Sumber foto: iStock

Jaringan Laut Nusantara Terancam: Mengapa Kabel Bawah Laut Jadi Penentu Masa Depan Digital Indonesia?

Tanggal: 30 Jun 2025 10:03 wib.
Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, tengah menghadapi tantangan besar dalam membangun dan menjaga ekosistem kabel bawah laut yang menjadi tulang punggung konektivitas digital nasional. Meskipun saat ini Indonesia telah dikelilingi oleh sekitar 55 ribu kilometer kabel laut, angka ini masih jauh dari cukup untuk mengimbangi pertumbuhan lalu lintas internet yang terus melesat.

Menurut Bonifasius Wahyu Pudjianto, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), kebutuhan akan infrastruktur kabel laut akan terus meningkat seiring dengan melesatnya permintaan internet global. Dalam acara Penandatanganan Komitmen Bersama Subsea Connectivity Ecosystem Development di Jakarta pada Kamis, 26 Juni 2025, Bonifasius menjelaskan analoginya.

“Bayangkan lalu lintas internet seperti jalan raya, makin ramai, makin lebar jalannya harus disiapkan. Sama halnya dengan jaringan internet, butuh kabel laut yang memadai,” ujarnya.

Internet Lemot? Kabel Laut Salah Satunya

Saat ditanya apakah lambatnya koneksi internet di Indonesia disebabkan oleh kekurangan kabel laut, Bonifasius tidak memberi jawaban mutlak. Menurutnya, lambatnya internet dipengaruhi banyak faktor, namun ia menekankan pentingnya konektivitas antar pulau, mengingat Indonesia terdiri dari lebih dari 17 ribu pulau.

“Kita ini negara kepulauan. Kabel laut adalah solusi terbaik untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut. Kita tidak boleh sampai terisolasi,” lanjutnya.

Kabel laut berfungsi sebagai penghubung utama antarwilayah dan juga penghubung internasional. Keberadaan cabang-cabang kabel laut sangat vital untuk menjamin Indonesia tetap terkoneksi secara global.

Bukan Hanya Kabel, Talenta Digital Pun Minim

Namun, persoalan ekosistem kabel laut tidak hanya berhenti pada ketersediaan infrastruktur. Indonesia juga mengalami kekurangan signifikan dalam hal sumber daya manusia (SDM) digital, terutama yang memiliki keahlian khusus di bidang kelautan dan teknologi komunikasi bawah laut.

Alvin Aslam, Ketua Bidang Training, Sertifikasi, dan Event di Asosiasi Penyelenggara Sistem Komunikasi Kabel Laut Seluruh Indonesia (Askalsi), menegaskan bahwa kebutuhan akan talenta digital semakin mendesak.

“Ini bukan sekadar soal software atau coding. Kita butuh teknisi untuk memperbaiki peralatan rusak, ahli penyelam, tenaga kapal, hingga jointer yang memasang sambungan kabel bawah laut,” jelas Alvin.

Talenta Lokal Lebih Diutamakan

Alvin menyatakan bahwa pihaknya lebih memilih untuk merekrut talenta lokal daripada harus mencari dari luar negeri. “Kalau ada peralatan rusak, kita ingin teknisinya dari dalam negeri. Harusnya kita punya SDM sendiri yang bisa langsung bertindak,” tambahnya.

Pengembangan talenta lokal ini sudah mulai dilakukan. Salah satu contoh konkret adalah Telkom University, yang disebut-sebut sebagai penyedia utama calon tenaga ahli kabel laut di Indonesia.

Telkom University Siap Cetak 500 Talenta Per Tahun

Parman Sukarno, Direktur Akademik Telkom University, mengatakan bahwa kampusnya telah menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan subsea (bawah laut). Setiap tahun, kampus ini siap meluluskan setidaknya 500 mahasiswa yang memiliki kompetensi subsea.

“Kami yakin angka ini masih bisa bertambah jika dilakukan kerja sama antar kampus. Kolaborasi sangat penting karena Indonesia tidak bisa mengandalkan satu pihak saja,” ujarnya.

Telkom University bahkan berencana memperluas infrastruktur pendidikannya untuk mendukung pelatihan lebih dalam di bidang kabel bawah laut. Langkah ini dinilai strategis untuk mencetak SDM unggul yang mampu menghadapi kompleksitas jaringan laut nusantara.

Komitmen Bersama: Kolaborasi Multistakeholder

Sebagai langkah konkret penguatan subsea connectivity, acara di Jakarta tersebut juga diisi dengan penandatanganan komitmen bersama dari berbagai pihak strategis. Beberapa institusi yang terlibat antara lain:



Telkom University


Askalsi


Indosat Ooredoo Hutchison


Telkom Infra


XL Smart


GSMA


ICPC


APJII


ISD Council


NIC Indonesia


Meta


Ciena


Viavi


Alita Praya Mitra


Ajari Technologies


Kementerian Komdigi



Kolaborasi lintas sektor ini menunjukkan keseriusan semua pihak dalam membangun ekosistem subsea Indonesia yang kuat, aman, dan berkelanjutan. Tak hanya dari sisi teknologi, tetapi juga dalam pengembangan SDM dan regulasi.

Tantangan Global: Indonesia Harus Bergerak Cepat

Dalam era globalisasi dan pertumbuhan kecerdasan buatan (AI), kebutuhan akan jaringan internet yang stabil dan cepat menjadi keharusan. Perang teknologi di ranah bawah laut pun mulai terasa, terlebih ketika negara-negara seperti China dan Amerika Serikat mulai memperkuat infrastruktur digital mereka.

Jika Indonesia tidak segera mempercepat pembangunan kabel bawah laut dan pengembangan talenta digitalnya, maka risiko tertinggal dari negara lain sangat besar. Terutama dalam persaingan ekonomi digital yang semakin kompetitif.

Kesimpulan

Kabel bawah laut bukan sekadar jaringan fisik yang membawa sinyal. Ia adalah tulang punggung konektivitas dan fondasi utama kedaulatan digital Indonesia. Dalam dunia yang makin terkoneksi, investasi pada subsea infrastructure dan talenta digital lokal adalah langkah wajib untuk memastikan Indonesia tetap relevan dan unggul di tengah derasnya arus transformasi digital global.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved