Hacker Brain Cipher Klaim Tak Simpan Data PDNS, Yakin Kunci Enkripsi Berfungsi
Tanggal: 9 Jul 2024 11:39 wib.
Kelompok peretas yang diyakini bertanggung jawab atas serangan ransomware PDNS 2 di Surabaya, Brain Cipher, kembali membuat gebrakan dengan mengeklaim telah menghapus semua data yang telah mereka curi dari pusat data. Pengumuman itu mereka sampaikan di situs dark web Ransomware Live, sebagai pengumuman sebelumnya.
Serangan ransomware PDNS 2 yang terjadi beberapa minggu lalu di Surabaya telah menimbulkan kekhawatiran yang mendalam di kalangan masyarakat dan pemilik bisnis. Klaim dari kelompok peretas, Brain Cipher, bahwa mereka telah menghapus semua data yang telah mereka curi, tentu saja menjadi topik hangat yang sedang menjadi perbincangan.
Menurut laporan dari sumber-sumber terpercaya, Brain Cipher diketahui telah membebaskan beberapa sampel data yang mereka klaim telah dienkripsi dengan menggunakan kunci enkripsi yang mereka pegang. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan besar mengenai keamanan data di pusat-pusat informasi dan bisnis.
“Kami tidak akan menunggu untuk jawaban soal pusat data. Kami yakin bahwa kunci (enkripsi) bisa digunakan, kami berharap bahwa tenaga ahli lokal bisa memulihkannya tanpa masalah,” tulis Brain Cipher dalam pengumuman berjudul “End of The Story”, sebagaimana penelusuran KompasTekno di dark web Ranwomware Live. “Kami mengonfirmasi bahwa kami telah menghapus semua data yang kami miliki. Database, log, e-mail. Kami rasa, kami sudah mendapatkan kepercayaan dari setiap orang,” imbuh mereka.
Mereka juga memperingatkan apabila ada pihak yang mencoba menjual data dengan mengatasnamakan mereka, maka tawaran itu adalah palsu. Brain Cipher mengatakan bahwa komunikasi dengan mereka hanya bisa dilakukan via “Client Area” atau e-mail saja.
Saat ini, pihak keamanan dan otoritas terkait telah mulai melakukan penyelidikan mendalam terhadap klaim dari Brain Cipher ini. Dalam sebuah konferensi pers yang digelar beberapa hari lalu, kepala keamanan informasi nasional menegaskan bahwa pihaknya tengah bekerja keras untuk membuktikan klaim tersebut.
Perlu diketahui bahwa pengumuman klaim dari kelompok peretas seringkali merupakan bagian dari strategi mereka untuk mencari perhatian dan menekan agar tekanan terhadap mereka berkurang. Oleh karena itu, pihak-pihak terkait harus tetap waspada dan tidak terjebak dalam upaya-upaya manipulasi publik yang kerap dilakukan oleh peretas.
Tentu saja, klaim dari Brain Cipher ini masih dalam proses verifikasi dan penyelidikan lebih lanjut. Namun, hal ini juga menjadi pengingat bagi semua pihak, baik pemerintah maupun sektor bisnis, untuk terus meningkatkan sistem keamanan dan perlindungan data.
Sebagai pemilik bisnis atau pengelola pusat data, penting untuk melakukan langkah-langkah preventif yang lebih ketat dalam mencegah serangan ransomware dan perlindungan data. Kebijakan back-up rutin, penyimpanan data terenkripsi, dan pelatihan keamanan informasi bagi karyawan adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko serangan cyber.
Dengan semakin kompleksnya ancaman cyber di era digital, kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi kunci dalam memperkuat pertahanan dan respons terhadap serangan-serangan seperti yang dilakukan oleh Brain Cipher. Keamanan data dan sistem informasi harus menjadi prioritas utama bagi semua pihak terkait.
Terkait dengan klaim yang diungkapkan oleh kelompok peretas Brain Cipher, diharapkan pemerintah dan otoritas terkait dapat segera memberikan klarifikasi yang jelas dan transparan kepada masyarakat. Keselamatan dan keamanan data perlu dijaga dengan sungguh-sungguh demi menjaga kepercayaan dan keamanan sistem informasi di Tanah Air.