iPhone 16 Anjlok di China: Diskon Jutaan Rupiah Tak Mampu Selamatkan Penjualan?
Tanggal: 18 Mei 2025 17:51 wib.
Tampang.com | Peluncuran seri iPhone 16 yang diharapkan menjadi game-changer Apple pada akhir 2024, justru menghadapi tantangan besar di pasar utama mereka: Tiongkok. Data terbaru dari lembaga riset terkemuka International Data Corporation (IDC) untuk kuartal pertama tahun 2025 menunjukkan bahwa penjualan iPhone di negeri tirai bambu itu mengalami penurunan tajam sebesar 9% secara tahunan (YoY).
Ini merupakan pukulan telak bagi Apple, mengingat Tiongkok merupakan salah satu pasar paling strategis dan menjanjikan untuk pertumbuhan bisnis gadget premium mereka. Dalam upaya menyelamatkan performa penjualan yang merosot, sejumlah platform e-commerce terkemuka di Tiongkok, seperti JD.com dan Tmall milik Alibaba, mengambil langkah drastis dengan memberikan diskon besar-besaran untuk varian iPhone 16.
Diskon yang diberikan bukan main-main — potongannya bisa mencapai 2.530 yuan, atau sekitar Rp5,8 juta. Misalnya, JD.com menjual iPhone 16 Pro versi 128GB hanya seharga 5.469 yuan, jauh lebih murah dari harga resmi Apple yang dipatok di angka 7.999 yuan. Sementara itu, Tmall juga ikut bersaing dengan menawarkan harga 5.499 yuan untuk varian yang sama, lebih rendah 2.500 yuan dari banderol resminya.
Namun, belum jelas apakah pemangkasan harga ini merupakan strategi resmi dari Apple atau hanya inisiatif mandiri dari platform-platform e-commerce yang ingin mendorong daya beli konsumen di tengah persaingan pasar yang semakin panas. Pihak Apple, JD, maupun Alibaba belum memberikan tanggapan resmi atas pertanyaan media mengenai sumber dan strategi di balik diskon besar ini.
Fenomena diskon besar untuk iPhone sebenarnya bukan yang pertama. Apple juga sempat menerapkan potongan harga secara mendadak di awal tahun ini dalam rangka festival belanja tahunan '618' yang merupakan salah satu momen belanja paling dinanti di Tiongkok. Kala itu, Apple menawarkan diskon hingga 500 yuan yang dipublikasikan langsung di situs resmi mereka. Langkah ini kemudian diikuti oleh platform e-commerce lain yang turut menurunkan harga jual produk Apple.
Namun, diskon yang lebih besar pada iPhone 16 Pro saat ini menjadi sorotan tersendiri, karena menunjukkan adanya tekanan nyata terhadap performa produk tersebut di pasar lokal. Para analis meyakini bahwa strategi diskon agresif seperti ini kemungkinan besar menjadi bagian dari upaya bertahan Apple di tengah dominasi merek lokal yang kini semakin kuat.
Menurut laporan IDC, pasar smartphone di Tiongkok saat ini memang sedang mengalami pemulihan yang signifikan. Salah satu bintangnya adalah Xiaomi, yang berhasil mencatat pertumbuhan penjualan hingga 40% pada kuartal pertama 2025. Di sisi lain, Huawei, pesaing kuat Apple yang terus bangkit dari tekanan sanksi global, mencatat pertumbuhan stabil sebesar 10%.
Kebangkitan produsen lokal dengan berbagai inovasi dan harga yang lebih kompetitif jelas menjadi tantangan serius bagi Apple. Produk-produk dari Xiaomi dan Huawei kini tidak hanya mengandalkan harga murah, tetapi juga fitur-fitur canggih, performa kamera unggul, dan teknologi AI yang dibenamkan dalam sistem mereka. Bahkan, dalam beberapa kasus, ponsel flagship dari brand lokal tersebut dinilai lebih unggul dalam hal daya tahan baterai dan integrasi software, dibandingkan iPhone.
Daya saing harga dan teknologi inilah yang membuat banyak konsumen di Tiongkok kini lebih memilih merek lokal ketimbang Apple, terutama untuk kelas menengah yang sebelumnya menjadi target pasar utama iPhone.
Di sisi lain, Apple juga menghadapi tekanan dari sisi regulasi dan sentimen nasionalisme di Tiongkok. Dalam beberapa tahun terakhir, tren belanja masyarakat Tiongkok telah bergeser ke arah mendukung produk lokal, terutama sejak meningkatnya ketegangan geopolitik antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Kondisi ini jelas memengaruhi persepsi terhadap merek-merek asal AS, termasuk Apple.
Kombinasi antara kompetisi sengit, sentimen lokal, dan harga tinggi menjadikan iPhone 16 sulit bersaing, bahkan dengan strategi diskon agresif. Meskipun iPhone tetap memiliki loyalis yang cukup kuat di kalangan pengguna lama, namun untuk menjaring pasar baru — terutama pengguna yang sensitif terhadap harga dan fitur — Apple tampaknya masih kesulitan.
Langkah ke depan bagi Apple tidak bisa hanya bergantung pada strategi potongan harga. Mereka perlu menyusun ulang pendekatan pemasaran, inovasi produk, dan adaptasi terhadap preferensi konsumen Tiongkok yang berubah dengan cepat. Sementara itu, keberhasilan Xiaomi dan Huawei menunjukkan bahwa kunci keberhasilan di pasar Tiongkok bukan hanya pada kualitas produk, tetapi juga pada pemahaman budaya dan perilaku konsumen lokal.
Secara keseluruhan, data Q1 2025 memperlihatkan lanskap persaingan industri smartphone yang makin dinamis, di mana dominasi merek global tak lagi menjadi jaminan. Penurunan penjualan iPhone 16 di Tiongkok menjadi sinyal bahwa Apple perlu berinovasi lebih dari sekadar desain dan performa, tetapi juga dalam memahami psikologi dan kebutuhan pasar yang kian kompleks.
Apakah Apple akan bangkit dan menyesuaikan strateginya, atau justru terus tertinggal di belakang para pesaing lokal? Jawabannya mungkin akan terlihat dalam laporan kuartal berikutnya.