Jerman Desak Apple & Google Hapus Aplikasi AI China: Benarkah Data Pribadi Warga Bocor ke Beijing?
Tanggal: 30 Jun 2025 10:08 wib.
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), kekhawatiran soal keamanan data pribadi makin mendapat sorotan. Pemerintah Jerman baru-baru ini secara resmi meminta Apple dan Google untuk menghapus aplikasi AI asal Tiongkok, DeepSeek, dari toko aplikasi mereka. Langkah ini diambil menyusul kekhawatiran serius tentang potensi pelanggaran aturan privasi data yang berlaku di Uni Eropa.
Permintaan tersebut disampaikan langsung oleh Meike Kamp, Komisioner Perlindungan Data untuk negara bagian Jerman, yang menilai bahwa DeepSeek belum mampu menunjukkan jaminan perlindungan data yang sesuai standar Eropa. Dalam keterangannya yang dikutip dari Reuters, Kamp menyebut bahwa aplikasi AI ini berpotensi melakukan transfer data pengguna secara ilegal ke China—yang mana dinilai berisiko tinggi karena regulasi privasi yang berbeda secara fundamental.
Apa Itu DeepSeek dan Mengapa Jadi Sorotan?
DeepSeek adalah salah satu aplikasi AI berbasis generatif asal China yang mulai banyak digunakan pengguna global karena kemampuannya menjawab pertanyaan, memproses teks, hingga menganalisis dokumen secara cerdas. Namun, kemampuannya menyimpan dan mengakses data pengguna justru menjadi perhatian utama pemerintah Jerman.
Data pribadi pengguna seperti input teks, file unggahan, serta permintaan yang diajukan ke sistem AI disimpan di server yang berada di China. Hal ini menimbulkan kekhawatiran karena menurut regulasi privasi Eropa, seperti General Data Protection Regulation (GDPR), transfer data ke negara yang tidak memiliki tingkat perlindungan setara bisa dianggap ilegal.
Kekhawatiran Khusus Terhadap Akses Pemerintah China
Meike Kamp menegaskan bahwa perusahaan seperti DeepSeek yang berbasis di China tidak dapat sepenuhnya menjamin bahwa data pengguna Eropa terbebas dari pengawasan pemerintah Tiongkok. Hal ini karena otoritas China secara hukum memiliki hak untuk mengakses data yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan teknologi dalam yurisdiksinya.
Dengan latar belakang tersebut, Kamp pada bulan Mei telah mengirim permintaan langsung ke DeepSeek agar mereka memenuhi persyaratan transfer data lintas negara yang diwajibkan oleh hukum Eropa, atau secara sukarela menarik aplikasinya dari pasar Jerman.
Namun hingga Juni 2025, DeepSeek belum memberikan respons yang memadai. Akibatnya, Komisioner Perlindungan Data mengeskalasi masalah ini ke Google dan Apple—dua perusahaan pemilik ekosistem toko aplikasi terbesar dunia—dengan harapan mereka mempertimbangkan untuk memblokir akses aplikasi DeepSeek di Jerman.
Respons Apple dan Google
Google telah mengonfirmasi bahwa mereka sudah menerima pemberitahuan resmi dari pemerintah Jerman dan sedang mempelajarinya lebih lanjut. Namun, mereka belum mengumumkan keputusan apakah akan menghapus aplikasi tersebut dari Google Play Store.
Apple, di sisi lain, belum memberikan tanggapan resmi atas permintaan yang sama. Sementara itu, pihak DeepSeek juga belum memberikan komentar ketika dimintai konfirmasi oleh berbagai media.
DeepSeek dalam Sorotan Global Privasi
Kekhawatiran Jerman bukan yang pertama muncul terkait aplikasi dan layanan digital asal China. Kasus serupa sempat menimpa TikTok, yang juga menghadapi tekanan dari berbagai negara Barat terkait potensi akses data oleh pemerintah Tiongkok. Ini mempertegas adanya kekhawatiran sistemik bahwa aplikasi yang beroperasi di bawah entitas bisnis asal China tidak bisa menjamin independensi penuh terhadap intervensi negara.
Dalam kebijakan privasi DeepSeek sendiri, disebutkan bahwa data pengguna disimpan di server di dalam Tiongkok dan dapat digunakan untuk peningkatan performa layanan AI. Namun, tidak ada penjelasan transparan mengenai bagaimana data pengguna dari luar China diproses atau diamankan, apalagi dalam konteks hukum Eropa yang sangat ketat.
Standar Privasi Uni Eropa: Tidak Bisa Ditawar
Uni Eropa, khususnya melalui GDPR, menetapkan standar tinggi dalam perlindungan data pribadi. Dalam aturan ini, transfer data lintas batas hanya diperbolehkan ke negara yang memiliki perlindungan hukum data pribadi setara dengan UE. Negara seperti Amerika Serikat dan Inggris bahkan harus menandatangani perjanjian khusus agar dapat bertransaksi data dengan UE.
China, dalam hal ini, belum memenuhi standar tersebut dan belum menjalin mekanisme legal setara untuk transfer data dari Eropa. Inilah yang menjadi alasan utama permintaan Jerman untuk menghapus DeepSeek dari toko aplikasi.
Apa Dampaknya bagi Pengguna?
Jika permintaan Jerman dikabulkan, pengguna di negara tersebut tidak lagi dapat mengunduh aplikasi DeepSeek secara resmi melalui Apple App Store maupun Google Play Store. Meski aplikasi yang sudah terpasang masih bisa digunakan, potensi pemblokiran lanjutan melalui jaringan lokal atau penghapusan otomatis juga bisa terjadi di kemudian hari.
Hal ini bisa menjadi preseden penting bagi negara-negara Uni Eropa lainnya untuk melakukan peninjauan terhadap aplikasi serupa yang tidak memiliki transparansi perlindungan data.
Penutup: Apa Langkah Selanjutnya?
Kasus ini mencerminkan betapa pentingnya menjaga kedaulatan data di era digital, khususnya dalam menghadapi gelombang aplikasi AI asing yang semakin banyak digunakan secara global. Langkah tegas Jerman bisa membuka diskusi lebih luas tentang keamanan data di tengah invasi AI dari berbagai negara.
Apakah langkah Jerman akan diikuti negara-negara lain? Dan apakah perusahaan teknologi akan lebih serius memperhatikan regulasi privasi internasional? Kita tunggu perkembangannya