Sumber foto: Google

Kecerdasan Buatan Mulai Digunakan di Dunia Pendidikan, Siapkah Indonesia?

Tanggal: 9 Mei 2025 20:54 wib.
Tampang.com | Kecerdasan buatan (AI) tidak lagi sebatas topik sains fiksi—kini AI mulai digunakan di ruang-ruang kelas dan kampus di Indonesia. Mulai dari chatbot pendamping belajar, koreksi otomatis tugas, hingga personalisasi materi berdasarkan kemampuan siswa. Namun di balik potensi besar itu, muncul pertanyaan: apakah dunia pendidikan Indonesia siap?

Adopsi AI di Dunia Pendidikan Mulai Tumbuh
Beberapa sekolah swasta dan kampus unggulan di Indonesia mulai menerapkan teknologi AI untuk mendukung proses belajar. Startup edtech lokal seperti Ruangguru dan Zenius juga mulai menambahkan fitur-fitur AI, seperti tutor virtual dan penyesuaian soal secara otomatis.

“Kami mencoba memperkenalkan chatbot edukasi di kelas agar siswa bisa bertanya soal pelajaran di luar jam sekolah,” ujar Aditya, guru SMP di Jakarta Selatan.

Menurut laporan UNESCO, AI dapat membantu personalisasi pendidikan dan mengurangi beban administrasi guru, namun harus disertai pelatihan dan pengawasan yang ketat.

Tantangan: Kesenjangan Digital dan Minimnya Pelatihan Guru
Tidak semua sekolah memiliki akses internet stabil atau perangkat memadai. Bahkan banyak guru yang belum familiar dengan penggunaan teknologi AI secara praktis.

“Sebagian besar guru di sekolah negeri belum paham bagaimana AI bisa digunakan secara efektif. Mereka butuh pelatihan, bukan cuma perangkat,” kata Wulan, dosen pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Kesenjangan ini menyebabkan implementasi AI hanya terjadi di sebagian kecil sekolah yang sudah punya fasilitas cukup, menciptakan jurang baru antara sekolah maju dan tertinggal.

Isu Etika dan Ketergantungan Teknologi
Penggunaan AI juga menimbulkan kekhawatiran baru. Salah satunya adalah ketergantungan siswa terhadap mesin, serta ancaman plagiarisme otomatis melalui bantuan AI seperti ChatGPT.

“Tanpa regulasi yang jelas, bisa muncul masalah baru, seperti siswa yang hanya mengandalkan AI untuk menjawab tugas tanpa pemahaman,” ujar Wulan.

Selain itu, keamanan data siswa dan transparansi algoritma juga menjadi perhatian, terutama jika AI dikembangkan oleh pihak swasta tanpa pengawasan kuat dari pemerintah.

Perlu Kebijakan dan Literasi Teknologi yang Setara
Para pakar pendidikan menyarankan agar pemerintah tidak sekadar mendukung penggunaan teknologi, tetapi juga menyusun regulasi, etika penggunaan, dan memastikan literasi digital merata.

“Kita tidak bisa menolak AI, tapi kita bisa mengatur bagaimana ia digunakan dalam pendidikan. Harus ada peran aktif dari negara, bukan sekadar menyerahkan ke swasta,” tambah Aditya.

Masa depan pendidikan Indonesia akan sangat bergantung pada bagaimana kecerdasan buatan digunakan secara bijak. Jika disertai kebijakan yang inklusif dan dukungan terhadap guru dan siswa di seluruh pelosok negeri, AI bisa menjadi alat revolusioner, bukan ancaman.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved