Google dan Meta Siap Tanam Investasi Kabel Laut di RI: Apa Dampaknya untuk Internet Indonesia?
Tanggal: 8 Jun 2025 14:38 wib.
Dua raksasa teknologi dunia, Google dan Meta, tengah mengarahkan perhatian mereka ke Indonesia dengan rencana membangun jaringan kabel bawah laut atau subsea cable. Proyek ambisius ini bertujuan untuk memperkuat infrastruktur digital nasional, sekaligus menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat konektivitas digital regional di Asia Tenggara.
Hal ini diungkapkan oleh Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, dalam pernyataannya di Kantor Komdigi pada Kamis (5/6/2025). Menurutnya, saat ini Google dan Meta sedang berada dalam tahap diskusi awal terkait rencana investasi pembangunan kabel bawah laut yang akan menghubungkan Indonesia ke jaringan internet global dengan lebih stabil dan cepat.
“Banyak pihak yang tertarik masuk, termasuk Google dan Meta yang juga sedang berdiskusi untuk menambah jaringan kabel bawah laut di Indonesia,” ujar Meutya.
Investasi Infrastruktur Digital Tanpa Bebani APBN
Rencana masuknya Google dan Meta menjadi angin segar bagi pemerintah Indonesia, khususnya dalam hal pembiayaan. Meutya menegaskan bahwa dengan hadirnya investasi dari perusahaan swasta, negara tidak perlu lagi bergantung sepenuhnya pada dana APBN untuk pengembangan infrastruktur telekomunikasi.
“Dengan potensi investasi dari para pemain besar ini, kita bisa mengurangi beban anggaran negara dan mendorong pertumbuhan infrastruktur lewat kolaborasi sektor publik dan swasta,” tambahnya.
Saat ini, diskusi yang dilakukan antara pemerintah dan para investor teknologi tersebut masih fokus pada sejauh mana komitmen dana yang akan digelontorkan, serta skala pembangunan yang direncanakan. Meutya menyebut, pembahasan masih terus berjalan dan belum mencapai tahap finalisasi.
Kolaborasi Jadi Kunci Masa Depan Digital Indonesia
Lebih lanjut, Meutya menekankan bahwa strategi pembangunan digital di Indonesia kini bergeser dari pendekatan yang sepenuhnya bersumber dari pemerintah ke arah yang lebih kolaboratif. Pemerintah mendorong keterlibatan aktif dari sektor swasta untuk mempercepat pemerataan akses internet ke seluruh pelosok negeri.
“Kita tidak bisa lagi membebankan semua kepada pemerintah. Dunia digital itu bergerak cepat, dan kalau kita ingin mengejar ketertinggalan, maka kolaborasi dengan swasta adalah jawabannya,” tegas Meutya.
Salah satu bentuk kolaborasi yang sudah berjalan adalah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) di bawah Kementerian Komunikasi dan Digital. Lembaga ini bertanggung jawab untuk membangun infrastruktur telekomunikasi, khususnya di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Namun, ke depan, Meutya berharap pembangunan infrastruktur digital tidak lagi bersifat sepihak. Ia ingin ada sinergi antara pemerintah dan investor swasta yang memiliki kapasitas dan teknologi untuk menjangkau area yang selama ini sulit terakses.
Danantara Ikut Ambil Bagian dalam Digitalisasi
Tak hanya perusahaan teknologi asing, lembaga dalam negeri seperti Danantara juga menunjukkan komitmen untuk ikut serta dalam mendorong transformasi digital di Indonesia. Danantara disebut akan menyalurkan investasi di sektor ini dan berkolaborasi dengan pemerintah dalam pembagian tugas pembangunan infrastruktur digital nasional.
“Ke depannya akan ada pembagian peran dan tanggung jawab yang lebih strategis antara pemerintah dan para investor. Kita akan lihat bagaimana pembangunannya berjalan secara sinergis,” jelas Meutya.
Apa Manfaat Kabel Laut untuk Indonesia?
Kabel bawah laut memiliki peran vital dalam konektivitas internet global. Teknologi ini memungkinkan transfer data lintas negara dalam kapasitas besar dan kecepatan tinggi. Saat ini, lebih dari 95% lalu lintas data internasional dikirim melalui jaringan kabel bawah laut yang membentang di dasar samudera.
Dengan membangun lebih banyak kabel bawah laut, Indonesia dapat memperoleh sejumlah manfaat strategis, seperti:
Peningkatan kualitas internet: Latensi yang lebih rendah dan bandwidth yang lebih besar.
Ketersediaan jaringan yang lebih stabil: Terutama untuk kebutuhan bisnis, perbankan, dan pemerintahan.
Pengurangan biaya konektivitas: Dengan infrastruktur sendiri, Indonesia tidak perlu terlalu bergantung pada negara lain dalam mengakses jaringan global.
Menarik lebih banyak investasi asing: Infrastruktur digital yang kuat menjadi daya tarik tersendiri bagi perusahaan global yang ingin beroperasi di Indonesia.
Indonesia Tidak Hanya Jadi Negara Pasar
Langkah Google dan Meta yang ingin menanam investasi di Indonesia menunjukkan bahwa negeri ini tak lagi hanya dianggap sebagai “pasar pengguna”, tetapi telah naik kelas menjadi lokasi strategis untuk pembangunan infrastruktur digital global. Tren ini sejalan dengan strategi transformasi digital nasional yang mendorong Indonesia menjadi pemain aktif dalam ekosistem digital dunia.
Hal ini juga memperkuat posisi Indonesia sebagai negara dengan potensi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa dan tingkat penetrasi internet yang terus meningkat, Indonesia memiliki posisi tawar yang sangat kuat untuk menjadi pusat konektivitas digital di kawasan.