Sumber foto: iStock

Harga Cybertruck Anjlok Hingga 45%! Apa yang Sebenarnya Terjadi dengan Tesla?

Tanggal: 1 Jun 2025 15:20 wib.
Tesla kembali menarik perhatian publik setelah mengumumkan program tukar tambah untuk kendaraan listrik andalannya. Namun, alih-alih disambut positif, program ini justru mengundang kejutan besar. Skema tukar tambah ini hanya berlaku untuk truk listrik premium mereka, yaitu Cybertruck, yang dikenal sebagai simbol ambisi besar Elon Musk di sektor otomotif masa depan.

Meski program ini menjadi langkah besar pertama Tesla dalam dunia trade-in, reaksi para pemilik Cybertruck justru dipenuhi keterkejutan dan kekecewaan. Harga yang ditawarkan oleh Tesla untuk unit Cybertruck yang ingin ditukar kembali ke perusahaan dianggap terlalu rendah. Berdasarkan laporan dari CarGurus, nilai jual kembali Cybertruck mengalami penurunan signifikan, bahkan mencapai depresiasi hingga 45 persen—angka yang sangat drastis untuk kendaraan baru dengan label premium.

Kekecewaan Pemilik Cybertruck: Rugi Ratusan Juta dalam Hitungan Bulan

Dua pemilik Cybertruck yang diwawancarai oleh Business Insider membagikan pengalaman mereka. Seorang pemilik model AWD keluaran tahun 2024, yang baru digunakan sejauh 31 ribu kilometer, mengaku hanya ditawari senilai US$ 63.100 (sekitar Rp 1 miliar) oleh Tesla. Padahal harga beli awalnya mencapai US$ 100.000 (setara Rp 1,62 miliar). Artinya, ia mengalami kerugian hingga 37 persen hanya dalam waktu singkat.

Cerita serupa juga dialami oleh pemilik Cyberbeast, varian tertinggi dari Cybertruck. Mobil yang dibelinya seharga US$ 127.000 (sekitar Rp 2 miliar) kini hanya dihargai US$ 78.200 (sekitar Rp 1,27 miliar), atau mengalami depresiasi sebesar 38 persen dalam kurun waktu hanya 8 bulan.

Angka-angka ini sangat kontras dengan citra Cybertruck sebagai kendaraan futuristik yang digadang-gadang akan mengubah wajah industri otomotif global. Kejadian ini pun membuat banyak pihak mempertanyakan strategi harga dan keberlanjutan nilai dari kendaraan listrik Tesla, terutama ketika harus bersaing di pasar mobil seken.

U-Turn Kebijakan Tesla: Dari Larangan Menjual Kembali hingga Tukar Tambah

Yang menarik, program tukar tambah ini merupakan perubahan besar dari kebijakan Tesla sebelumnya. Dulu, perusahaan ini melarang keras pembeli untuk menjual kembali kendaraan mereka, terutama dalam beberapa bulan pertama setelah pembelian. Tujuan utamanya adalah untuk mengontrol harga jual kembali dan menghindari spekulasi di tengah permintaan tinggi.

Namun kini, dengan adanya program tukar tambah resmi dari Tesla, publik justru melihat sinyal yang berseberangan. Banyak yang menilai ini sebagai respons terhadap anjloknya permintaan dan harga kendaraan listrik Tesla di pasar global.

Menurut laporan dari Tech Crunch, perubahan kebijakan ini juga berkaitan dengan tekanan eksternal yang dialami Tesla, salah satunya adalah dampak dari kontroversi pribadi Elon Musk. Kedekatannya dengan sosok kontroversial seperti Donald Trump, serta berbagai pernyataan kontroversial Musk di media sosial, ternyata menimbulkan sentimen negatif di kalangan konsumen. Bahkan, tak sedikit pemilik Tesla yang memilih untuk menutupi logo mobil mereka, karena merasa citra Tesla tak lagi sepositif sebelumnya.

Masalah Produksi dan Reputasi Tesla

Masalah yang menimpa Tesla tak hanya berhenti pada depresiasi harga dan kontroversi publik figur CEO-nya. Tesla juga tengah menghadapi tantangan besar dalam hal kualitas produksi. Beberapa konsumen melaporkan keluhan mulai dari pedal gas yang tersangkut, aksesori kendaraan yang rontok, hingga masalah kecil lainnya yang sangat tidak sebanding dengan harga mobil yang mereka bayarkan.

Kekhawatiran soal kualitas ini tentu memperburuk citra Tesla di mata publik. Dalam dunia otomotif, reputasi soal keandalan dan daya tahan sangat memengaruhi persepsi harga jual kembali. Tanpa jaminan mutu yang kuat, tidak mengherankan bila harga Cybertruck dan produk Tesla lainnya jatuh begitu drastis di pasar seken.

Harga Mobil Listrik Seken Memang Cenderung Turun Drastis

Namun, jika dilihat dari sisi pasar mobil listrik secara umum, tren penurunan harga memang bukan hal baru. Mengutip laporan dari Wired, mobil listrik cenderung mengalami depresiasi lebih cepat dibandingkan mobil berbahan bakar bensin atau diesel. Beberapa merek bahkan mencatat penurunan harga hingga 50 persen hanya dalam waktu setahun.

Faktor lain yang memengaruhi adalah perkembangan teknologi yang sangat cepat di sektor kendaraan listrik. Model-model baru dengan fitur lebih canggih dan baterai yang lebih efisien sering kali diluncurkan dalam waktu berdekatan, membuat model sebelumnya cepat usang di mata konsumen.

Akankah Ini Menjadi Titik Balik Tesla?

Situasi ini tentu menjadi tantangan besar bagi Tesla. Apakah mereka akan merespons dengan perbaikan kualitas dan transparansi harga? Atau justru publik akan semakin ragu untuk membeli kendaraan mereka? Satu hal yang pasti, konsumen kini semakin selektif dan kritis terhadap nilai investasi kendaraan, terutama ketika menyangkut mobil listrik.

Program tukar tambah yang semestinya menjadi strategi memperkuat loyalitas justru memperlihatkan kerapuhan harga dan kepercayaan terhadap merek Tesla. Di tengah persaingan yang semakin ketat dan ekspektasi pasar yang tinggi, Tesla harus berjuang lebih keras untuk mempertahankan reputasi dan dominasinya sebagai pionir kendaraan listrik dunia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved