Kerusakan Implan Otak Neuralink: Tantangan dan Dampak Potensial
Tanggal: 20 Mei 2024 20:17 wib.
Neuralink, sebuah perusahaan rintisan yang didirikan oleh Elon Musk, telah mendapati masalah pada salah satu bagian implantasi otaknya setelah sistem ini pertama kali dipasang pada pasien manusia.
Neuralink telah merancang sebuah antarmuka otak-komputer, atau disebut juga BCI (Brain-Computer Interface), yang pada akhirnya dapat membantu pasien dengan kelumpuhan mengendalikan teknologi eksternal hanya dengan pikiran mereka. Sistem perusahaan tersebut, yang disebut sebagai Link, merekam sinyal-sinyal neural menggunakan 1.024 elektroda yang tersebar di sepanjang 64 "kawat" yang lebih halus dari rambut manusia, menurut keterangan di situs web resminya.
Pada bulan Januari, Neuralink memasang perangkat ini pada seorang pasien berusia 29 tahun bernama Noland Arbaugh sebagai bagian dari sebuah studi untuk menguji keamanannya. Perusahaan ini menyiarkan video langsung dengan Arbaugh saat ia menggunakan BCI pada bulan Maret, dan Neuralink mengatakan dalam sebuah pos blog pada bulan April bahwa operasi tersebut berjalan "sangat baik."
Namun, beberapa minggu setelahnya, sejumlah "kawat" renggang dari otak Arbaugh, Neuralink menyatakan dalam pos blog pada hari Rabu. Hal ini berarti bahwa terdapat elektroda yang lebih sedikit efektif, yang menghambat kemampuan perusahaan untuk mengukur kecepatan dan akurasi Link. Neuralink tidak mengungkapkan berapa banyak "kawat" yang renggang dari jaringan otak.
Masalah yang terjadi pada implantasi otak Neuralink ini menyiratkan adanya serangkaian tantangan dan potensi dampak yang mungkin timbul. Implikasi dari malfuncsi pada sistem tersebut tidak hanya mencakup aspek teknis, tetapi juga secara langsung mempengaruhi kehadiran pasien yang telah menjadi subjek dari studi ini. Selain itu, hal ini juga membuat masyarakat bertanya-tanya mengenai permasalahan etika terkait penggunaan teknologi BCI ini pada manusia dan bagaimana regulasi perlu diterapkan untuk melindungi kepentingan pasien.
Dalam konteks ini, terdapat kebutuhan akan keterbukaan yang lebih besar dari pihak Neuralink terkait detail-detail teknis dari insiden ini, termasuk prosedur-prosedur yang dilakukan untuk memitigasi kerusakan yang mungkin timbul. Hal ini akan membantu memahami risiko-risiko yang melekat pada penggunaan teknologi BCI ini serta memungkinkan pengembangan solusi yang lebih baik di masa depan.
Dalam konteks yang lebih luas, isu ini juga menyoroti pentingnya kerangka kerja regulasi yang jelas dan komprehensif untuk mengatur penggunaan teknologi BCI ini. Dengan regulasi yang tepat, kemungkinan kasus-kasus malfuncsi seperti yang terjadi pada Neuralink dapat diminimalisir, memberikan perlindungan yang lebih baik kepada pasien, dan mendorong inovasi yang bertanggung jawab dalam pengembangan teknologi medis.
Melalui peristiwa ini, perhatian terhadap kerentanan dan resiko yang dapat muncul dari penggunaan teknologi neural interface semakin meningkat. Dengan begitu, ini menjadi panggilan bagi para pihak terkait, baik itu pemerintah, lembaga riset, dan industri teknologi, untuk bekerja sama demi memastikan bahwa keamanan, etika, dan kepentingan pasien menjadi prioritas utama dalam pengembangan dan penggunaan teknologi BCI ini.