Sumber foto: iStock

Harga Induk TikTok Naik Menjadi US$300 Miliar, Sedang Dekati Investor untuk Buyback

Tanggal: 19 Nov 2024 09:24 wib.
ByteDance, induk perusahaan TikTok yang berasal dari China, baru-baru ini mengklaim bahwa valuasi perusahaannya mencapai US$300 miliar atau setara dengan Rp 4.753 triliun.

Perusahaan tersebut dilaporkan tengah mendekati para investor untuk melancarkan program pembelian kembali saham (buyback), demikian disampaikan oleh dua orang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang hal tersebut dan sebuah dokumen yang dilihat oleh Reuters.

Melalui program buyback ini, ByteDance menghubungi para investor dalam beberapa pekan terakhir dan menawarkan harga buyback sebesar US$180,70 per lembar saham.

Harga tawaran tersebut mengalami kenaikan sebesar 12,9% dibandingkan dengan harga per lembar sebelumnya yang sebesar US$160 pada program buyback sebelumnya, menurut laporan dari Reuters pada Senin, 18 November 2024.

Kabar mengenai valuasi ByteDance pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal, sementara salah satu sumber menyatakan bahwa ByteDance tidak memiliki rencana IPO dalam waktu dekat.

Program buyback tersebut dianggap sebagai langkah untuk meningkatkan likuiditas ByteDance. Ini merupakan program buyback ketiga yang dilakukan oleh ByteDance, setelah sebelumnya melakukan buyback sejak tahun 2022.

Desember 2023 lalu, ByteDance juga menawarkan program buyback saham senilai US$5 miliar dari investor dengan harga US$160 per lembar, yang pada akhirnya membuat valuasi ByteDance mencapai US$268 miliar.

Meskipun ByteDance telah mencatat pendapatan sebesar US$110 miliar pada tahun sebelumnya, perusahaan ini tetap menghadapi berbagai masalah hukum di Amerika Serikat (AS). ByteDance dihadapkan pada gugatan untuk melakukan divestasi terhadap TikTok atau menghadapi blokade layanan tersebut secara nasional dan permanen.

Dalam konteks ini, kebijakan yang ditetapkan oleh Presiden AS, Joe Biden pada 24 April 2024, memberikan waktu hingga 19 Januari 2025 kepada ByteDance untuk menjual TikTok. Keputusan ini diambil dengan tujuan melepaskan kepemilikan TikTok dari entitas China dan menghindari risiko terhadap keamanan nasional.

Tidak hanya itu, TikTok juga menghadapi perlawanan dari beberapa negara terkait dampaknya bagi kesehatan mental generasi muda. Keberhasilan kompetisi bisnis ByteDance di Amerika Serikat juga mendapat perhatian yang cukup besar, terutama dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS.

Dalam konteks geopolitik dan hukum, ByteDance tengah menghadapi tekanan dari berbagai pihak dan kondisi ini tentu menjadi perhatian penting bagi para investor. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa valuasi perusahaan dan program buyback saham ByteDance tidak hanya terpengaruh oleh faktor internal perusahaan, namun juga oleh faktor eksternal seperti regulasi pemerintah dan persepsi publik.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved