Keberhasilan DOJ Menghapus Malware PlugX yang Tersebar di 4.200 Komputer Global
Tanggal: 16 Jan 2025 08:04 wib.
Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) berhasil menghapus malware yang telah merusak lebih dari 4.200 komputer di seluruh dunia. Malware bernama PlugX ini telah digunakan oleh kelompok peretas yang diduga didukung oleh pemerintah China untuk mengakses, menginfeksi, dan mencuri informasi penting dari perangkat yang terinfeksi.
Para penyelidik mengungkapkan bahwa malware ini pertama kali disebarkan melalui perangkat USB yang telah terinfeksi. Kelompok peretas yang terlibat dalam penyebaran malware ini dikenal dengan nama "Mustang Panda" dan "Twill Typhoon." Mereka menggunakan teknik yang sangat canggih untuk meretas dan mengambil alih komputer-komputer target di berbagai negara.
Dalam proses penyelidikan lebih lanjut, jaksa penuntut di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Timur Pennsylvania mengungkapkan bahwa kelompok Mustang Panda mendapat dukungan dari pemerintah China untuk mengembangkan dan menyebarkan malware PlugX. Malware ini diyakini telah beroperasi selama bertahun-tahun, menargetkan komputer di Amerika Serikat, Eropa, Asia, serta perangkat-perangkat milik pembangkang politik China.
Menurut catatan yang diajukan dalam pengadilan, kelompok Mustang Panda memiliki kemampuan untuk mengontrol dan mengoperasikan varian PlugX yang telah tersebar luas melalui infrastruktur komando dan kontrol yang mereka kelola.
Untuk itu, perusahaan keamanan siber Sekoia, yang pertama kali mengidentifikasi adanya ancaman ini, bekerja sama dengan pihak berwenang Prancis. Kerja sama tersebut berhasil mengarah pada pengambilalihan infrastruktur yang digunakan oleh para peretas pada bulan Juli 2024.
FBI juga turut bekerja sama dengan pihak berwenang Prancis untuk melacak dan mengidentifikasi perangkat-perangkat yang terinfeksi, khususnya yang berbasis di Amerika Serikat.
Malware PlugX, yang telah aktif sejak 2014, berfungsi untuk mencuri data dari perangkat yang terinfeksi, mencatat aktivitas pengguna, serta memberikan akses jarak jauh kepada para peretas.
Para penyelidik mencatat bahwa malware ini tidak hanya digunakan untuk menyerang individu atau organisasi di negara-negara tertentu, tetapi juga digunakan untuk menargetkan kelompok pembangkang politik di China.
Hal ini menunjukkan bahwa malware PlugX tidak hanya digunakan untuk keuntungan ekonomi atau intelijen, tetapi juga memiliki dimensi politik yang kuat, terutama dalam konteks pengawasan dan penindasan terhadap suara-suara oposisi.
Dampak dari penyebaran malware ini sangat besar, mengingat banyak komputer yang terinfeksi berada di negara-negara yang memiliki peran strategis dalam ekonomi global, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Selain itu, para pembangkang politik yang menjadi target malware ini berisiko kehilangan data pribadi yang sangat sensitif, yang bisa digunakan untuk merugikan mereka dalam berbagai aspek.
Setelah malware ini berhasil teridentifikasi dan diblokir, banyak pihak yang menyambut positif upaya yang dilakukan oleh DOJ, FBI, dan pihak berwenang internasional lainnya dalam memberantas ancaman cyber yang semakin meresahkan.
Namun, meskipun malware PlugX telah berhasil dihapus dari perangkat yang terinfeksi, para ahli keamanan siber memperingatkan bahwa ancaman serupa masih bisa muncul di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi individu dan organisasi untuk selalu memperbarui sistem keamanan mereka dan berhati-hati terhadap potensi serangan malware yang semakin kompleks.
Keberhasilan ini menunjukkan betapa pentingnya kerja sama internasional dalam menghadapi ancaman dunia maya yang semakin besar. Serangan seperti ini menunjukkan bahwa ancaman dari peretas tidak mengenal batas negara, dan bisa menargetkan berbagai sektor, mulai dari individu hingga pemerintahan.
Oleh karena itu, upaya pencegahan dan penanggulangan serangan malware harus dilakukan secara terkoordinasi dan melibatkan berbagai pihak, baik dari sektor publik maupun swasta.