Sumber foto: iStock

Era Taksi Tanpa Sopir Dimulai: Uber & Waymo Uji Robotaxi, Apa Kabar Nasib Driver Ojol?

Tanggal: 30 Jun 2025 10:07 wib.
Masih ingat dengan Uber, perusahaan transportasi online yang sempat berjaya di Indonesia hingga akhirnya hengkang pada 2018? Kini, Uber bangkit kembali di panggung teknologi global dengan strategi revolusioner: menghadirkan layanan taksi tanpa sopir alias robotaxi di Amerika Serikat (AS).

Melalui kemitraan strategis dengan Waymo, anak perusahaan milik Google yang fokus pada kendaraan otonom, Uber mulai memperluas jangkauan layanan mobil tanpa pengemudi ini ke Atlanta, setelah lebih dulu hadir di Austin, Texas.

Mobil Tanpa Sopir: Dari Fiksi ke Realita

Layanan robotaxi yang ditawarkan Uber dan Waymo menggunakan kendaraan listrik Jaguar I-PACE, yang beroperasi sepenuhnya tanpa campur tangan manusia. Mobil ini dikendalikan oleh sistem otonom canggih yang mampu membaca lingkungan dan merespons kondisi lalu lintas secara real-time.

Menariknya, meskipun teknologinya mutakhir, biaya perjalanan dengan robotaxi setara dengan tarif UberX atau Comfort, tanpa opsi pemberian tip kepada sopir — karena memang tidak ada sopir.

Inilah yang membuat banyak pihak melihat perkembangan ini sebagai ancaman nyata bagi profesi driver online, yang selama ini menjadi tulang punggung industri transportasi digital.

Uber Kembali ke Dunia Mobil Otonom

Langkah Uber kembali ke dunia kendaraan otonom terbilang strategis, terutama setelah sebelumnya perusahaan ini sempat menutup divisi kendaraan otonomnya pada 2020. Keputusan tersebut diambil menyusul kecelakaan fatal pada 2018, ketika salah satu kendaraan otomatis Uber menabrak seorang pejalan kaki.

Kini, Uber memilih jalur berbeda dengan menggandeng mitra teknologi yang lebih mapan, yaitu Waymo. Langkah ini dianggap lebih aman dan efisien karena Uber tidak perlu lagi mengembangkan sistem otonom dari nol.

Jangkauan Layanan dan Rencana Ekspansi

Kemitraan Uber dan Waymo diumumkan secara resmi pada September 2024, dengan area cakupan awal seluas 168 kilometer persegi di Atlanta. Melalui aplikasi Uber, pengguna kini bisa langsung memesan kendaraan Waymo seperti halnya memesan layanan Uber biasa.

Menurut laporan Reuters, sebanyak 100 mobil Waymo telah beroperasi di platform Uber di kota Austin, sementara puluhan unit lainnya akan segera hadir di Atlanta. Waymo bahkan mengumumkan bahwa mereka siap memperluas layanan taksi tanpa pengemudi ke Washington D.C. pada tahun 2026.

Secara total, Waymo kini mengoperasikan lebih dari 1.500 kendaraan otonom yang menangani lebih dari 250.000 perjalanan per minggu di kota-kota besar seperti San Francisco, Los Angeles, Phoenix, dan Austin.

Robotaxi: Inovasi atau Ancaman?

Walaupun layanan robotaxi ini menawarkan efisiensi dan kenyamanan, muncul kekhawatiran baru terkait nasib para pengemudi taksi online dan ojek daring. Jika teknologi ini terus berkembang pesat dan diterapkan secara luas, maka ribuan hingga jutaan pengemudi berisiko kehilangan pekerjaan mereka.

Robotaxi memang menawarkan banyak kelebihan: tidak perlu istirahat, tidak pernah mengeluh, dan bisa beroperasi 24 jam nonstop. Namun, hilangnya unsur manusia dalam layanan ini juga menimbulkan sejumlah pertanyaan etis dan sosial.

Para analis memperingatkan bahwa jika industri kendaraan otonom tidak diimbangi dengan kebijakan ketenagakerjaan yang jelas, maka dampaknya terhadap sektor informal dan lapangan kerja bisa sangat signifikan.

Belajar dari Masa Lalu: Uber dan Keamanan

Perlu dicatat bahwa Uber pernah menghadapi tantangan besar saat pertama kali mencoba teknologi kendaraan tanpa sopir. Kecelakaan fatal pada 2018 yang menewaskan seorang pejalan kaki menyebabkan Uber dituntut secara hukum dan mendapatkan tekanan publik yang besar.

Namun, sejak saat itu, Uber berusaha lebih hati-hati dan fokus pada kemitraan, bukan pengembangan mandiri. Dengan menggandeng Waymo — yang telah memiliki rekam jejak cukup solid dalam pengembangan mobil otonom — Uber berharap bisa memperkenalkan kembali konsep robotaxi secara lebih aman dan bertanggung jawab.

Apa Artinya Bagi Indonesia dan Dunia?

Meski layanan ini baru diterapkan di Amerika Serikat, banyak pihak percaya bahwa tren taksi tanpa sopir hanya tinggal menunggu waktu untuk masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Namun demikian, faktor infrastruktur, regulasi, dan kesiapan sosial menjadi tantangan utama. Apakah masyarakat Indonesia siap menerima kendaraan tanpa sopir? Bagaimana nasib para driver ojek online yang saat ini bergantung pada platform seperti Gojek dan Grab?

Pertanyaan-pertanyaan ini perlu dipikirkan dari sekarang, apalagi jika teknologi ini terbukti berhasil dan makin masif secara global.

Penutup

Kemunculan layanan robotaxi Uber bersama Waymo menandai era baru dalam industri transportasi digital. Meskipun menawarkan efisiensi dan kenyamanan luar biasa, inovasi ini sekaligus menimbulkan tantangan besar bagi keberlangsungan pekerjaan konvensional.

Masa depan kendaraan tanpa pengemudi memang menjanjikan, tapi harus diimbangi dengan strategi adaptasi tenaga kerja, agar transformasi ini tidak mengorbankan jutaan pengemudi yang selama ini menjadi bagian penting dari ekosistem transportasi daring.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved