Kenapa Apple Gagal di Balapan AI? Pengakuan Mengejutkan dari Orang Dalam
Tanggal: 25 Mei 2025 21:36 wib.
Apple, raksasa teknologi asal Cupertino, Amerika Serikat, ternyata belum mampu mengejar kemajuan di bidang kecerdasan buatan (AI) seperti yang dilakukan oleh para pesaingnya—Google, Meta, dan Amazon. Padahal, dunia sudah memasuki era AI yang kian dominan, dan perusahaan teknologi berlomba-lomba menjadi yang terdepan dalam pengembangan teknologi ini.
Menurut laporan dari Phone Arena yang mengutip sumber internal Apple, ada sejumlah alasan mendalam mengapa Apple tertinggal dalam perlombaan AI. Meskipun Apple telah memperkenalkan teknologi Apple Intelligence sebagai fitur unggulan dalam iPhone 16, kenyataannya fitur tersebut tidak sepenuhnya tersedia saat peluncuran produk. Banyak janji yang dilontarkan Apple soal AI, namun hanya sedikit yang benar-benar hadir di perangkat saat rilis.
Salah satu sumber menyebut bahwa kegagalan ini berakar dari kurangnya visi dan dukungan dari para eksekutif senior perusahaan, bahkan sejak masa kepemimpinan mendiang Steve Jobs. Meski Jobs terkesan dengan Siri—salah satu pionir asisten suara berbasis AI—dia tidak melihat potensi lebih besar dari teknologi AI yang berkembang di sekitarnya. Fokus Apple saat itu lebih condong pada inovasi desain dan pengalaman pengguna, bukan pengembangan AI sebagai teknologi utama.
Lebih mengejutkan lagi, Craig Federighi, Wakil Presiden Senior untuk rekayasa perangkat lunak di Apple, disebut-sebut tidak memprioritaskan AI. Seorang karyawan Apple mengungkap bahwa Federighi tidak melihat AI sebagai hal yang penting dan bahkan cenderung enggan untuk mengalokasikan dana investasi ke arah pengembangannya. Padahal, lebih dari satu dekade lalu, sejumlah eksekutif telah mencoba menyadarkan Federighi tentang potensi luar biasa dari AI, tetapi usaha itu tak membuahkan hasil.
Tidak hanya Federighi, sejumlah eksekutif lain yang berada di level manajerial serupa juga memperlihatkan sikap skeptis terhadap teknologi AI. Mereka ragu terhadap masa depan AI dan tidak menunjukkan antusiasme yang diperlukan untuk membawa Apple bersaing secara agresif di ranah ini.
Akibatnya, ketika perusahaan mulai menyadari kehebatan dan kemampuan para pesaing—terutama kemajuan signifikan AI yang ditunjukkan oleh Google dan OpenAI—Apple berada dalam posisi tertinggal dan harus mengejar ketertinggalan itu dengan tergesa-gesa. Sayangnya, dalam dunia teknologi, menjadi yang kedua atau bahkan ketiga bisa berarti kehilangan pangsa pasar yang sangat besar.
Kendala lain yang turut memperlambat laju Apple dalam pengembangan AI adalah komitmen perusahaan terhadap privasi pengguna. Apple dikenal memiliki kebijakan ketat dalam menjaga data pengguna iPhone dan Mac. Namun, prinsip ini justru menjadi penghalang besar dalam proses pelatihan AI. Sebab, AI yang canggih membutuhkan data dalam jumlah besar untuk dapat belajar dan berkembang secara optimal.
Apple menolak untuk menggunakan data pengguna secara luas, bahkan mengizinkan pemilik situs web untuk mengeluarkan situs mereka dari jangkauan sistem web crawler Apple. Web crawler ini seharusnya membantu dalam mengumpulkan data guna melatih model AI. Dengan pendekatan tersebut, Apple kehilangan salah satu sumber daya penting yang biasa digunakan oleh perusahaan lain untuk mengembangkan teknologi AI mereka.
Meskipun kini Apple mulai menunjukkan usaha dalam mengembangkan AI, termasuk mengalokasikan sumber daya dan dana untuk mendukung divisi kecerdasan buatan, banyak pihak menilai bahwa langkah ini sudah terlambat. Ketika Google dan Meta sudah melangkah jauh dengan teknologi AI yang semakin terintegrasi ke dalam produk mereka, Apple masih dalam tahap awal membangun fondasi yang seharusnya sudah mereka siapkan bertahun-tahun yang lalu.
Langkah peluncuran Apple Intelligence pada iPhone 16 memang dianggap sebagai titik balik, namun itu tidak cukup untuk langsung membuat Apple setara dengan para pesaingnya. Tanpa komitmen jangka panjang dan perubahan dalam pola pikir di kalangan eksekutif, Apple bisa terus tertinggal dalam teknologi yang menjadi fondasi masa depan dunia digital.
Tantangan Apple kini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga soal kepercayaan internal pada potensi AI, kesiapan berinovasi tanpa mengorbankan prinsip privasi, serta kecepatan dalam beradaptasi dengan perubahan global. Mampukah Apple mengejar ketertinggalannya? Atau justru akan terus berjalan di belakang, sementara dunia berlari menuju masa depan AI?