Google Mulai Ditinggalkan, AI dan Perplexity Jadi Pesaing Baru di Dunia Pencarian
Tanggal: 23 Mar 2025 15:51 wib.
Tampang.com | Posisi Google yang selama ini dikenal sebagai raja mesin pencari mulai tergeser oleh inovasi layanan berbasis kecerdasan buatan (AI). Menurut hasil survei yang melibatkan 2.000 pengguna internet di Amerika Serikat, tercatat 52% responden mulai beralih dari Google ke layanan AI dan berbagai platform alternatif, termasuk TikTok yang semakin menunjukkan keberanian untuk menjadi pilihan generasi muda. Fenomena ini semakin nyata ketika 42% responden mengungkapkan pendapat bahwa mesin pencari seperti Google mulai kehilangan kegunaannya.
Dari survei itu juga muncul angka yang mencolok: sekitar 61% responden dari generasi Z dan 53% dari kalangan milenial mengaku lebih memilih menggunakan perangkat berbasis AI untuk mencari informasi yang mereka butuhkan. Data tersebut dikutip dari The Verge, berdasarkan hasil riset yang ditangani oleh Vox Media dan Two Cents Insights.
Dalam beberapa bulan terakhir, munculnya berbagai layanan mesin pencari berbasis AI semakin intens. Salah satu yang mencuri perhatian adalah Perplexity AI, sebuah perusahaan yang didukung oleh investor besar seperti Nvidia, SoftBank, dan pendiri Amazon, Jeff Bezos. Dengan backing dari perusahaan-perusahaan raksasa ini, pergerakan Perplexity menjadi sorotan di dunia bisnis teknologi.
Kabar terbaru menyebutkan bahwa Perplexity AI sedang dalam pembicaraan untuk menggalang dana, di mana valuasinya meloncat menjadi US$18 miliar atau sekitar Rp297 triliun. Angka ini dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan valuasi sebelumnya yang mencapai US$9 miliar pada November 2024, berdasarkan laporan dari Reuters, yang dipublikasikan pada Jumat (21/3/2025).
Perplexity tengah berupaya untuk menambah pendanaan dalam kisaran antara US$500 juta sampai US$1 miliar dalam putaran pendanaan saat ini. Hal ini menunjukkan minat investor yang meningkat terhadap pertumbuhan chatbot dan agen AI yang kian populer. Perplexity sendiri baru saja memperbaharui fitur-fitur di platformnya agar tetap kompetitif melawan Google Gemini dan ChatGPT dari OpenAI, yang merupakan pesaing utama dalam industri ini.
Bulan lalu, Perplexity juga memperkenalkan sebuah teaser untuk browser web yang dinamakan Comet. Browser ini menawarkan penggunaan AI tidak hanya untuk menyajikan informasi, tetapi juga untuk memahami perintah kompleks, melakukan berbagai tugas, dan mengambil keputusan berdasarkan data. Fitur yang menarik perhatian adalah Deep Research-nya, yang memungkinkan pengguna melakukan penelitian menyeluruh dengan melakukan puluhan pencarian dan membaca ratusan sumber untuk menghasilkan laporan yang komprehensif.
Di balik prestasi yang dicapai, Perplexity harus menghadapi tantangan yang tidak sedikit. Startup ini terpaksa berhadapan dengan tuduhan dari berbagai organisasi media, di antaranya News Corp, Forbes, dan Wired, yang menyatakan bahwa Perplexity terlibat dalam plagiarisme dan penjiplakan konten yang dimiliki oleh mereka. Untuk merespons kritik tersebut, Perplexity meluncurkan program kemitraan penerbit untuk menjalin kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan berita, sebuah langkah yang diharapkan mampu meredakan ketegangan sekaligus meningkatkan legitimasi mereka di mata para media.
Keberhasilan dan tantangan yang dihadapi Perplexity menggambarkan dinamika pasar mesin pencari yang mulai bertransformasi. Pelanggan kini tidak lagi hanya mencari informasi, tetapi cenderung mencari pengalaman yang lebih interaktif dan praktis dalam menemukan jawaban atas pertanyaan mereka. Dalam konteks ini, aplikasi-aplikasi yang berbasiskan AI berpotensi memberikan nilai lebih bagi pengguna dengan menawarkan solusi yang lebih cepat dan efisien.
Kehadiran layanan berbasis AI bukan hanya sebagai alternatif, melainkan sebagai keharusan bagi banyak pengguna yang aktif mencari informasi. Pertumbuhan Perplexity dan startup sejenis menunjukkan adanya pergeseran cara pengguna berinteraksi dengan informasi di dunia digital. Melalui inovasi yang ditawarkan, mereka memiliki kesempatan untuk mengambil alih pangsa pasar yang selama ini dikuasai oleh Google dan mesin pencari tradisional lainnya.
Pengembangan teknologi AI yang pesat ini juga diiringi oleh ketidakpuasan dari pengguna terhadap mesin pencari konvensional yang dianggap ketinggalan zaman dalam menyediakan informasi yang relevan dan bermanfaat. Dengan semakin banyak pengguna yang memilih untuk beralih, masa depan Google sebagai pemimpin di industri mesin pencari tampaknya akan mengalami tantangan yang signifikan.
Secara keseluruhan, perubahan ini memaksa semua pelaku di industri teknologi untuk beradaptasi dengan cepat dan inovatif. Perplexity dan pesaingnya akan terus berusaha untuk memperbaiki diri, menciptakan fitur yang menarik, dan menghadirkan pengalaman pengguna yang lebih baik. Perkembangan ini tidak hanya akan membawa dampak bagi pengguna, tetapi juga bagi cara bisnis di industri ini beroperasi dan bersaing di panggung global.