Sumber foto: iStock

HP Jadul Jadi Data Center? Inovasi Brilian Peneliti Ini Bikin Dunia Tercengang

Tanggal: 23 Jun 2025 11:52 wib.
Setiap tahun, lebih dari 1 miliar unit smartphone diproduksi secara global. Sayangnya, sebagian besar dari perangkat tersebut hanya bertahan dalam hitungan tahun sebelum akhirnya dibuang, meskipun masih dalam kondisi yang tergolong layak pakai. Kondisi ini menyebabkan penumpukan limbah elektronik, terutama limbah smartphone, yang memberi dampak serius terhadap lingkungan hidup.

Proses daur ulang yang tersedia saat ini masih sangat terbatas, belum mampu menampung volume pembuangan smartphone bekas secara maksimal. Sebagian besar ponsel lama berakhir di tempat sampah, tanpa diberi kesempatan untuk digunakan kembali atau dimanfaatkan lebih jauh.

Menjawab persoalan itu, tim peneliti dari University of Tartu, Estonia, menghadirkan solusi inovatif: mengubah smartphone jadul menjadi pusat data lokal alias micro data center. Ide ini lahir dari pemikiran segar untuk memberi fungsi kedua pada perangkat elektronik yang sudah tidak diminati pasar.


Dari Ponsel Bekas Menjadi Mesin Masa Depan

Menurut Huber Flores, Associate Professor di bidang Komputasi Pervasif, proyek ini bukan sekadar upaya mendaur ulang, melainkan bentuk inovasi dari pola pikir. Flores menegaskan bahwa inovasi tidak selalu harus dimulai dengan teknologi terbaru. Kadang, mengubah cara pandang terhadap teknologi lama bisa menjadi kunci masa depan.

"Dalam banyak kasus, membangun masa depan tidak selalu dimulai dari barang baru. Justru berpikir ulang tentang fungsi barang lama dapat menciptakan sesuatu yang luar biasa," ujar Flores seperti dikutip dari TechRadar, Selasa (17/6/2025).

Untuk mewujudkan ide ini, tim peneliti terlebih dahulu melepas baterai lithium-ion dari ponsel bekas. Langkah ini bertujuan untuk menghindari potensi kebocoran bahan kimia berbahaya yang bisa mencemari lingkungan atau menimbulkan risiko kebakaran. Sebagai gantinya, energi untuk mengoperasikan perangkat data center ini disuplai dari sumber daya eksternal.


Prototipe Hemat Biaya dengan Teknologi 3D Printing

Langkah selanjutnya, empat smartphone dikemas dalam satu wadah yang dicetak menggunakan printer 3D. Bentuknya ringkas, efisien, dan mampu berfungsi sebagai satu unit mikro data center. Setiap ponsel bekas dalam sistem ini hanya bernilai sekitar €8 (sekitar Rp150 ribu)—sangat hemat bila dibandingkan dengan komponen data center konvensional.

Model ini kemudian diuji dalam berbagai lingkungan aplikasi, salah satunya adalah bawah laut. Di sana, perangkat digunakan untuk membantu riset kelautan, seperti menghitung populasi spesies laut melalui pemrosesan video secara langsung. Hal ini sangat menguntungkan karena biasanya para penyelam harus membawa data rekaman ke permukaan terlebih dahulu untuk dianalisis, sementara perangkat ini bisa melakukan analisis di tempat secara real-time.


Bisa Ditempatkan di Halte, Cerdas Bantu Transportasi

Tak hanya di lingkungan ekstrem, perangkat ini juga dapat digunakan di area perkotaan, seperti halte bus. Dengan bantuan kamera dan teknologi pemrosesan lokal dari HP bekas ini, sistem mampu menghitung jumlah penumpang secara langsung, yang kemudian dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi layanan transportasi umum melalui pengolahan data secara terdesentralisasi.

Konsep ini sejatinya sudah mengarah pada penerapan teknologi Internet of Things (IoT). Perangkat lama yang sudah tidak terpakai kini bisa memiliki fungsi baru dalam sistem kota pintar, riset ilmiah, hingga pemantauan lingkungan.


Jalan Keluar dari Krisis E-Waste Global

Proyek ini menjadi angin segar dalam menghadapi ledakan sampah elektronik dunia, yang terus tumbuh setiap tahun. Bukan hanya sekadar mengurangi limbah, tetapi juga memberikan alternatif murah dan mudah untuk membangun ekosistem data center lokal.

Menurut Ulrich Norbisrath, Associate Professor di bidang Rekayasa Perangkat Lunak, proyek ini adalah bukti bahwa keberlanjutan tak selalu harus mahal. Ia menekankan bahwa masa depan yang berkelanjutan bisa dimulai dari penataan kembali masa kini—yakni memanfaatkan kembali perangkat masa lalu.

"Keberlanjutan bukan sekadar soal menyelamatkan masa depan, tetapi juga tentang bagaimana kita melihat masa kini sebagai peluang. Perangkat yang dianggap usang bisa menjadi solusi penting di era digital," tutur Norbisrath.


Teknologi Lama, Manfaat Baru

Meskipun pengembangan awal proyek ini ditujukan untuk data center mikro, penerapannya sudah menyentuh berbagai aspek kehidupan modern. Konsep ini sekaligus menjadi tamparan bagi konsumen yang terbiasa mengganti ponsel setiap dua tahun, padahal masih banyak potensi kegunaan dari ponsel yang dianggap kuno itu.

Dengan memanfaatkan teknologi lama dan biaya yang sangat rendah, proyek dari Estonia ini membuka mata dunia bahwa inovasi tidak selalu bergantung pada alat canggih atau perangkat baru. Justru, kreativitas dalam menata ulang peran suatu benda bisa membawa solusi yang tak kalah berdampak bagi masyarakat luas dan lingkungan.

Di tengah gelombang konsumerisme digital yang terus meningkat, pendekatan yang dilakukan oleh para peneliti dari Estonia menjadi contoh nyata solusi berkelanjutan. Transformasi smartphone bekas menjadi pusat data lokal bukan hanya relevan secara ekologis, tetapi juga secara praktis dan ekonomis. Proyek ini memberi pesan kuat: masa depan bisa dibangun dari benda-benda yang kita tinggalkan hari ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved