Sumber foto: iStock

Google Mengalah di Hadapan Uni Eropa: Akankah Mesin Pencari Berubah Selamanya?

Tanggal: 23 Jun 2025 10:51 wib.
Dalam perkembangan besar dunia teknologi, Google—salah satu raksasa digital dunia—akhirnya mengambil langkah mengejutkan untuk menyesuaikan cara kerjanya di Eropa. Perusahaan induk Google, Alphabet Inc., kini tengah mengajukan proposal reformasi pada sistem pencariannya demi merespons tekanan dari Uni Eropa terkait pelanggaran aturan anti-monopoli yang diatur dalam Digital Markets Act (DMA).

Langkah Google ini bukan tanpa alasan. Perusahaan menghadapi potensi denda besar dari otoritas Uni Eropa karena dituduh memanfaatkan dominasi pasarnya untuk mengutamakan layanan milik sendiri—seperti Google Shopping, Google Hotels, dan Google Flights—dalam hasil pencarian. Tuduhan ini memicu investigasi dan desakan agar Google membuka ruang lebih besar bagi pesaing di halaman hasil pencariannya.

Regulasi Ketat dan Ancaman Denda

Digital Markets Act (DMA) merupakan regulasi penting dari Uni Eropa yang secara khusus dirancang untuk membatasi kekuasaan platform teknologi besar, yang dianggap sebagai “gatekeeper”. DMA bertujuan menciptakan ekosistem digital yang lebih kompetitif, terbuka, dan adil, sekaligus memberi ruang bagi pemain kecil dan pilihan yang lebih beragam bagi konsumen.

Melalui dokumen yang bocor ke publik dan dilaporkan oleh Reuters, Google menyatakan kesediaannya untuk mengubah cara informasi ditampilkan dalam mesin pencarinya. Perusahaan menyebut langkah ini sebagai bentuk solusi daripada harus menghadapi sanksi atau perintah pengadilan.

“Kami tidak sepenuhnya sependapat dengan kesimpulan awal dari Komisi Eropa. Namun, dalam semangat penyelesaian, kami ingin mengusulkan solusi yang praktis dan dapat diterapkan,” tulis Google dalam surat yang dikirim ke para pesaing dan otoritas Uni Eropa.

Apa Saja yang Akan Berubah?

Dalam proposal tersebut, Google menawarkan untuk menampilkan layanan vertikal dari kompetitor (vertical search services/VSS)—seperti situs pemesanan hotel, restoran, dan transportasi—di bagian atas hasil pencarian. Artinya, layanan seperti Booking.com, Trivago, atau TripAdvisor, akan memiliki kotak khusus yang setara secara visual dan fungsional dengan layanan milik Google.

Setiap penyedia layanan akan diberi kesempatan menampilkan tiga tautan utama yang mereka pilih sendiri. Sementara penyedia lain tetap dapat muncul di bawah, meskipun tanpa kotak khusus, kecuali pengguna secara aktif memilih untuk melihat lebih lanjut.

Tampilan yang ditawarkan Google dalam proposalnya diklaim akan menyetarakan “kesempatan tampil” antara produk internal Google dan produk milik pihak ketiga. Format, fitur, dan informasi yang diberikan akan diatur agar seimbang.

Langkah ini dinilai sebagai kompromi besar dari Google, yang selama ini menolak berbagai tudingan monopoli dan menyatakan sistem mereka berbasis algoritma netral. Namun tekanan hukum dan politik dari Uni Eropa memaksa Google mengambil posisi baru.

Respon Pesaing dan Tantangan Selanjutnya

Meski proposal ini terlihat sebagai langkah maju, tidak semua pihak puas. Beberapa perusahaan pesaing yang tidak disebutkan namanya menyatakan bahwa kompromi ini masih belum cukup untuk menciptakan persaingan yang sehat. Mereka menganggap bahwa perubahan yang ditawarkan tetap menyisakan dominasi struktural yang sulit disaingi oleh perusahaan kecil atau startup.

Sebagian lainnya menyoroti bahwa Google masih mengontrol desain dan algoritma utama dari hasil pencarian, sehingga meskipun tampak adil di permukaan, sistem pencarian tetap berpihak secara tidak langsung.

Pertemuan antara otoritas Uni Eropa dan para pemain industri dijadwalkan berlangsung pada 8 Juli 2025, untuk mengevaluasi dan memberi tanggapan atas proposal tersebut. Hasil pertemuan ini akan sangat menentukan arah masa depan Google di kawasan Uni Eropa dan bisa menjadi preseden penting bagi regulasi teknologi secara global.

Dampaknya bagi Pengguna Internet

Jika usulan Google diterima dan diterapkan, ini akan menjadi titik balik besar dalam dunia pencarian internet. Pengguna akan melihat hasil pencarian yang lebih beragam, tidak hanya didominasi oleh layanan Google. Ini berpotensi mengubah cara orang menemukan informasi, membandingkan harga, hingga membuat keputusan pembelian.

Bagi perusahaan teknologi lain, ini bisa menjadi peluang untuk bangkit dan lebih kompetitif di pasar Eropa. Sementara untuk Google, hal ini bisa menjadi pelajaran penting tentang batas dominasi dan pentingnya beradaptasi dengan regulasi yang makin ketat.

Yang jelas, masa depan peta persaingan digital sedang digambar ulang. Dan Google, yang selama ini memegang kuasa mutlak, kini harus belajar bermain dengan aturan yang baru.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved