Sumber foto: iStock

iPhone Naik Harga? Ini Alasan Apple Kirim 5 Pesawat Penuh iPhone dari Asia ke AS!

Tanggal: 13 Apr 2025 14:07 wib.
Di tengah gempuran kebijakan dagang terbaru dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, salah satu perusahaan teknologi terbesar dunia yakni Apple kini berada di persimpangan genting. Demi menghindari dampak buruk dari tarif impor baru yang diberlakukan pada produk dari China dan India, Apple mengambil langkah ekstrem: menerbangkan lima pesawat penuh berisi iPhone dan produk Apple lainnya dari Asia ke Amerika Serikat.

Langkah cepat ini dilakukan untuk menyiasati potensi lonjakan harga jual akibat beban tarif baru. Dengan mengangkut stok sebelum kebijakan tarif diberlakukan secara resmi, Apple berupaya menjaga harga produk tetap stabil—setidaknya untuk sementara waktu.

Apple Kirim iPhone dari Asia ke AS dalam Waktu 3 Hari

Menurut laporan dari Times of India, pengiriman ini dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, yakni hanya dalam tiga hari terakhir bulan Maret 2025. Lima pesawat kargo yang sarat dengan produk Apple, terutama iPhone, diterbangkan dari India dan China ke Amerika Serikat. Seorang pejabat senior pemerintah India bahkan mengonfirmasi bahwa pengiriman besar-besaran ini berkaitan langsung dengan upaya Apple untuk menghindari beban tarif baru yang cukup signifikan.

"Produk dari pabrik Apple di India, China, dan wilayah lainnya dikirim ke AS untuk menghindari lonjakan tarif," kata seorang sumber yang tak disebutkan namanya.

Kebijakan tarif timbal balik dari Trump secara langsung menargetkan barang-barang elektronik dan teknologi tinggi, termasuk iPhone yang sebagian besar diproduksi di Asia. Langkah ini dilakukan dalam rangka menekan ketergantungan AS terhadap manufaktur luar negeri, namun juga menyebabkan kekhawatiran besar di sektor retail dan konsumen.

Strategi Apple Menahan Harga, Tapi Sampai Kapan?

Langkah Apple ini dianggap sebagai manuver strategis jangka pendek. Dengan mengirim stok dalam jumlah besar sebelum tarif diberlakukan, perusahaan berharap bisa menahan harga jual produk mereka tetap di kisaran saat ini. Namun strategi ini jelas bukan solusi jangka panjang.

Apple sendiri telah melakukan analisis terhadap struktur tarif yang dikenakan pada masing-masing negara asal produksi. Hasilnya menunjukkan bahwa kenaikan harga tak hanya berdampak di pasar AS, tapi juga akan berimbas pada pasar global, termasuk India dan kawasan lain di dunia.

"Setiap penyesuaian harga akibat tarif tidak bisa terbatas di satu pasar saja. Dampaknya bersifat global," lanjut sumber tersebut.

Ini artinya, konsumen di luar AS pun kemungkinan besar akan merasakan imbas dari kebijakan Trump. Harga iPhone yang sudah dikenal premium, berisiko semakin tak terjangkau di berbagai negara.

Prediksi: Harga iPhone Bisa Naik Drastis

Sinyal kenaikan harga semakin jelas terlihat dari hasil riset para analis. UBS, salah satu lembaga riset keuangan terkemuka, memperkirakan bahwa harga iPhone produksi China akan naik hingga 30% jika tarif diberlakukan penuh. Sebagai contoh, iPhone 16 Pro Max yang saat ini dibanderol sekitar US$1199 atau Rp 20 juta, bisa melonjak hingga US$1549 atau sekitar Rp 26 juta. Lonjakan hampir Rp 6 juta tentu bukan angka yang kecil, bahkan untuk kelas atas sekalipun.

Sementara itu, varian iPhone 16 Pro yang diproduksi di India diprediksi akan mengalami kenaikan sekitar US$120 atau setara Rp 2 juta, membuat harganya ikut terdongkrak hingga US$1199. Artinya, bahkan produksi luar China pun tak mampu sepenuhnya menghindari efek domino dari tarif impor AS.

Toko-toko di AS Mulai Diserbu, Warga Panik Harga Melonjak

Dampak dari kebijakan ini bahkan sudah terasa di lapangan. Beberapa toko elektronik dan distributor resmi iPhone di Amerika Serikat mulai diserbu konsumen yang khawatir harga akan naik sewaktu-waktu. Fenomena ini menandai gejala panic buying di kalangan pengguna Apple yang loyal, sekaligus memperlihatkan bagaimana kebijakan dagang pemerintah bisa langsung berpengaruh pada perilaku pasar.

Tak sedikit pula yang mulai mempertimbangkan untuk membeli iPhone dari negara lain, termasuk kawasan Asia Tenggara yang dianggap masih lebih terjangkau. Tapi dengan kabar bahwa harga global juga akan disesuaikan, peluang ini tampaknya tak akan bertahan lama.

Apa Dampaknya bagi Apple ke Depan?

Di balik strategi "kirim cepat sebelum tarif naik", Apple menghadapi tantangan lebih besar ke depan. Rantai pasokan global mereka kini berada dalam tekanan tinggi, dan struktur produksi yang bergantung pada Asia menjadi risiko besar jika perang dagang terus berlanjut. Ini bisa mendorong Apple untuk mempercepat ekspansi produksi ke negara lain, seperti Vietnam atau bahkan kembali ke dalam negeri AS—yang tentu berbiaya lebih mahal.

Lebih dari sekadar harga, situasi ini juga mempertaruhkan daya saing Apple di pasar global, terutama saat kompetitor seperti Samsung atau Huawei mulai memanfaatkan celah ini untuk menekan harga dan menarik konsumen baru.


Kesimpulan: Konsumen Harus Siap-siap

Dengan semua dinamika ini, satu hal yang pasti: konsumen harus bersiap dengan perubahan harga yang signifikan, baik di AS maupun global. Meski Apple masih berupaya keras menjaga stabilitas harga melalui langkah ekstrem seperti pengiriman besar-besaran, kebijakan tarif dari Trump bisa saja memicu efek berantai dalam waktu dekat.

Sebagai pengguna, langkah terbaik saat ini mungkin adalah membeli sekarang sebelum harga naik lebih jauh, atau menunggu momen promosi dari distributor lokal sebelum perubahan harga diberlakukan secara menyeluruh.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved