HP Diramal Bakal Punah, Negara Ini Sudah Larang
Tanggal: 24 Okt 2024 09:52 wib.
Kemajuan teknologi yang semakin pesat telah memberikan dampak yang signifikan terhadap penggunaan smartphone, terutama bagi anak muda. Hal ini menyebabkan beberapa negara, termasuk Inggris, mempertimbangkan untuk membatasi penggunaan smartphone pada anak muda.
Rancangan undang-undang terkait telah diajukan oleh Partai Buruh pada tanggal 16 Oktober 2024 dan rencananya baru akan dibahas pada 7 Maret 2025 mendatang. RUU tersebut bertujuan untuk mengatur penggunaan smartphone, khususnya terkait dengan pelarangan di sekolah dan peningkatan usia yang mengizinkan penggunaan media sosial menggunakan data pribadi.
Meskipun rincian aturan tersebut belum jelas, RUU tersebut menegaskan pelarangan penggunaan ponsel di sekolah dan pengaturan usia pengguna media sosial yang ditingkatkan. Seorang anggota parlemen yang juga ikut mengajukan RUU tersebut, Josh MacAllister, menyatakan bahwa aturan tersebut bertujuan untuk melindungi anak-anak dari fitur desain buruk adiktif yang dimiliki oleh media sosial.
Di sisi lain, banyak pihak mendorong untuk melarang penggunaan ponsel. Organisasi "Smartphone Free Childhood" bahkan menganjurkan orang tua untuk menunda memberikan HP pada anak hingga minimal usia 13 tahun. Selain itu, Departemen Pendidikan setempat juga mendukung larangan penggunaan ponsel di sekolah, termasuk saat para murid istirahat dan makan siang.
Berdasarkan laporan dari lembaga think-tank Policy Exchange, 99% sekolah menengah di Inggris memiliki aturan tertentu terkait larangan penggunaan ponsel, namun hanya 11% di antaranya yang mengharuskan murid meninggalkan ponsel di rumah atau menguncinya sejak pagi. Meskipun aturan-aturan tersebut memiliki niat baik untuk melindungi anak-anak, banyak akademisi mengingatkan bahwa larangan tersebut dapat berdampak sebaliknya. Mereka berpendapat bahwa penggunaan ponsel bukanlah satu-satunya aspek yang perlu diperhatikan dalam menghadapi masalah-masalah terkait anak muda.
Profesor London School of Economics, Sonia Livingstone, menjelaskan bahwa pengetahuan terkait dampak larangan ponsel di sekolah masih minim. Ia juga menyoroti dampak buruk dari penggunaan smartphone terkait dengan kejadian bullying atau perundungan di kalangan anak muda. Hal ini menunjukkan bahwa masalah terkait penggunaan smartphone tidak selalu seputar larangan penggunaan, tetapi juga melibatkan berbagai aspek lain seperti layanan kesehatan mental dan kondisi guru yang memerlukan perhatian khusus.
Di tengah isu-isu terkait penggunaan smartphone di Inggris, Mark Zuckerberg, CEO Meta (Facebook, WhatsApp, Telegram), memprediksi bahwa ponsel akan punah pada tahun 2030 mendatang. Menurutnya, ponsel akan digantikan oleh kacamata pintar atau smartglasses yang lebih praktis dan dapat mendukung semua fungsi smartphone saat ini. Pandangan ini juga dipertegas oleh Elon Musk, yang meramal bahwa penggantinya bukan smartglasses, melainkan chip otak seperti Neuralink yang dikembangkannya.
Namun, ramalan ini masih menjadi perdebatan. Sebagai contoh, ketika smartwatch diperkenalkan, banyak yang mengira bahwa perangkat tersebut akan menggantikan smartphone. Namun, kenyataannya hingga saat ini, smartwatch hanya berperan sebagai pelengkap smartphone semata.
Dengan melihat berbagai perdebatan terkait rencana pembatasan penggunaan smartphone di Inggris dan isu-isu terkini terkait kemungkinan punahnya smartphone menunjukkan kompleksitas dalam menghadapi tren teknologi yang terus berkembang. Hal ini memerlukan kajian yang mendalam dan berbagai perspektif agar aturan yang diterapkan dapat memberikan manfaat positif bagi masyarakat, terutama bagi generasi muda.