Sumber foto: iStock

Elon Musk Nyalakan Starlink di Iran, Internet Hidup Lagi Usai Serangan Israel!

Tanggal: 20 Jun 2025 14:00 wib.
Elon Musk, CEO SpaceX yang dikenal penuh kontroversi, kembali menghebohkan publik dunia. Kali ini, ia menjadi perhatian karena mengaktifkan layanan internet satelit Starlink di Iran, negara yang baru saja mengalami ketegangan serius akibat serangan udara dari Israel yang menargetkan fasilitas nuklir serta pejabat penting di pemerintahan.

Langkah Musk ini dinilai sebagai bentuk dukungan terhadap rakyat Iran, yang sebelumnya diputus akses internetnya oleh pemerintah setempat. Pemutusan jaringan dilakukan sebagai bagian dari langkah sensor pemerintah Iran usai insiden militer yang mengguncang negara itu pada Jumat, 13 Juni 2025.


“Sinyalnya Sudah Menyala”: Elon Musk Umumkan Langsung

Melalui akun media sosial X (sebelumnya Twitter), Musk mengumumkan secara terbuka pada Sabtu, 14 Juni 2025, bahwa layanan Starlink untuk wilayah Iran sudah aktif. “Sinyalnya sudah menyala,” tulisnya dalam cuitan singkat yang langsung viral dan menyulut berbagai tanggapan, baik dari pendukung maupun pengkritiknya.

Tindakan ini tak hanya menjadi simbolisasi keterlibatan Musk dalam isu geopolitik, tapi juga memperkuat citranya sebagai tokoh teknologi yang sering mengambil jalur sendiri, bahkan melampaui peran diplomatik negara.


Akses Informasi Dibatasi, Starlink Jadi Solusi?

Langkah pemerintah Iran untuk memutus akses internet kepada warganya diyakini sebagai bentuk pembungkaman informasi. Apalagi, situasi politik dan militer di negara tersebut sedang memanas usai Israel melakukan pengeboman terhadap lokasi strategis dan tokoh penting pemerintahan Iran.

Langkah tersebut menuai kritik keras dari komunitas internasional, terutama dari mereka yang mendukung kebebasan informasi dan hak digital. Dalam konteks ini, kehadiran Starlink memberikan alternatif akses yang bisa membuka kembali pintu informasi ke dunia luar bagi warga Iran.

Meskipun demikian, langkah ini bukan tanpa konsekuensi. Pemerintah Iran telah melarang penggunaan terminal Starlink, dan menyebut bahwa layanan ini bisa dimanfaatkan pihak asing—termasuk Israel—untuk mengarahkan serangan militer.


Dukungan Mengalir dari Tokoh dan Warganet

Aktivasi Starlink di Iran ternyata tak lepas dari dorongan publik. Seorang pembawa acara ternama, Mark Levin, sempat menyampaikan pesan kepada Musk melalui media sosial agar mengaktifkan Starlink guna membantu warga Iran. Tak lama berselang, Musk merespons positif dan menyatakan bahwa layanan sudah menyala di wilayah tersebut.

Respon cepat ini menambah daftar panjang aksi Musk yang memposisikan dirinya sebagai pengambil inisiatif di luar jalur pemerintahan, mirip seperti saat ia pernah mengaktifkan Starlink di Ukraina saat invasi Rusia pada tahun-tahun sebelumnya.


Bagaimana Starlink Bekerja?

Starlink adalah layanan internet berbasis satelit milik SpaceX yang memanfaatkan ribuan satelit orbit rendah untuk menyediakan akses internet di berbagai wilayah, termasuk area terpencil atau lokasi yang kehilangan koneksi akibat bencana atau konflik.

Untuk menggunakan layanan ini, pengguna membutuhkan terminal penerima yang dipasang di atap rumah atau bangunan. Saat ini, lebih dari 7.500 satelit Starlink telah beroperasi mengitari Bumi, menjadikannya salah satu jaringan komunikasi luar angkasa paling besar dan canggih di dunia.

Namun, infrastruktur semacam ini tak mudah diimplementasikan secara diam-diam di negara yang ketat seperti Iran. Pemerintah Iran kemungkinan akan berusaha mendeteksi dan menindak penggunaan ilegal perangkat Starlink.


Musk dan Latar Politiknya: Dari Trump ke Starlink

Elon Musk sendiri tidak asing dengan dunia politik. Sebelumnya, ia pernah terlibat dalam pemerintahan Donald Trump dengan memimpin unit khusus yang disebut Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE). Unit ini bertujuan mengurangi pengeluaran negara yang dianggap boros.

Meski sempat berseteru dan mengkritik beberapa kebijakan Trump, termasuk program yang disebut “One Big Beautiful Bill”, Musk baru-baru ini mengajukan permintaan maaf secara publik kepada Trump. Ini memunculkan spekulasi mengenai arah dukungan politik Musk ke depan, terutama menjelang pemilihan presiden berikutnya.


Antara Akses Bebas dan Ancaman Keamanan

Tindakan Musk ini mendapat sambutan positif dari para pendukung kebebasan informasi, tetapi juga memunculkan pertanyaan serius mengenai implikasi geopolitik dan keamanan nasional. Bagi negara seperti Iran, layanan seperti Starlink bisa dianggap sebagai ancaman kedaulatan digital, terutama jika digunakan untuk koordinasi serangan atau penyebaran informasi yang bertentangan dengan narasi resmi negara.

Namun bagi warga sipil, Starlink dapat menjadi jembatan hidup satu-satunya untuk mendapatkan kabar dunia luar, terutama di masa konflik dan pemutusan komunikasi.


Kesimpulan: Starlink Jadi Senjata Dua Mata?

Apa yang dilakukan Elon Musk bukan sekadar peluncuran layanan internet. Ini adalah aksi yang memiliki konsekuensi strategis dan simbolik. Di satu sisi, ia membuka ruang informasi bagi masyarakat yang dibungkam oleh negara. Namun di sisi lain, kehadiran Starlink di wilayah konflik juga membuka kemungkinan untuk digunakan sebagai alat operasi intelijen atau serangan militer terselubung.

Hanya waktu yang akan menunjukkan apakah tindakan Musk ini akan dikenang sebagai langkah penyelamat demokrasi digital atau justru memicu eskalasi baru di panggung global.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved