Sumber foto: Unsplash.com

Eks Peneliti OpenAI Suchir Balaji: Kritik, Kontroversi, dan Kisah Tragis di Balik AI

Tanggal: 18 Des 2024 19:03 wib.
Seorang mantan karyawan OpenAI yang juga merupakan peneliti, Suchir Balaji, baru-baru ini mengungkapkan berbagai hal terkait bekas perusahaannya beberapa minggu sebelum kepergiannya yang tragis pada akhir November tahun lalu. Balaji membocorkan informasi terkait ketertarikannya terhadap kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan juga pandangannya terhadap penggunaan data yang dilakukan oleh OpenAI.

Menurut Balaji, minatnya terhadap AI sudah dimulai sejak usia remaja. Baginya, teknologi AI memiliki potensi besar dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks yang dihadapi manusia.

"Saya pikir AI bisa memecahkan masalah yang tidak dapat dipecahkan, seperti menyembuhkan penyakit dan menghentikan penuaan. Saya pikir kita bisa menciptakan semacam ilmuwan yang bisa membantu menyelesaikannya," ujar Balaji kepada New York Times, yang dikutip NDTV pada Senin (16/12/2024).

Selama bekerja di OpenAI, Balaji secara konsisten menyampaikan ketidaksetujuannya terhadap praktek-praktek yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dia dengan tegas menentang cara OpenAI menggunakan data berhak cipta tanpa izin pemiliknya ketika menciptakan teknologi AI.

Sejak keluar dari OpenAI pada bulan Agustus sebelumnya, Balaji terus melakukan pengamatan dan kritik terhadap perusahaan tempatnya dulunya bekerja. Dia secara terbuka menyuarakan keprihatinannya terkait masalah legalitas penggunaan data oleh OpenAI, terutama terkait penyalahgunaan hak cipta dalam pembuatan teknologi AI.

Tidak hanya itu, Balaji juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap peluncuran ChatGPT pada akhir tahun 2022. Menurutnya, teknologi seperti ChatGPT merusak ekosistem internet dengan memanfaatkan data yang memiliki hak cipta, bahkan dilakukan tanpa izin yang sesuai.

ChatGPT dianggap bergantung pada karya orang lain, karena dilatih menggunakan materi yang memiliki hak cipta yang diambil dari internet tanpa izin. Hal ini menurutnya tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga tidak sesuai dengan keberlanjutan ekosistem internet secara keseluruhan.

Dalam pengakuan yang ditulis di website pribadinya, Balaji juga menyatakan bahwa mereplikasi materi dengan hak cipta dalam teknologi AI dapat menyebabkan pelanggaran hukum jika tidak dilindungi dengan penggunaan yang sesuai.

Meskipun Balaji memberikan pernyataan-pernyataan tegas terkait hal ini, OpenAI dalam kesempatan berbeda membantah klaim-klaim yang disampaikan oleh mantan karyawannya. Menurut perusahaan, penggunaan data yang dilakukan dalam proses pembuatan teknologi AI dapat dikategorikan sebagai penggunaan data yang wajar dan sesuai dengan hukum yang berlaku.

Kematian tragis Balaji pada usia 26 tahun di sebuah apartemen di San Francisco, Amerika Serikat, menciptakan kekhawatiran sendiri. Berdasarkan keterangan dari kantor pemeriksa media setempat, dia dikabarkan meninggal karena bunuh diri.

Tersebut, OpenAI telah memberikan tanggapannya terkait kepergian tragic dari mantan karyawannya. Juru bicara perusahaan tersebut menyatakan kesedihan mendalam mereka atas kepergian Balaji, dan mengungkapkan rasa simpati kepada keluarga dan rekan-rekan Balaji.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved