang lebih efisien dan lebih murah. Mesin dan algoritma kini mampu melakukan pekerjaan repetitif lebih cepat dan tanpa lelah.


Jurnalis, Siapkah Kamu Hadapi Realitas Baru?

Kisah Carla McCanna adalah cermin dari realitas baru dunia kerja, terutama di kalangan jurnalis muda yang menghadapi tantangan besar dalam memasuki industri yang kian mengecil. Dunia jurnalisme kini bukan hanya soal menulis dan melaporkan fakta, tetapi juga tentang kemampuan beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

Keterampilan menulis, riset, dan berpikir kritis yang dulu menjadi senjata utama jurnalis, kini juga menjadi aset berharga dalam melatih dan membentuk machine learning model agar mampu menyusun narasi yang masuk akal. Peran baru ini mungkin terasa asing, namun bisa menjadi jembatan untuk memasuki dunia digital yang terus berkembang.

Apakah profesi jurnalis akan benar-benar hilang? Tidak. Namun mereka yang bertahan adalah mereka yang mampu menyesuaikan diri—bukan hanya dengan teknologi, tetapi juga dengan arah baru kebutuhan pasar tenaga kerja
Copyright © Tampang.com
All rights reserved