Google dan Israel: Fakta Tersembunyi di Balik Kerjasama Teknologi AI
Tanggal: 24 Jan 2025 15:32 wib.
Google ternyata memainkan peran yang jauh lebih besar dalam mendukung teknologi untuk Israel daripada yang sebelumnya diketahui publik. Berdasarkan laporan terbaru dari The Washington Post, perusahaan teknologi raksasa ini sering bekerja sama dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Kementerian Pertahanan Israel (IDM) untuk memperluas akses mereka ke teknologi kecerdasan buatan (AI).
Project Nimbus: Awal Kontroversi
Pada tahun 2021, Google menandatangani kontrak komputasi awan senilai 1,2 miliar dolar AS dengan pemerintah Israel. Proyek ini, yang dikenal sebagai Project Nimbus, dikerjakan bersama Amazon. Kontrak ini memicu diskusi panas, terutama setelah dokumen internal menunjukkan bahwa karyawan Google secara aktif mendukung permintaan Israel untuk akses lebih besar ke teknologi AI.
Berdasarkan dokumen yang ditemukan, langkah ini mulai dilakukan setelah serangan di Gaza, Palestina, pada Oktober 2023. Salah satu karyawan di divisi cloud Google bahkan tercatat meningkatkan permintaan dari IDM untuk akses yang lebih besar ke alat AI Vertex. Karyawan tersebut memperingatkan bahwa jika Google tidak memenuhi permintaan itu, pemerintah Israel mungkin akan beralih ke Amazon, yang berpotensi merugikan bisnis Google.
Gemini AI: Pengembangan Teknologi Asisten untuk Israel
Permintaan akses terhadap teknologi AI tidak berhenti di situ. Pada November 2024, terdapat dokumen yang menunjukkan bahwa seorang karyawan meminta IDF untuk mendapatkan akses ke Gemini AI, sebuah teknologi AI Google yang mampu mengembangkan asisten cerdasnya sendiri. Meski permintaan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemrosesan audio dan dokumen, hingga kini belum jelas bagaimana teknologi tersebut digunakan, terutama dalam konteks operasi militer.
Protes Internal di Google
Kontroversi seputar Project Nimbus tidak hanya datang dari luar perusahaan tetapi juga dari dalam Google sendiri. Banyak karyawan Google, termasuk anggota kelompok hak asasi manusia di dalam perusahaan, menentang keras kontrak tersebut. Mereka menilai bahwa kerjasama ini dapat memperburuk konflik di kawasan tersebut.
Pada pertengahan 2024, lebih dari 100 karyawan Google—termasuk manajer dan aktivis internal—mengirimkan email kepada pimpinan perusahaan. Mereka meminta Google untuk meninjau ulang kontrak Nimbus. Namun, tuntutan ini diabaikan.
Tak hanya itu, Google dilaporkan memecat lebih dari 50 karyawannya yang memprotes hubungan perusahaan dengan Israel. Alasan pemecatan tersebut disebut sebagai "perilaku yang mengganggu".
Dampak dan Pertanyaan Etika
Kasus ini menyoroti pertanyaan mendalam tentang tanggung jawab etis perusahaan teknologi besar seperti Google. Bagaimana seharusnya teknologi canggih, seperti AI, digunakan oleh pemerintah, khususnya dalam situasi konflik? Hingga kini, belum ada jawaban pasti dari Google terkait dugaan penggunaan teknologi mereka oleh IDF untuk operasi militer.
Kerjasama antara perusahaan teknologi besar dengan pemerintah sering kali memunculkan dilema moral, terlebih jika keterlibatan tersebut berkaitan dengan konflik bersenjata. Dalam kasus ini, transparansi menjadi tuntutan utama dari berbagai pihak, baik karyawan Google sendiri maupun pengamat dari luar.