Sumber foto: iStock

Gelombang PHK Raksasa Teknologi 2025: Mengapa Karyawan Berprestasi pun Tak Aman?

Tanggal: 12 Apr 2025 21:45 wib.
Tahun 2025 masih menunjukkan tren yang mengkhawatirkan di kalangan perusahaan teknologi global. Kali ini giliran Alphabet Inc., perusahaan induk dari Google, yang melakukan pemangkasan besar-besaran terhadap karyawan di sejumlah divisi kunci. Divisi Android, Pixel, dan Chrome menjadi yang paling terdampak dalam gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi awal tahun ini.

Kabar mengejutkan ini pertama kali dilaporkan oleh The Information dan dikutip oleh Reuters. Menurut sumber internal yang mengetahui kondisi tersebut, ratusan pegawai dari unit bisnis inti Google terkena PHK. Pemangkasan ini dilakukan setelah sebelumnya perusahaan menawarkan program pemisahan sukarela dengan sejumlah kompensasi yang menarik kepada seluruh karyawan divisi terkait.

Dalam pernyataan resminya, juru bicara Google menjelaskan bahwa langkah ini adalah bagian dari upaya menyelaraskan struktur organisasi dengan kebutuhan bisnis terbaru. “Sejak penggabungan tim Platform dan Perangkat tahun lalu, kami berupaya meningkatkan kelincahan dan efisiensi operasional. Salah satu langkah penting adalah memangkas beberapa posisi sebagai bagian dari program hengkang sukarela yang ditawarkan Januari lalu,” ujarnya.

Kebijakan ini bukan yang pertama. Pada awal tahun 2023, Google pernah melakukan PHK terbesar sepanjang sejarahnya, memengaruhi sekitar 12.000 pegawai atau 6% dari total tenaga kerja globalnya. Kemudian pada Februari 2024, pemangkasan juga menyasar divisi cloud, menunjukkan bahwa restrukturisasi masih terus berlangsung hingga kini.

PHK Teknologi 2025: Bergeser dari Efisiensi ke Kinerja

Yang menarik, pola PHK di industri teknologi tahun ini sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jika dulu alasan utama PHK adalah efisiensi dan restrukturisasi, kini sejumlah perusahaan mulai mengaitkannya dengan evaluasi kinerja individu.

Contohnya datang dari Microsoft. Perusahaan raksasa asal AS ini melakukan PHK terhadap karyawan yang dianggap tidak memenuhi standar performa, tanpa memberikan kompensasi pesangon. Informasi ini dibocorkan oleh Business Insider yang mendapatkan salinan surat PHK kepada sejumlah karyawan Microsoft.

Dalam surat tersebut tertulis: “Alasan pemutusan hubungan kerja Anda adalah karena performa kerja Anda tidak memenuhi standar dan ekspektasi minimum untuk posisi Anda. Efektif segera, Anda dibebastugaskan dari semua tugas pekerjaan, dan akses Anda ke sistem, akun, dan gedung Microsoft akan dicabut hari ini.”

Perwakilan Microsoft menyatakan bahwa perusahaan memprioritaskan talenta dengan kinerja unggul. “Kami tidak segan mengambil keputusan bila seorang karyawan tidak memenuhi ekspektasi,” katanya.

Meta Tak Ketinggalan: PHK Ribuan Karyawan dengan Alasan Serupa

Tidak lama setelah kabar dari Microsoft mencuat, Meta Platforms juga mengumumkan langkah serupa. Pada awal Februari 2025, perusahaan milik Mark Zuckerberg ini memberhentikan sekitar 3.600 karyawan atau 5% dari total pekerja. Pemangkasan ini ditujukan pada pegawai yang dianggap tidak memberikan kontribusi optimal sesuai ekspektasi perusahaan.

Menurut laporan Bloomberg yang dikutip dari MSN, karyawan Meta yang terkena PHK diberi tahu melalui email. Berbeda dengan Microsoft, Meta masih memberikan paket pesangon yang cukup lengkap. Di antaranya:



Gaji selama 16 minggu


Tambahan 2 minggu gaji untuk setiap tahun masa kerja


Bonus kinerja (bagi yang memenuhi syarat)


Penghargaan saham tetap diberikan sesuai ketentuan kontrak



Zuckerberg menyampaikan dalam pesannya bahwa Meta kini tengah menyesuaikan tim untuk menjadi lebih kompetitif, terutama dalam persaingan teknologi AI (Artificial Intelligence). Fokus rekrutmen selanjutnya akan diarahkan untuk mendapatkan talenta paling kuat, demi menghadapi tantangan industri yang semakin ketat.

Sementara untuk karyawan yang berada di luar Amerika Serikat, proses pemberitahuan PHK akan dilakukan secara bertahap hingga akhir bulan ini.

Persaingan Teknologi Memaksa Perusahaan Lebih Selektif

Langkah-langkah pemangkasan yang dilakukan oleh perusahaan teknologi besar ini menandakan pergeseran paradigma dalam manajemen SDM. Di tengah persaingan superketat dalam inovasi, terutama pada bidang AI, perusahaan tak lagi sekadar mencari efisiensi, melainkan benar-benar menyaring hanya karyawan yang dapat mendukung lompatan teknologi ke depan.

Bahkan performa tinggi sekalipun tak menjamin keamanan posisi, jika tidak sesuai dengan arah strategis perusahaan. Hal ini menjadi sinyal penting bagi para profesional di industri teknologi: kemampuan beradaptasi, belajar cepat, dan terus mengembangkan skill menjadi kunci untuk tetap relevan.

Kesimpulan: Dunia Kerja Tak Lagi Sama

Tren PHK yang melanda raksasa teknologi di 2025 mencerminkan realitas baru dunia kerja—di mana ketahanan karier tidak hanya ditentukan oleh masa kerja atau pengalaman, tetapi lebih kepada kontribusi nyata dan kesesuaian terhadap arah bisnis perusahaan.

Bagi pekerja di sektor teknologi, ini adalah pengingat penting untuk tidak berpuas diri. Investasi dalam peningkatan skill, khususnya dalam bidang seperti AI, cloud computing, hingga keamanan siber, menjadi langkah wajib untuk menjaga daya saing di masa depan.

Apakah ini akan menjadi akhir dari model kerja lama, dan awal dari era kerja yang jauh lebih kompetitif dan kejam? Satu hal yang pasti: dunia kerja sedang berubah lebih cepat dari sebelumnya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved