Facebook Diam-diam Sedot Data Pengguna Sejak 2007, Ini Pengakuannya
Tanggal: 14 Sep 2024 05:28 wib.
Facebook telah mengakui pengambilan data pengguna secara diam-diam untuk melatih sistem kecerdasan buatan (AI). Data yang diambil meliputi foto, postingan, dan data lain yang bersifat publik dari pengguna Australia. Hal ini mengemuka setelah Meta, perusahaan induk Facebook, diselidiki di Australia terkait pengumpulan data semua warga negara tetangga dalam rangka membangun tools AI generatif.
Dilansir dari ABC, Jumat (13/9/2024), Direktur Privasi Global Meta, Melinda Claybaugh sebelumnya menolak tuduhan dari regulator Australia terkait pengambilan data. Namun, senator David Shoebridge memberikan pernyataan yang mencuatkan fakta bahwa Meta telah mengambil semua foto dan teks dari postingan publik pengguna di Instagram dan Facebook sejak 2007. Meta melakukan tindakan ini karena pengguna harus secara sadar menyetel postingan secara privat untuk mencegah datanya disedot platform.
Reaksi dari Claybaugh, yang sebelumnya menyangkal tuduhan tersebut, akhirnya terungkap saat ia tidak bisa lagi mengelak dan akhirnya membenarkan informasi tersebut.
Meskipun Claybaugh menyatakan bahwa akun pengguna di bawah 18 tahun tidak dihapus, namun ia memastikan bahwa data-data akan dihapus. Perwakilan Facebook juga tidak menjawab soal rencana penghapusan data pengguna yang kini telah dewasa namun saat proses pengumpulan data berlangsung mereka masih berusia di bawah 18 tahun.
Perlakuan berbeda diberikan Facebook pada pengguna Uni Eropa dan Amerika Serikat. Pengguna dari dua negara tersebut diberitahu Facebook akan menggunakan datanya untuk melatih produk AI generatif. Selain itu, Facebook memberikan opsi kepada pengguna di dua negara tersebut untuk menolak penggunaan datanya untuk melatih AI, sesuai dengan regulasi yang mengikat dari Uni Eropa.
Hal ini menunjukkan bahwa Facebook memperlakukan pengguna dari wilayah Eropa dan Amerika Serikat secara berbeda dalam pengaturan privasi dan penggunaan data. Pengguna di Eropa memiliki opsi untuk menolak akses pengumpulan data untuk melatih AI, sementara pengguna di luar wilayah tersebut tidak memiliki opsi tersebut.
Pengakuan dari Facebook mengenai pengambilan dan penggunaan data pengguna secara diam-diam ini menunjukkan adanya keterbukaan yang seharusnya telah diungkapkan sejak awal. Pengguna memiliki hak untuk mengetahui bagaimana data mereka digunakan, dan tindakan Facebook untuk hanya memberikan opsi penolakan kepada pengguna di wilayah tertentu menimbulkan pertanyaan mengenai keadilan dan kesetaraan hak privasi antar pengguna di berbagai wilayah.
Hal ini juga menggarisbawahi pentingnya regulasi yang jelas dan ketat terkait perlindungan data pengguna, serta perlakuan yang sama adil bagi seluruh pengguna di seluruh dunia. Oleh karena itu, terdapat kebutuhan untuk meninjau ulang peraturan terkait privasi dan penggunaan data di berbagai negara, dalam rangka memastikan bahwa pengguna memiliki kendali penuh terhadap data pribadi mereka, tanpa adanya diskriminasi berdasarkan tempat tinggal mereka.
Pengakuan Facebook atas praktik pengambilan data yang kontroversial ini juga menunjukkan bahwa transparansi perlu diutamakan dalam mengelola data pengguna, terutama dalam konteks penggunaan data untuk melatih sistem kecerdasan buatan. Dengan demikian, perlunya kebijakan yang jelas dan komprehensif dalam pengelolaan data pengguna menjadi semakin penting, untuk memastikan bahwa hak privasi dan keamanan data pengguna tetap terlindungi dengan baik.
Dalam konteks ini, pemerintah dan regulator di berbagai negara juga memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan bahwa perusahaan teknologi seperti Facebook mematuhi regulasi yang berlaku dan tidak menyalahgunakan data pengguna. Selain itu, transparansi dan akuntabilitas perusahaan teknologi terhadap penggunaan data juga harus menjadi fokus utama dalam menjaga privasi dan keamanan pengguna di era digital yang semakin kompleks ini.