Sumber foto: iStock

Emoji Senyum Kini Jadi Bahasa Rahasia Gen Z, Apa Arti Sebenarnya di Era Digital?

Tanggal: 25 Mei 2025 01:24 wib.
Emoji senyum, yang dulu dikenal sebagai simbol keramahan dan kehangatan dalam percakapan digital, kini mengalami perubahan makna yang cukup signifikan terutama di kalangan generasi muda, Gen Z. Alih-alih dianggap sebagai tanda positif, emoji ini justru sering kali dipandang sebagai ungkapan sinis, pasif-agresif, bahkan sarkastik. Fenomena ini menciptakan kesenjangan dalam cara komunikasi antar generasi, terutama dalam konteks penggunaan emoji dalam pesan teks.

Menurut laporan dari New York Post, pergeseran arti emoji senyum ini menunjukkan adanya jurang komunikasi yang cukup besar antara generasi muda dan generasi yang lebih tua. Contohnya, Hafeezat Bishi, seorang pemuda berusia 21 tahun, mengaku merasa terkejut dan bingung ketika menerima emoji senyum dari rekan kerjanya yang berusia lebih tua. Baginya, emoji senyum tersebut bukanlah tanda ramah, melainkan sebuah ungkapan sarkasme yang disengaja.

“Bagi saya, emoji senyum ini digunakan untuk menyampaikan sarkasme,” kata Hafeezat dalam wawancaranya dengan Wall Street Journal. Pendapat ini cukup berlawanan dengan persepsi dari kalangan usia di atas 30 tahun. Mereka, seperti Sara Anderson yang berusia 31 tahun, justru menganggap emoji senyum sebagai penambah kesan positif dan membuat pesan terasa lebih ringan dan bersahabat.

“Ketika saya menggunakan emoji senyum, saya ingin pesan saya terasa santai dan tidak terlalu serius,” ujar Sara Anderson. Inilah yang memperjelas perbedaan cara pandang antara generasi yang lebih tua dengan Gen Z dalam membaca bahasa emoji.

Erica Dhawan, penulis buku terkenal tentang Digital Body Language, menjelaskan fenomena ini dengan cukup mendalam. Menurut Dhawan, generasi muda memiliki “kamus” emoji yang berbeda dari generasi sebelumnya. Emoji kini tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap pesan biasa, melainkan juga sebagai “bahasa rahasia” yang digunakan oleh remaja dan Gen Z untuk menyampaikan makna yang lebih kompleks dan terkadang tersembunyi.

Lebih jauh, Amit Kalley, pendiri situs For Working Parents, menyoroti bahwa emoji kini telah berubah menjadi kode komunikasi yang sarat dengan makna tersembunyi, termasuk kadang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tidak positif seperti ujaran kebencian. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan emoji tidak lagi sekadar ekspresi sederhana, melainkan juga alat komunikasi dengan nuansa sosial dan psikologis yang lebih rumit.

Penelitian dari Oklahoma State University mendukung pandangan tersebut. Studi ini menemukan bahwa penggunaan emoji mencerminkan kepribadian seseorang serta strategi mereka dalam membentuk kesan sosial. Orang-orang berusia di atas 30 tahun cenderung menggunakan emoji sesuai dengan arti yang umum dikenal atau “kamus” emoji yang resmi. Sementara itu, bagi Gen Z, arti emoji terus berkembang dan berevolusi menjadi simbol-simbol baru yang terkadang sulit dipahami oleh generasi sebelumnya.

Sebagai contoh, Erica Dhawan mengungkapkan melalui unggahannya di Instagram bahwa emoji seperti kuda, salju, dan bola biliar kini sering digunakan oleh remaja untuk merujuk pada narkoba. Ini menunjukkan betapa jauh dan dinamisnya evolusi arti emoji dari makna literal menjadi kode-kode sosial yang hanya dipahami oleh kelompok tertentu.

Fenomena ini menjadi tanda jelas bahwa dalam era komunikasi digital, simbol-simbol visual seperti emoji tidak bisa lagi dianggap hanya sebagai pelengkap pesan biasa. Mereka telah menjadi bagian penting dari bagaimana bahasa dan komunikasi berkembang, terutama di kalangan generasi muda yang menggunakan teknologi secara intensif.

Perbedaan interpretasi emoji ini juga menjadi tantangan tersendiri dalam komunikasi lintas generasi. Seseorang yang berusia lebih tua mungkin mengirim emoji senyum dengan niat baik, namun penerima yang berasal dari Gen Z bisa saja menafsirkannya secara berbeda, bahkan negatif. Kondisi ini bisa menimbulkan salah paham dan kesalahpahaman dalam konteks komunikasi profesional maupun sosial.

Oleh sebab itu, penting bagi setiap pengguna media digital untuk memahami bahwa penggunaan emoji memiliki konteks dan makna yang sangat bergantung pada budaya dan generasi. Komunikasi digital yang efektif harus memperhatikan perbedaan ini agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan tepat dan tidak menimbulkan konflik yang tidak perlu.

Di sisi lain, fenomena ini juga menunjukkan betapa cepat dan dinamisnya bahasa digital berkembang, khususnya di dunia yang semakin terhubung secara global. Emoji yang dulunya dianggap universal, kini menjadi bahasa yang sangat spesifik dan terkadang eksklusif, yang hanya bisa dipahami oleh komunitas atau kelompok usia tertentu.

Sebagai pengguna teknologi, memahami makna di balik emoji adalah bagian penting dari literasi digital yang harus terus diasah. Ini juga merupakan cerminan bagaimana komunikasi modern tidak hanya soal kata-kata, tapi juga simbol dan ekspresi visual yang membawa pesan yang lebih kaya dan berlapis.

Dengan makin berkembangnya penggunaan emoji sebagai bahasa visual dalam komunikasi digital, sangat mungkin makna emoji akan terus berubah dan beradaptasi mengikuti tren dan budaya pengguna. Oleh karena itu, keterbukaan dan kesadaran antar generasi sangat dibutuhkan agar pesan yang disampaikan tidak salah arti dan komunikasi tetap berjalan efektif.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved