Sumber foto: yangcanggih.com

Kembalinya BlackBerry: Mengapa Gen Z Kini Ramai-ramai Memburu Ponsel Jadul Ini?

Tanggal: 19 Jun 2025 10:22 wib.
Di era dominasi smartphone layar sentuh dan ekosistem digital yang kompleks, sebuah tren unik tengah muncul dari kalangan muda, khususnya generasi Z. Siapa sangka, ponsel lawas BlackBerry—yang sempat dinyatakan “mati” sejak 2022—kini justru menjadi primadona baru di tangan para anak muda.

Fenomena ini tumbuh pesat, terutama di platform media sosial seperti TikTok, di mana nostalgia masa kecil dan keinginan untuk ‘detoks digital’ justru membawa ponsel legendaris ini kembali ke pusat perhatian.

Viral di TikTok: BlackBerry Jadi Simbol Gaya Hidup Baru Gen Z

Tagar #blackberry kini telah digunakan lebih dari 125.000 kali di TikTok. Dalam video-video pendek tersebut, para kreator muda dengan bangga memamerkan koleksi BlackBerry mereka, mulai dari seri Bold, Curve, hingga Classic Q20. Bukan hanya sekadar koleksi, ponsel ini digunakan kembali untuk meresapi gaya hidup masa lalu yang dianggap lebih sederhana dan bebas dari tekanan digital.

Banyak di antara mereka mengaku membeli BlackBerry karena ingin merasakan pengalaman masa kecil yang tertunda. Sebagian lainnya menggunakan ponsel tersebut sebagai alternatif untuk "detoks digital", sebagai bentuk pelarian dari kecanduan layar sentuh dan notifikasi tiada henti yang mereka alami dari iPhone atau Android masa kini.

Dari Raja Smartphone ke Relik Teknologi

Sebelum kedatangan iPhone yang merevolusi dunia ponsel pintar, BlackBerry pernah menjadi raja smartphone global. Di masa keemasannya, perusahaan asal Kanada ini berhasil menguasai lebih dari 50% pangsa pasar smartphone di Amerika Serikat, dan sekitar 20% pasar global.

BlackBerry dikenal dengan keyboard fisiknya yang ikonik, sistem BBM (BlackBerry Messenger), serta daya tahan baterai yang tangguh. Namun, ketika tren teknologi mulai beralih ke layar sentuh penuh, dominasi BlackBerry mulai runtuh. Inovasi mereka dianggap tertinggal, hingga akhirnya perusahaan ini menghentikan dukungan penuh untuk perangkat klasiknya pada 2022.

"Saya Akhirnya Punya BlackBerry" – Cerita dari Pengguna Baru

Kini, BlackBerry bukan hanya soal fungsi, melainkan simbol estetika retro. Salah satu pengguna TikTok membagikan video dirinya memegang BlackBerry Bold yang dibeli di eBay seharga USD 40, sambil mengatakan bahwa ponsel itu hanya dibeli karena rasa penasaran semata.

Ada pula yang menulis, “Kalimat ini tak pernah saya bayangkan saya ucapkan di tahun 2025: Saya akhirnya punya BlackBerry.” Ia mengungkapkan bahwa ponsel pertamanya adalah iPhone saat masih kelas 6 SD, sehingga tidak pernah merasakan memiliki BlackBerry sewaktu kecil. Kini, ia merasa terhubung dengan era yang dulu hanya bisa ia tonton dalam film atau video musik.

Antara Nostalgia dan Keinginan Bebas dari Ketergantungan Digital

Fenomena ini memperlihatkan paradoks menarik: di tengah kecanggihan smartphone masa kini, banyak anak muda justru mencari kembali sesuatu yang "kuno" namun terasa lebih otentik. Keyboard fisik BlackBerry yang dulu dianggap usang, kini justru dirindukan karena memberikan pengalaman mengetik yang "nyata". Bahkan, banyak pengguna yang merasa lebih produktif dan lebih fokus saat menggunakan ponsel jadul ini.

Tren ini juga menunjukkan keresahan Gen Z terhadap kehidupan digital yang terlalu intens. BlackBerry menjadi sarana untuk mengurangi ketergantungan pada media sosial, notifikasi berlebihan, dan distraksi yang konstan—semacam pelarian dari dunia yang terlalu cepat.

Spekulasi Muncul: Apakah BlackBerry Akan Bangkit Kembali?

Menariknya, di tengah euforia ini, muncul pula spekulasi soal kebangkitan BlackBerry sebagai brand smartphone. Di forum Reddit, seorang pengguna membocorkan bahwa ada rencana peluncuran produk baru dari BlackBerry yang masih dirahasiakan karena terikat NDA (Non-Disclosure Agreement). Meskipun unggahan itu sudah dihapus, antusiasme pengguna langsung melonjak.

“Semoga ini benar-benar nyata,” tulis salah satu pengguna. “Saya tertarik kalau ini betul terjadi,” komentar lainnya menambahkan. Meski sebagian masih skeptis, harapan akan kembalinya BlackBerry dengan semangat baru terus menggelora, apalagi jika bisa menggabungkan estetika klasik dengan teknologi modern.

Pelajaran dari Tren Ini: Emosi Bisa Mengalahkan Inovasi

Kisah kembalinya BlackBerry menjadi cermin bahwa inovasi teknologi bukan satu-satunya daya tarik konsumen. Terkadang, kenangan, emosi, dan pengalaman personal memiliki kekuatan lebih besar dalam membentuk keputusan membeli.

Di saat pasar smartphone semakin seragam, dan hampir semua ponsel tampak serupa, BlackBerry hadir sebagai “gangguan manis” yang menawarkan keunikan. Dengan desain retro, fitur yang minimalis, dan nilai nostalgia tinggi, BlackBerry kini menemukan ruang baru di hati para pengguna muda—meski sebelumnya tak pernah benar-benar hidup di era kejayaan ponsel ini.

Penutup: Bukan Soal Spesifikasi, Tapi Soal Rasa

Fenomena ini menegaskan bahwa kekuatan sebuah brand tidak semata-mata terletak pada teknologi, tapi juga pada ikatan emosional yang tercipta dengan penggunanya. BlackBerry mungkin sudah lama kehilangan dominasinya, tapi tidak dengan citra dan kenangan yang ditinggalkannya. Kini, di tangan generasi baru yang justru tidak tumbuh bersama BlackBerry, warisan itu dihidupkan kembali—dan mungkin, ini baru permulaan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved