Sumber foto: iStock

Ilmuwan Temukan Tanggal Kematian Alam Semesta: Lebih Cepat dari Prediksi Sebelumnya

Tanggal: 17 Jun 2025 15:49 wib.
Para ilmuwan akhirnya mengungkap salah satu misteri terbesar kosmos: kapan alam semesta akan berakhir. Studi baru yang dirilis oleh tim peneliti dari Radboud University, Belanda, menyebutkan bahwa umur alam semesta kemungkinan jauh lebih pendek daripada yang diperkirakan sebelumnya. Temuan ini memberikan sudut pandang segar sekaligus mengejutkan mengenai nasib akhir segalanya.

Menurut penelitian yang telah disetujui untuk diterbitkan di Journal of Cosmology and Astroparticle Physics, alam semesta akan berakhir dalam satu quinvigintillion tahun, atau angka 1 diikuti 78 nol. Angka ini mungkin terdengar sangat besar, namun jika dibandingkan dengan estimasi lama yang mencapai 10 pangkat 1.100 tahun (1 diikuti 1.100 nol), ini berarti bahwa kiamat kosmis akan datang jauh lebih cepat dari prediksi sebelumnya.


Berasal dari Teori Stephen Hawking, Kini Diperluas ke Benda Langit Lain

Penemuan ini berakar pada teori radiasi Hawking—teori revolusioner yang pertama kali dikemukakan oleh fisikawan terkenal Stephen Hawking pada tahun 1975. Teori tersebut menyatakan bahwa lubang hitam tidak benar-benar abadi, karena mereka bisa kehilangan massa secara perlahan akibat proses radiasi kuantum, dan pada akhirnya menguap atau “mati”.

Yang mengejutkan, studi terbaru menunjukkan bahwa benda-benda langit lain selain black hole, seperti bintang neutron (neutron star) dan bintang katai putih (white dwarf), juga bisa mengalami proses penguapan serupa. Hal ini sebelumnya tidak pernah terpikirkan dalam kosmologi konvensional.

“Selama ini, fenomena radiasi Hawking hanya dikaitkan dengan lubang hitam. Tapi kami menemukan bahwa objek padat lain dengan gravitasi tinggi juga bisa menguap, termasuk neutron star dan white dwarf,” jelas Prof. Heino Falcke, pemimpin tim studi dan profesor astronomi radio di Radboud University, seperti dikutip dari Daily Mail.


Bintang Terakhir Alam Semesta Akan Menghilang

Baik neutron star maupun white dwarf merupakan fase akhir kehidupan bintang. Ketika sebuah bintang besar kehabisan bahan bakarnya, ia akan runtuh menjadi bentuk-bentuk padat ini. Karena tidak ada bintang baru yang akan terbentuk setelah milyaran tahun ke depan, benda-benda langit ini akan menjadi “penghuni terakhir” alam semesta.

Penelitian Falcke dan timnya mengindikasikan bahwa bahkan objek-objek terakhir ini juga tidak abadi. Seiring waktu yang sangat panjang, mereka akan mengalami evaporasi kuantum dan menghilang dari kosmos. Maka, ketika semua neutron star dan white dwarf akhirnya lenyap, itulah momen kematian terakhir alam semesta.


Dari Black Hole ke White Dwarf: Paradigma Baru Kosmologi

Falcke menjelaskan bahwa studi ini adalah kelanjutan dari riset mereka di tahun 2023, yang memperluas konsep radiasi Hawking ke semua objek dengan medan gravitasi cukup kuat. Menariknya, tingkat evaporasi tidak tergantung pada jenis objek, tetapi lebih pada kepadatan massa yang dimiliki objek tersebut.

“Jika kita memahami bagaimana objek ekstrem ini menghilang, kita akan bisa memetakan waktu ‘kematian’ seluruh alam semesta dengan lebih akurat,” kata Walter van Suijlekom, profesor matematika dan rekan penulis dalam studi tersebut.

Penelitian ini menunjukkan bahwa teori radiasi Hawking yang sebelumnya dianggap spekulatif kini mendapat bukti pendukung baru, meskipun perdebatan ilmiah tetap terbuka.


Apa Implikasinya Bagi Kita?

Meski kiamat kosmik itu masih akan terjadi sekitar 1 quinvigintillion tahun lagi, temuan ini tetap memiliki dampak signifikan terhadap pemahaman kita tentang alam semesta. Ia mengubah cara pandang ilmuwan terhadap kelangsungan waktu, entropi universal, dan bahkan esensi dari eksistensi itu sendiri.

Bagi dunia sains, penemuan ini adalah langkah besar dalam meretas rahasia alam semesta yang selama ini terkurung dalam teori-teori fisika kuantum dan relativitas umum. Ia juga membuka pintu menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai hubungan antara gravitasi, partikel subatomik, dan waktu kosmik.


Penelitian yang Sedang Ditunggu Dunia

Saat ini, hasil studi tersebut telah diunggah dalam bentuk pre-print di situs arXiv, dan akan segera diterbitkan secara resmi dalam jurnal ilmiah bergengsi. Para astronom, fisikawan, dan pengamat kosmos kini menantikan tindak lanjut dari penelitian ini, yang mungkin akan mengubah dasar-dasar teori fisika modern.

Apakah ini berarti manusia suatu saat bisa menghitung “detik-detik terakhir” dari eksistensi semesta? Mungkin belum saat ini. Tapi satu hal yang pasti: alam semesta tidak akan bertahan selamanya, dan waktu itu kini terasa jauh lebih dekat dari yang kita bayangkan sebelumnya.


Penutup: Saatnya Meninjau Ulang Teori Kosmos

Kematian alam semesta yang sebelumnya dianggap terlalu jauh untuk dipikirkan, kini menjadi sesuatu yang lebih terukur—setidaknya dalam sudut pandang ilmiah. Jika benda-benda langit yang selama ini dianggap “abadi” ternyata juga bisa menghilang, maka pertanyaan besar tentang asal-usul dan tujuan akhir dari segalanya kembali mengemuka.

Bukan hanya sekedar angka dalam persamaan, ini adalah renungan kosmik tentang kefanaan skala terbesar. Dan seperti semua misteri besar, jawabannya bisa jadi tidak hanya ditemukan di luar sana, tapi juga dalam cara kita memahaminya dari sini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved