Elon Musk vs Mark Zuckerberg: Duel Diam-Diam di Dunia Digital, Siapa yang Akan Menguasai Masa Depan Media Sosial?
Tanggal: 25 Apr 2025 11:24 wib.
Persaingan antara dua tokoh teknologi paling berpengaruh di dunia, Elon Musk dan Mark Zuckerberg, kembali menjadi sorotan. Keduanya dikenal bukan hanya sebagai miliarder dengan kekayaan luar biasa, tetapi juga sebagai pemilik dari dua raksasa media sosial yang bersaing langsung: Musk dengan platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter), dan Zuckerberg melalui Meta yang membawahi Facebook, Instagram, WhatsApp, hingga Threads.
Ketegangan antara keduanya bukan sekadar isu teknis bisnis. Dalam beberapa kesempatan, Musk dan Zuckerberg bahkan saling sindir secara terbuka. Bahkan sempat beredar wacana mereka akan bertarung secara fisik di arena MMA—walau pada akhirnya tak pernah terjadi. Namun di balik drama tersebut, persaingan nyata mereka berlangsung di balik layar: perebutan dominasi media sosial generasi baru.
Salah satu medan pertempuran terbaru mereka adalah aplikasi Threads, layanan yang diluncurkan Meta untuk menyaingi X. Threads dirancang sebagai platform microblogging yang lebih “segar”, memanfaatkan integrasi erat dengan Instagram, serta ditujukan bagi pengguna yang mencari alternatif dari X. Kemunculan Threads pun bertepatan dengan momen krusial: banyak pengguna X meninggalkan platform tersebut akibat keterlibatan Musk dalam isu politik, termasuk dukungannya terhadap kampanye Donald Trump dalam Pemilihan Presiden AS.
Sementara Musk menghadapi sejumlah tantangan berat, termasuk boikot terhadap mobil listrik Tesla dan dampak dari perang dagang AS-China terhadap bisnisnya, Zuckerberg justru memanfaatkan momentum untuk memperkuat posisinya. Meta secara resmi memperluas fitur iklan di Threads secara global, menjadikan aplikasi tersebut sebagai mesin pemasukan baru yang menjanjikan bagi perusahaan.
Mulai April 2025, Meta mengumumkan bahwa semua pengiklan di seluruh dunia kini dapat mengakses iklan Threads. Fitur ini diaktifkan secara default untuk semua kampanye baru, baik menggunakan sistem penempatan otomatis Advantage+ milik Meta maupun dengan penempatan manual. Langkah ini menandai ekspansi besar Threads dalam dunia periklanan digital, sekaligus memberikan tantangan serius bagi X yang selama ini mengalami penurunan pendapatan dari iklan akibat berbagai kontroversi.
Sebelumnya, fitur iklan Threads hanya diuji coba di dua negara: Amerika Serikat dan Jepang. Hasil dari uji coba tersebut tampaknya cukup menjanjikan, sehingga Meta yakin untuk memperluas fitur ini secara global. Zuckerberg bahkan mengklaim bahwa tiga dari empat pengguna Threads sudah mengikuti setidaknya satu akun bisnis, menjadikan platform ini sebagai tempat yang subur bagi para pengiklan.
Data terbaru menunjukkan bahwa Threads kini memiliki lebih dari 320 juta pengguna aktif bulanan. Tak hanya itu, Zuckerberg mengungkapkan bahwa aplikasi ini menerima lebih dari satu juta pendaftaran baru setiap harinya. Ia optimis bahwa Threads bisa menembus angka satu miliar pengguna dalam beberapa tahun mendatang—target ambisius yang menegaskan keseriusan Meta dalam menjadikan Threads sebagai pemimpin baru di ranah media sosial.
Pertumbuhan Threads sendiri tak bisa dilepaskan dari strategi cerdas Meta yang menjadikan aplikasi ini sebagai perpanjangan dari Instagram. Hal ini memudahkan pengguna untuk langsung terhubung dengan jaringan mereka yang sudah ada, tanpa perlu membangun dari nol. Dengan kata lain, Meta memanfaatkan ekosistem yang sudah kuat untuk mempercepat adopsi platform baru ini.
Menariknya, Meta juga sedang mengembangkan Threads dengan pendekatan yang lebih terbuka. Perusahaan mengadopsi protokol bernama ActivityPub, yang memungkinkan Threads terintegrasi ke dalam jaringan media sosial terdesentralisasi, yang dikenal sebagai “fediverse”. Protokol ini juga digunakan oleh platform lain seperti Mastodon dan Bluesky, yang menjadi pelopor konsep jejaring sosial terbuka dan bebas dari kontrol sentral.
Jika integrasi ini berhasil, Threads berpotensi menjadi platform terbesar di fediverse, mengalahkan pemain lama seperti Mastodon. Ini menunjukkan bahwa Meta tidak hanya ingin mendominasi pasar media sosial konvensional, tetapi juga bersiap menjadi pemimpin di era baru internet yang lebih terbuka dan terdesentralisasi.
Persaingan ini tidak hanya berdampak pada dua individu, tetapi juga pada miliaran pengguna internet di seluruh dunia. Di satu sisi, Elon Musk tetap menjadi tokoh kontroversial dengan pendekatan agresif dan inovatif yang sering mengundang perdebatan. Di sisi lain, Mark Zuckerberg tampil lebih tenang dan strategis, memanfaatkan data dan jaringan yang dimilikinya untuk memperluas kekuasaan digitalnya secara sistematis.
Pada akhirnya, siapa yang akan keluar sebagai pemenang? Apakah Threads akan benar-benar menggeser dominasi X? Atau justru Musk akan kembali dengan strategi kejutan? Yang jelas, dunia sedang menyaksikan pertarungan besar antara dua kekuatan teknologi yang bisa menentukan arah masa depan komunikasi global.