Intel Terpuruk: Gagal Menangkap Peluang AI dan Ditinggal CEO di Tengah Krisis
Tanggal: 18 Des 2024 08:08 wib.
Dulu, Intel merupakan raja chip dunia yang selalu unggul dalam menghadirkan inovasi terbaru. Namun, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, perusahaan ini mengalami penurunan drastis dalam bisnisnya. Pada tahun 2024, Intel terus merosot tak terkendali dan berujung pada turunnya Pat Gelsinger dari jabatan CEO.
Seiring dengan kegagalan Intel untuk bersaing di industri chip, persaingan semakin sengit. Perusahaan semakin tertinggal karena terlambat terjun ke pengembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Hal ini membuat pesaingnya, Nvidia, berhasil menguasai sektor ini. Saat ini, Nvidia bahkan menjadi perusahaan paling bernilai ke-3 di dunia dengan nilai lebih dari US$3 triliun, sekitar 32 kali kapitalisasi pasar Intel senilai US$89 miliar.
Menurut Reuters, Intel sebenarnya punya kesempatan untuk membeli saham di OpenAI sekitar tujuh tahun lalu. Saat itu, OpenAI masih merupakan organisasi penelitian nirlaba baru yang kurang dikenal publik. Namun, Intel tidak melanjutkan rencana kerja sama tersebut. Keputusan tersebut diduga kuat dipengaruhi oleh CEO kala itu, Bob Swan, yang tidak cukup visioner dalam menangkap peluang. Cukup disayangkan, ketika sektor AI berkembang dengan pesat, Intel tidak dapat memanfaatkan momentum tersebut.
Tidak hanya itu, unit pusat data milik Intel juga tidak ingin membuat produk dengan biaya mahal. Sayangnya, ketakutan dan keputusan yang diambil oleh Intel kala itu justru membuat perusahaan tertinggal jauh dalam kompetisi AI. Kini, perusahaan ini harus menghadapi realitas pahit, yaitu penurunan nilai hingga separuh dari nilai Intel yang hilang dalam satu tahun ini.
Bukan hanya itu, Intel juga berencana memisahkan divisi manufaktur dari bisnis inti perancangan dan penjualan prosesor komputer. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang sangat genting untuk melakukan perubahan drastis dalam upaya memperbaiki kinerja bisnisnya.
Selain itu, Intel juga terpaksa melakukan PHK besar-besaran dengan memangkas 15 ribu pekerja atau lebih dari 15% dari total tenaga kerjanya. Meskipun demikian, Intel tetap mempertahankan pabriknya, sembari menyiapkan unit internal terpisah untuk pabrik pengecoran. Hal ini merupakan langkah strategis yang diambil oleh Intel untuk memastikan kelangsungan bisnisnya di masa depan.
Namun, upaya-upaya yang dilakukan tersebut tidak mampu mengubah nasib Intel. Pada awal Desember 2024, Pat Gelsinger mengumumkan pengunduran dirinya setelah dipaksa oleh dewan direksi. Meskipun demikian, Gelsinger masih mendapatkan pesangon mencapai US$9,7 juta, cukup besar untuk seorang CEO yang meninggalkan perusahan yang tengah mengalami masa sulit.
Kondisi Intel yang terus memburuk telah membuat perusahaan ini memasuki fase yang sulit. Intel harus merespon dengan cepat agar dapat tetap bertahan di tengah persaingan yang semakin sengit di industri chip saat ini.
Inti dari cerita keruntuhan Intel adalah penolakan terhadap inovasi, kegagalan memanfaatkan momentum, serta ketidakmampuan dalam beradaptasi dengan perubahan yang cepat di industri teknologi. Semua pihak, baik internal maupun eksternal, harus bersinergi dalam mengambil langkah-langkah strategis untuk menyelamatkan Intel dari ambang kehancuran.
Berdasarkan laporan dari CNBC Internasional, Intel telah kehilangan setengah dari nilai perusahaannya pada tahun ini. Laporan pendapatannya juga menunjukkan penurunan yang signifikan, menjadi yang terburuk dalam 50 tahun terakhir.
Di tengah gempuran kompetisi yang semakin keras, Intel terpaksa melakukan PHK besar-besaran sambil terus mempertahankan pabriknya. Intel juga melakukan persiapan untuk meluncurkan proses manufaktur bernama 18A tahun depan, dengan tujuan untuk mendapatkan pelanggan besar, termasuk Amazon yang berencana menggunakan pabriknya.
Melihat kemerosotan kinerja perusahaan, dewan direksi akhirnya memberikan dua pilihan pada Pat Gelsinger--pensiun atau dipecat. Meskipun begitu, Intel harus segera menemukan pengganti yang mampu membawa perusahaan ini keluar dari keterpurukan saat ini.
Inti dari cerita keruntuhan Intel adalah penolakan terhadap inovasi, kegagalan memanfaatkan momentum, serta ketidakmampuan dalam beradaptasi dengan perubahan yang cepat di industri teknologi. Semua pihak, baik internal maupun eksternal, harus bersinergi dalam mengambil langkah-langkah strategis untuk menyelamatkan Intel dari ambang kehancuran.
Hal ini membuktikan bahwa perusahaan teknologi, sekalipun pernah berjaya, harus senantiasa siap untuk beradaptasi dengan perubahan dan mampu memanfaatkan setiap peluang yang datang. Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, perusahaan harus dapat mengambil tindakan yang cepat dan bijaksana untuk menghindari keruntuhan.